Data Baru untuk Revisi Peta Gempa Nasional
oleh. gus idasilva
Penelitian terbaru membuktikan, sesar yang memanjang di bagian utara laut Pulau
Bali hingga daratan Jawa bagian utara aktif.
Temuan itu membawa konsekuensi ada potensi gempa baru di kawasan yang selama ini dinilai
aman, termasuk Kota Surabaya.
Fokus riset ini awalnya untuk mengamati zona gempa di busur belakang (back arch)
kawasan utara Flores hingga utara Bali dan Jawa bagian timur.
Jalur kegempaan itu telah diketahui yang menyebabkan gempa diikuti tsunami
Flores pada 1992.
Untuk gempa di utara Bali datanya minim meski bukti kegempaannya cukup
banyak. Riset kami mengonfirmasi keaktifan zona gempa ini
Riset yang dilakukan dengan memantau pergerakan global positioning system secara terus menerus sejak 2008 menemukan, sesar di utara Pulau Bali amat aktif.
Temuan baru lain, patahan di utara Bali itu dideteksi menerus ke arah barat
hingga di daratan Jawa bagian utara atau dikenal sebagai Sesar Kendeng.
Riset itu juga melibatkan peneliti Badan Informasi Geospasial (BIG), serta para peneliti dari Australian National University.
Hasil riset baru-baru ini dipublikasikan di jurnal internasional American Geophysical Union (AGU).
Maka kesimpulan akhir bahawa ada sesar di kawasan Kendeng Utara itu sudah dikenal di kalangan
peneliti.
Namun, bukti sesar itu aktif dengan kecepatan gerakannya mencapai 5 milimeter per tahun.
Adanya mud volcanoes (gunung api lumpur) di sekitar Porong kemungkinan juga terkait keaktifan sesar ini. Gempa yang melanda Bojonegoro beberapa waktu lalu diduga masih
terkait
Konsekuensi mitigasi
Temuan tentang keaktifan Sesar Kendeng ini, menurut Irwan, akan diusulkan
dalam perubahan peta gempa nasional.
Temuan ini membawa konsekuensi peta rawan bencana gempa di Jawa perlu diubah,
terutama bagi Surabaya dan kota-kota lain di jalur ini yang selama ini dikira aman ternyata
punya potensi gempa. Apalagi, kawasan ini ada cukup banyak industri
Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) mengapresiasi temuan baru tersebut. Itu akan
menambah khazanah sumber gempa sehingga membantu perbaikan dalam
mitigasi.
Zona sesar di utara Bali, terbukti beberapa kali menimbulkan gempa besar diikuti tsunami.
Menurut data Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), setidaknya delapan gempa besar pernah terjadi di Bali sejak abad ke-19, dua di antaranya pada 22 November 1815, 21 Januari 1917.
Dalam katalog gempa bumi Arthur Wichman (1919) disebutkan secara rinci bahwa
gempa pada 1815 terjadi sekitar pukul 23.00. Gempa mengguncang kawasan
pantai utara Bali dan menghancurkan banyak bangunan. Gempa yang sama
juga memicu tsunami besar yang menewaskan setidaknya 1.200 warga
Kerajaan Buleleng.
Namun, riset itu membutuhkan kajian lanjutan, terutama dugaan kemenerusan
sesar itu dari busur belakang Sesar Flores dan utara Bali hingga
Kendeng.
Dan jika Sesar Kendeng disebutkan terkait Sesar Flores, perlu
studi seismisitas, termasuk plot hiposenter dan analisis mekanisme
sumbernya,
Sesar Kendeng merupakan sistem terpisah dan pembentukannya didominasi adanya penekanan busur gunung api di zona Jawa Tengah hingga Jawa Timur pada masa lalu.
Namun, temuan bahwa Sesar Kendeng itu aktif perlu mendapat perhatian terkait strategi mitigasi
bangunan-bangunan di zona ini.
REFRENSI SUMBER :
1. BMKG
2. Badan Informasi Geospasial (BIG),
3. American Geophysical Union (AGU).
4. Survei Geologi Amerika Serikat (USGS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar