Disaster

Senin, 26 Desember 2016

12 Tahun pasca gempa dan tsunami aceh

Mengenang Gempa dan Tsunami Aceh 26 Desember 2004.

Tsunami Aceh, 26 Desember 2004 memberi perspektif baru bahwa zona subduksi yang dikira tak aktif ternyata bisa patah dan mencipta gempa bermagnitudo di atas sembilan. Indonesia yang sebagian wilayahnya berupa pesisir yang berhadapan langsung dengan zona subduksi, tsunami seharusnya menjadi tantangan besar untuk disikapi. Tsunami Aceh adalah titik balik.

Gempa dengan skala di atas sembilan itu semula kemungkinannya dianggap kecil bisa terjadi di zona subduksi yang umurnya tua, seperti di zona tumbukan lempeng Eurasia dengan Indo-Australia di Samudra Hindia.

Gempa bermagnitudo besar bisa terjadi di mana pun di zona subduksi. Periode gempa besar itu pun sulit diterka. Zona subduksi megathrust Sumatera, sumber gempa bumi yang relatif sedikit diketahui, tetapi memiliki kemampuan menciptakan bencana besar.

Di zona ini, lempeng (Samudra) Indo-Australia bergerak menunjam ke bawah lempeng (benua) Eurasia dengan kecepatan 50-60 mm per tahun. Bidang kontak antara lempeng yang menunjam dan batuan di atasnya disebut bidang subduksi atau megathrust. Sampai kedalaman 40 km dari palung, bidang subduksi umumnya bersifat regas dan di sejumlah tempat terekat erat.

Suatu saat, tekanan yang terhimpun di antara dua lempeng itu jadi terlalu besar untuk ditahan sehingga akan terhentak amat kuat ke atas dengan tiba-tiba. Lentingan lempeng itu menghasilkan guncangan keras yang dikenal sebagai gempa bumi. Setelah itu, bidang kontak akan merekat lagi, mengumpulkan daya, dan suatu ketika kembali melenting tiba-tiba.

Pada 2003, telah ditemukan megathrust yang sudah di ujung siklus. Dalam diskusi tentang kondisi geologi Selat Sunda, Rabu, 1 Oktober 2003, di Auditorium Museum Geologi, Bandung, Jawa Barat, seorang peneliti dari LIPI memaparkan temuan tentang siklus seismik gempa bumi besar di segmen Pulau Siberut, Mentawai. Gempa dan tsunami pernah terjadi di sekitar zona subduksi Mentawai tahun 1381, 1608, 1797, yang terakhir 1833.

Aktivitas seismik di zona subduksi itu mengangkat naik pulau-pulau di Mentawai sekitar 2 meter. Jika gempa yang diperkirakan berkekuatan 9 skala Richter terjadi, Padang bisa dilanda tsunami.

Gempa bumi terkuat yang pernah diingat masyarakat Padang terjadi 10 Februari 1797 sekitar pukul 20.00. Cahaya purnama sidi menerangi malam, tetapi kegelapan segera melingkupi saat gempa tiba-tiba terjadi guncangan pertama terjadi hingga satu menit lalu gelombang laut memenuhi sungai dan menenggelamkan seluruh kota.

Juli 2004 telah diingatkan kepada penduduk di Kepulauan Mentawai tentang ancaman tsunami. Peringatan juga kepada warga Padang yang daerahnya berhadapan dengan Pulau Simeulue.

Lima bulan kemudian, gempa besar benar terjadi. Bukan di Mentawai, tetapi di sisi lebih ke utara, di dekat Simeulue. Tsunami raksasa menyusul gempa itu melumatkan pantai padat hunian di Aceh.

Setelah gempa Aceh 2004, kembali mengingatkan ancaman megathrust di segmen Siberut. Namun, kali ini gempa berkekuatan 8,7 skala Richter terjadi di Nias pada 28 Maret 2005. Gempa disusul tsunami itu menewaskan ratusan orang di Nias.

Gempa berikutnya juga terjadi di Busur Sunda, tetapi lagi-lagi tidak di segmen Mentawai. Pada 17 Juli 2006, gempa berkekuatan 7,7 Skala Richter yang memicu tsunami melanda Pangandaran, Jawa Barat. Sebanyak 730 orang yang tinggal di pesisir selatan Jawa tewas.

Baru pada 12 September 2007, terjadi gempa berkekuatan 8,4 skala Richter di sekitar Pulau Mentawai di kedalaman 20-30 km. Namun, bagi Danny dan Kerry, ancaman dari rentetan gempa di segmen itu belum berakhir. Gempa raksasa yang ”tertidur” sejak terakhir ”bangun” tahun 1797 dan 1833 belum sepenuhnya terusik.

Gempa pada September 2007 itu dinilai hanya di pinggiran zona subduksi Mentawai. Diyakini, gempa besar yang disusul tsunami masih mengancam Padang, Sumatera Barat. Apalagi, kemudian terjadi gempa berkekuatan 7,2 skala Richter yang mengguncang Kepulauan Mentawai pada Senin, 25 Oktober 2010. Gempa itu berlokasi lebih ke utara dari pusat gempa pada September 2007. Pusat gempa itu lebih dekat ke kuncian raksasa Mentawai.

Selalu ingat dan waspada ...

oleh. gus idasilva

Tidak ada komentar:

Arsip Blog