Disaster

Selasa, 18 Oktober 2016

Membangun Komunikasi Kebencanaan

Isu mengenai bencana mengemuka di koran ini selama beberapa hari terakhir. Banjir dan longsor di beberapa daerah menjelang musim hujan ini mengingatkan kita pada kesiapan dan antisipasi menghadapi bencana. Antisipasi yang serius untuk menghadapi bencana mutlak diperlukan karena hanya dengan cara itulah risiko dan dampak bencana bisa ditekan serendah mungkin.  Bencana tidak dapat diprediksi, tetapi risiko bencana masih mungkin diminimalisasi.

Dengan antisipasi dan manajemen bencana yang total, diharapkan tidak akan lagi muncul kenyataan bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah   kerepotan menangani bencana yang terjadi. Alasan kerepotan itu, lokasi bencana sering kali jauh dari pantauan sehingga bila muncul kejadian tidak bisa segera ditangani. Pada era kemajuan teknologi komunikasi saat ini, kenyataan seperti itu sesungguhnya merupakan  tantangan bagi semua pihak.

apabila masih terjadi kerepotan-kerepotan semacam itu dalam penanganan bencana, bagaimana pula apabila terjadi bencana pada lokasi yang jauh dari pusat pemerintahan dan dalam skala yang lebih besar? Di sinilah terletak urgensi yang tidak bisa ditawar lagi mengenai kesiapan dan antisipasi bencana. Komunikasi adalah salah satu pilar utama dalam setiap penanganan darurat kebencanaan.

Selain mempersiapkan sarana pendukung, sistem komunikasi darurat kebencanaan tidak bisa diabaikan. Di masa lalu, komunikasi darurat kebencanaan juga sudah terpola melalui cara-cara khusus berkomunikasi, misalnya dengan sandi-sandi melalui alat komunikasi kentongan, ketika terjadi bencana. Pola komunikasi yang integral itu akan menjadi tulang punggung setiap rencana aksi untuk antisipasi dan penanganan situasi bencana. Itu pun belum sepenuhnya berjalan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah, pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga-lembaga terkait sudah saatnya membangun suatu pola komunikasi integral darurat kebencanaan. Pola komunikasi yang tersistem merupakan syarat mutlak fungsionalisasi optimal sistem peringatan dini. Sayangnya, pola komunikasi dan jejaring komunikasi darurat kebencanaan lebih sering bersifat spontan dan sporadis sehingga kurang terarah dan efektif.

Komunikasi darurat kebencanaan  paling utama adalah membentuk pola komunikasi yang paling efektif dengan memanfaatkan sarana dan metode yang sudah tersedia, sesuai dengan kebutuhan di daerah masing-masing. Dengan demikian, tidak perlu lagi terjadi kerepotan-kerepotan yang tidak perlu dan dampak serta kerugian akibat bencana bisa ditekan serendah mungkin  
Dengan perkembangan teknology dan segala literasi yang ada, maka kondisi menuntut system komunikasi harus lebih efisien, akurat dan tentunya harus satu system aturan yang tegas dan ter centralisasi . 

Tidak ada komentar:

Arsip Blog