Sebagai anak manusia pasti selalu punya OBSESI, LUGAS, namun tetap mempunyai kekurangan - kekurangan, sebagai bagian dari kehidupan berbangsa, selalu menjaga nilai nilai perjuangan pahlawan kemerdeakaan bertanggungjawab dan kesatuan NKRI harga mati. sebagai bagian umat beragama, selalu berusaha meningkatkan keimanan, menjaga norma norma dan tuntunan agama yg aku yakini.
Disaster
Minggu, 30 Agustus 2020
GUSTI ALLAH MENCARIMU KOK KAMU TIDAK ADA , KEMANA DAN DIMANA KAMU..?*
Rabu, 19 Agustus 2020
Untukmu Orang yang Aku Pikirkan Setiap Hari, Adakah Aku Di Hatimu Saat Ini?
KENAPA KAU DIAMKAN AKU DENGAN CARA SEPERTI INI
Senin, 17 Agustus 2020
BUMI ADALAH PLANET YANG PUNYA KE UNIKAN KHUSUS
Gunung, tanah, hutan dan iklim
Ada ilmu yang menarik saat gunung berapi erupsi yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Gunung itu mengeluarkan lava, batu, pasir dan abu secara terus menerus sehingga lahan di sekitar puncak gunung yang dulunya penuh hutan lebat, berubah drastis menjadi kering kerontang dikarenakan hutan terbakar dan tertutup material hasil letusan gunung berapi. Permukaan gunung api kembali ke awal lagi, batuan.
Gunung berbatu berubah menjadi tanah karena iklim terutama suhu dan hujan. Pada siang hari suhu panas dan pada malam hari suhu dingin sehingga batu akan pecah beranakan menjadi batu batu kecil dan atau batu akan retak retak dan atau mengelupas. Hujan membawa karbon dioksida (CO2) yang ada di udara turun ke permukaan bumi membasahi seluruh permukaan batuan, meresap diantara batuan dan meresap lewat retakan sehingga terjadi reaksi kimia antara batuan. Akibat reaksi dengan hujan ini batu berubah menjadi tanah. Burung burung yang lewat di pegunungan mengeluarkan biji bijian dalam kotorannya dan biji tumbuh jadi pohon.
Agar bisa hidup pohon butuh air hujan dan butuh nutrisi dari mineral tanah. Daun daun mengambil CO2 dan sinar matahari untuk dirubah jadi gula (energi) untuk keberlangsungan kehidupan vegetasi. Dedaunan juga akan mengeluarkan uap air agar bisa menambah volume hujan yang akan datang. Sedangkan kanopi berfungsi sebagai menahan energi hujan, sehingga butiran hujan tidak langsung menerpa tanah. Dedaunan dan ranting pohon yang jatuh atau sersah pohon bersama tubuh pohon dan akarnya akan menahan air dan meneruskan air hujan merembes ke dalam tanah untuk mengisi cadangan air tanah untuk keberlangsungan hidup pohon saat musim kemarau. Bila air tanah berlebihan dikeluarkan sebagai mata air-mata air di wilayah tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mineral, akar pohon mengeluarkan enzym yang berguna untuk melapukkan batuan dan tiap ujung akarnya bisa mengambil mineral yang dibutuhkan pohon. Vegetasi ikut mempercepat proses pembentukan dan penebalan tanah.
Agar tanah tidak longsor maka akar akar serabutnya menahan atau memegang tanah sehingga daya ikat tanah meningkat, sedangkan akar tunjangnya menancap ke dalam tanah berfungsi sebagai angker. Gunung, tanah, hutan dan iklim saling berinteraksi dan bersimbiosis membentuk dan menebalkan tanah seiring dengan berjalannya waktu. Perakaran vegetasi alami akan memanjang dan menyebar bersesuaian dengan tebal tanah yang terbentuk. Kecepatan pembentukan tanah butuh waktu yang sangat lama, untuk kawasan tropis dalam waktu satu juta tahun baru tebal tanah yang dihasilkan sekitar 60 meter atau 0,006 sentimeter per tahun.
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa hutan yang ada di kawasan tangkapan air atau kawasan resapan mempunyai fungsi yang sangat baik untuk menahan air banjir dan menyerapkan air hujan ke dalam tanah > 80%. Hal ini terjadi kalau di lantai dasar hutan banyak sersah Ini menunjukkan bahwa hutan di pegunungan bisa membantu mendistribusikan air hujan semusim dalam jangka setahun dan dikeluarkan secara proporsional lewat mata air-mata air di sekeliling pegunungan yang akan menyuplai dan menambah debit sungai di bawahnya sehingga sungai sungai bisa mengalir sepanjang tahun.
Gunung, tanah, hutan dan iklim SATU KESATUAN SISTEM, gangguan salah satunya akan menyebabkan gangguan system
By. mbah Brohem
Gali PRB Erupsi Gn KELUD, berbasis budaya BERUPA PRASASTI PARARATON dan PAREGREG *
15 February 2015
Ditulis ulang dalam media elektronik tahun saat ada
Leqtusan Kelud Setahun Kemudian dan Kisah Senjakala Majapahit
Pulau Jawa, Indonesia, Kamis malam 13 Februari 2014 Tarikh Umum (TU). Tepat setahun silam. Selagi aktivitas sebagian besar insan yang mendiami pulau terpadat di Indonesia mulai menyurut dan bersiap-siap terlelap, ratusan ribu penduduk tiga kabupaten di kawasan Mataraman dan Arek Jawa Timur, yakni Kediri, Blitar dan Malang, justru dipaksa bersiaga. Mereka harus bergegas mengungsi, bergerak menjauh dari lereng dan kaki Gunung Kelud hingga radius minimal 10 kilometer dari kawah aktif. Arus pengungsi dimulai setelah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI meningkatkan status Gunung Kelud pada pukul 21:15 WIB. Dari semula berstatus Siaga (Level III), sejak saat itu Gunung Kelud kemudian menyandang status tertinggi dalam tingkat aktivitas gunung-gemunung berapi di Indonesia, yakni Awas (Level IV). Dasarnya adalah terjadinya lonjakan gempa frekuensi rendah yang disusul dengan tremor menerus. Selepas pukul 21:00 WIB, tremor menerus yang terekam bahkan telah melebihi batasan skala yang tersedia dalam radas (instrumen) seismometer..
Gunung Kelud pada Jumat 14 Februari 2014 TU jelang fajar dari kaki gunung sebelah barat. Nampak asap pekat masih mengepul dari kawah hingga setinggi beberapa ratus meter, beberapa jam pasca letusan besarnya usai. Pemandangan ini diterangi oleh semburat cahaya kemerah-merahan yang khas menjelang terbitnya Matahari. Planet Venus yang berada dalam kondisi paling terang (magnitudo -4,7) mengapung di atas horizon (tanda panah), menyaksikan kisah Bumi yang sedang bergulir.
Dengan status tertinggi ini, jelas hanya tinggal menunggu waktu bagi gunung berapi terlasak se-Jawa Timur ini untuk meletus. Perintah evakuasi pun diturunkan. Meski keraguan masih membayang tentang bagaimana skala letusan yang bakal segera terjadi. Enam setengah tahun sebelumnya, ribuan penduduk juga berduyun-duyun mengungsi setelah Gunung Kelud dinyatakan berstatus Awas (Level IV) pada pertengahan Oktober 2007 TU. Tetapi hari demi hari gunung itu tak kunjung menampakkan letusan eksplosif yang selama ini menjadi tabiatnya. Sebaliknya tiga minggu setelah berstatus Awas (Level IV), ia justru mulai melelerkan lava pijar panasnya di dalam kawahnya sendiri. Muntahan lava pijar yang terus-menerus pun membentuk gundukan besar membukit berisikan bongkahan bebatuan beragam ukuran beserta pasir yang masih terus berasap. Gundukan berasap berbentuk kerucut raksasa yang dasarnya selebar 470 meter dan tingginya 215 meter itu kemudian dikenal sebagai kubah lava 2007. Atau kerap pula disebut sebagai Anak Kelud. Letusan tak biasa semenjak November 2007 TU hingga Juni 2008, itu tak menelan korban jiwa ataupun luka-luka sama sekali. Juga tak ada bangunan/fasilitas yang rusak. Namun implikasi sosialnya tak sedikit, mulai dari banyaknya agenda pernikahan yang harus dijadwal ulang hingga tertundanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
Kali ini polah Gunung Kelud tak lagi malu-malu. Ia kembali ke tabiatnya semula. Pukul 22:46 WIB seismograf-seismograf di sekujur tubuh Gunung Kelud mulai menangkap geliat awal letusan. Tak lama kemudian kamera di dekat kawah merekam percikan-percikan api melesat dari dinding kubah lava 2007. Inilah pertanda kubah lava itu mulai merekah dan menyemburkan material pijar letusan. Letusan besar yang eksplosif pun terjadilah. Letusan demi letusan berikutnya kemudian menyusul secara beruntun selama tiga setengah jam kemudian. Rempah letusan disemburkan demikian cepat ke udara sebagai kolom letusan hingga membentuk awan cendawan raksasa yang menjadi salah satu ciri khas letusan besar. Mayoritas tudung cendawan raksasa tersebut terletak di ketinggian 17 kilometer dpl (dari paras air laut rata-rata). Namun puncaknya menjangkau ketinggian hingga 26 kilometer dpl. Gesekan antara material vulkanik yang kering dan melejit pada kecepatan tinggi dengan lapisan udara disekelilingnya menciptakan aliran listrik statis sangat intensif. Hingga petir pun menyambar-nyambar di sela-sela debu letusan yang sedang membumbung. Menambah horornya suasana.
Tak pelak pada Jumat dinihari 14 Februari 2014 TU tersebut, hampir sekujur Jawa Timur dibuat terjaga oleh Gunung Kelud yang sedang membara. Berselang beberapa jam kemudian sebagian besar pulau Jawa pun dibuat terhenyak. Menyaksikan fajar yang biasanya penuh suasana syahdu dan energi baru berubah total menjadi suram dengan guyuran debu. Hujan debu vulkanik terus-menerus mengguyur dari langit, membedaki semuanya.
Reportase dampak erupsi Gn.Kelud. di wilayah Kebumen.
Masjid Agung Kauman di pusat kota Kebumen, Kabupaten Kebumen (Jawa Tengah) yang nampak suram berselimutkan debu vulkanik tebal pada Jumat pagi 14 Februari 2014 TU. Segenap Kabupaten Kebumen dihujani debu vulkanik Letusan Kelud 2014 yang demikian pekat hingga sanggup membentuk endapan setebal 2 sentimeter atau lebih. Padahal daerah ini berjarak lebih dari 300 kilometer di sebelah barat Gunung Kelud.
Dampak
Kini setahun kemudian, kita telah mengetahui lebih banyak apa yang terjadi dengan Letusan Kelud 2014. Analisis pendahuluan Pyle (2014) menunjukkan amukan Gunung Kelud itu menghembuskan antara 30.000 hingga 100.000 ton material letusan sepadat batuan dalam setiap detiknya. Pada awalnya secara keseluruhan Letusan Kelud 2014 memuntahkan sekitar 130 juta meter kubik rempah vulkanik. Namun di kemudian hari PVMBG meralat estimasi volume muntahan letusan Gunung Kelud ke angka 105 juta meter kubik. Rempah letusan yang lebih berat seperti awan panas (piroklastika) mengalir menyusuri lembah-lembah di lereng barat yang terhubung ke kawah hingga sejauh 2 kilometer. Material yang lebih ringan seperti pasir dan kerikil menghujani kawasan sejauh 20 hingga 30 kilometer dari kawah. Guyuran pasir dan kerikil hingga sejauh ini merupakan fenomena yang tak pernah terjadi dalam letusan-letusan Kelud sebelumnya. Di luar radius 30 kilometer dari kawah, debu vulkanik meraja. Hujan debu vulkanik pekat yang menciptakan endapan debu setebal 5 sentimeter atau lebih mengguyur kawasan seluas sekitar 4.000 kilometer persegi. Sebaliknya hujan debu vulkanik ringan yang hanya sanggup memproduksi endapan dengan ketebalan 1 milimeter melanda lebih jauh, sehingga area yang tercakup mencapai sekitar 80.000 kilometer persegi.
Letusan besar ini merenggut 7 korban jiwa. Penyebab kematian para korban beragam, mulai dari tertimpa tembok yang runtuh terbebani debu vulkanik hingga gangguan pernafasan. Seluruh korban tinggal di kawasan yang terbedaki debu vulkanik hingga setebal 20 sentimeter. Selain korban jiwa, tercatat 70 orang mengalami gangguan pernafasan dan harus dirawat di rumah sakit. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jumat pagi 14 Februari 2014 TU juga mencatat 100.248 orang harus mengungsi. Skala kerusakan yang ditimbulkannya pun luar biasa. Sebanyak 11.093 buah bangunan/rumah di tiga kabupaten (Kediri, Blitar dan Malang) rusak berat. Sementara 7.370 buah lainnya mengalami kerusakan sedang. Dan 8.044 buah dinyatakan rusak ringan. Ribuan hektar lahan perkebunan dan pertanian pun turut dibuat rusak.
Dengan semua dampak tersebut, Letusan Kelud 2014 menelan kerugian hingga bertrilyun-trilyun rupiah. Namun demikian korban manusia relatif minimal, baik korban jiwa maupun luka-luka. Hal ini memperlihatkan bahwa sistem peringatan dini mitigasi bencana letusan Gunung Kelud yang diterapkan PVMBG bersama dengan BNPB berjalan dengan efektif. Minimnya korban juga ditunjang oleh sifat letusan yang kering. Letusan Kelud 2014 terjadi tatkala kawah gunung berapi tersebut dalam kondisi kering (minim kandungan air) seiring tiadanya genangan air signifikan sebagai danau kawah. Danau kawah Kelud telah menghilang pasca munculnya kubah lava 2007 dalam Letusan Kelud 2007. Hanya tersisa sedikit genangan air yang kerap keruh di sisi barat daya.
Bagaimana wajah kawah Gunung Kelud berubah antara sebelum tahun 1990 (atas) dan 2008 TU (bawah), diabadikan dari titik yang sama di bibir kawah. Jelang Letusan Kelud 1990, mayoritas kawah Kelud digenangi air sebagai danau kawah dengan air berwarna hijau toska akibat pengaruh gas vulkanik. Sementara pasca Letusan Kelud 2007, hampir seluruh bagian danau kawah telah menghilang dan digantikan dengan gundukan kubah lava 2007 yang masih berasap. Hanya tersisa sedikit genangan air di sisi barat daya (latar depan).
Sebelum 2007, Kawah Gunung Kelud selalu berupa danau kawah yang genangan airnya cukup signifikan meskipun volumenya dibatasi lewat terowongan pembuang, seperti terowongan Ampera. Upaya mengontrol volume danau kawah Kelud menjadi salah satu cara mengurangi keganasan letusannya. Catatan sejarah Kelud memperlihatkan betapa volume air danau kawah yang terlalu banyak akan menghasilkan lahar letusan yang menerjang jauh, hingga merenggut banyak korban. Letusan Kelud 1919 membunuh tak kurang dari 5.000 orang tatkala 40 juta meter kubik air danau bercampur dengan rempah letusan menjadi lahar letusan. Lahar letusan menderu ke setiap lembah sungai yang terhubung dengan kawah. Ia menerjang hingga 40 kilometer jauhnya dari kawah, mengubah bentang lahan lembah sungai yang dilintasinya dan mengubur apa saja yang dilaluinya. Hempasan lahar letusan yang luar biasa setiap kali meletus hingga menyapu apa saja yang dilaluinya membuat Gunung Kelud mendapatkan namanya (Kelud = sapu).
Letusan Kelud 2014 mengubah wajah kawahnya secara dramatis. Hampir seluruh kubah lava 2007 yang volumenya 16 juta meter kubik remuk menjadi debu, pasir dan batu. Remukan itu kemudian diterbangkan ke langit sebagai bagian dari kolom letusan. Lantai kawah yang sebelumnya ditempati kubah lava 2007 kini berlubang besar. Lubang letgusan itu berbentuk mirip lingkaran dengan diameter sekitar 400 meter. Lubang besar itu masih mengepulkan uap air dan gas belerang didasarnya. Tapi seiring waktu, lubang ini bakal kembali digenangi air, mungkin dalam 2 hingga 3 tahun pasca letusan. Maka Gunung Kelud pun akan kembali mempunyai danau kawahnya seperti halnya pemandangan 2.000 tahun terakhir, setelah menghilang sementara sepanjang periode 2007-2014 TU. Volume danau kawah Kelud yang baru ini masih sulit diprediksi. Namun bakal hadirnya kembali danau kawah Kelud membuat kebutuhan memfungsikan kembali terowongan pembuang menjadi hal yang mutlak. Terowongan pembuang bertujuan membatasi volume air danau kawah Kelud di sekitar 4 juta meter kubik saja, sehingga tak berubah menjadi lahar letusan dalam letusan mendatang.
Topografi lembah Brantas beserta gunung-gunung berapi yang mengapitnya. Trowulan adalah bekas ibukota kerajaan pada sebagian besar masa kerajaan Majapahit. Sumber.erubahan dramatis wajah kawah Gunung Kelud antara sebelum (atas) dan sesudah Letusan Kelud 204 (bawah), diabadikan dari titik yang hampir sama. Letusan kelud 2014 membuat kubah lava 2007 yang diproduksi oleh Letusan Kelud 2007 sebelumnya remuk dan menjadi komponen rempah letusan. Sebagai gantinya terbentuk lubang letusan berdiameter sekitar 400 meter yang masih berasap. Tak ada lagi genangan air.
Meski didahului penghancuran kubah lava 2007 namun durasi letusan utamanya (yakni pengeluaran material letusan) tetap singkat, yakni tak lebih dari empat jam. Setelah empat jam, Letusan Kelud 2014 tinggal menghembuskan uap air sebagai erupsi freatik. Hal ini sekali lagi mendemonstrasikan salah satu ciri khas Gunung Kelud, yakni ukuran kantung magma yang relatif kecil. Sehingga letusan selalu berlangsung singkat karena kandungan magma segar yang siap diletuskannya cepat terkuras. Tak peduli bahwa Letusan Kelud 2014 memiliki tekanan gas demikian besar, yang diperlihatkan oleh melimpahnya fragmen batuapung (pumis) dalam material letusan. Kelimpahan batuapung merupakan pertanda bahwa magma Kelud 2014 merupakan magma yang asam (kaya silikat), sehingga mampu menyekap gas vulkanik lebih banyak. Konsekuensinya tekanan gas vulkaniknya pun cukup besar. Hingga mampu membobol dan menghancurkan kubah lava 2007. Meski diawali penghancuran kubah lava, kecilnya jumlah magma yang tertumpuk dalam kantung magma Kelud membuat Letusan Kelud 2014 tak menjadi berkepanjangan seperti halnya Letusan Galunggung 1983-1984 yang berlangsung 9 bulan lamanya.
Di satu sisi, Letusan Kelud 2014 merupakan letusan gunung berapi yang menghembuskan kolom letusan tertinggi di Bumi sepanjang tahun 2014.
Namun dari sisi volume rempah letusannya, Letusan Kelud 2014 bukanlah yang terbesar. Ia masih kalah jauh dibanding Gunung Bardarbunga (Holuhraun) di Islandia, yang hingga kini telah memuntahkan tak kurang dari 1,3 kilometer kubik rempah letusan.
Kecilnya jumlah korban jiwa dan luka-luka menunjukkan bahwa pada salah satu sisi dampak Letusan Kelud 2014 relatif minimal. Sistem peringatan dini yang bekerja efektif ditunjang dengan sifat letusan yang kering (akibat menghilangnya danau kawah semenjak 2007) menjadi dua dari banyak faktor yang berkontribusi terhadapnya. Namun, bagaimana dengan letusan Gunung Kelud di masa silam? Bagaimana dampaknya terhadap umat manusia yang bermukim disekelilingnya di masa silam? Yakni saat sistem peringatan dini belum terbentuk dan Gunung Kelud masih mempunyai danau kawah dengan volume jumbo? Bagaimana imbas letusannya terhadap hidup-matinya kerajaan legendaris di lembah sungai Brantas, yakni Majapahit?
Hasil sharing PRB Gn Kelud dari sisi METAFISIKA bersama sosok Geolog Awang Satyana.
menuturkan beberapa dari letusan Gunung Kelud di masa kerajaan Majapahit nampaknya tercatat dalam kronik sejarah Pararaton, meski singkat. Secara kronologis kerajaan Majapahit muncul semenjak tahun 1293. seiring bertahtanya Kertarajasa Jayawardhana. Setelah mengalami pasang-surut akibat beragam pemberontakan, Majapahit mencapai puncak kejayaannya di masa Rajasanegara (Hayam Wuruk) yang berkuasa pada 1359 hingga 1380.
Selepas masa kejayaannya, kerajaan besar ini kemudian melapuk. Pertikaian antar keluarga kerajaan yang berlarut-larut dan bahkan sempat berkembang menjadi perang saudara seperti Perang Paregreg (1404-1406).
Pertikaian keluarga dinasti ini kian melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya, sehingga satu persatu pun melepaskan diri. Pada akhirnya kertajaan yang telah mengecil ini pun runtuh di sekitar tahun 1521 di masa kekuasaan Patih Udara.
Topografi lembah Brantas beserta gunung-gunung berapi yang mengapitnya. Trowulan adalah bekas ibukota kerajaan pada sebagian besar masa kerajaan Majapahit.
Kecuali di dekade-dekade terakhir kehidupannya, hampir dalam segenap masanya Majapahit beribukota di Trowulan. Trowulan merupakan kawasan seluas 11 x 9 kilometer persegi yang terletak di lahan datar lembah sungai Brantas. Kini situs arkeologis tersebut menjadi bagian dari kabupaten Mojokerto dan kabupaten Jombang (keduanya di Jawa Timur). Salah satu pintu gerbang utama untuk memasuki ibukota Trowulan adalah pelabuhan Canggu, yang juga menjadi pelabuhan utama Majapahit. Pelabuhan besar ini terletak tak jauh dari muara sungai Brantas. Lokasi pelabuhan besar tersebut di masa kini ada di sebelah utara kota Mojokerto, berjarak sekitar 10 hingga 15 kilometer saja dari situs Trowulan. Di masa Majapahit, muara sungai Brantas terletak tak jauh dari pelabuhan Canggu. Kawasan yang kini menjadi kota Surabaya dan sekitarnya di era Majapahit masih berupa delta berteluk yang ditebari pulau-pulau kecil diapit dua tanjung. Pada tanjung sisi utara terdapat pelabuhan kecil, yakni Hujung Galuh (Ujung Galuh). Perubahan dramatis bentanglahan surabaya antara era Majapahit dengan masakini salah satunya merupakan imbas aktivitas Gunung Kelud.
Dalam catatan Pararaton, sepanjang zaman Majapahit terdapat peristiwa letusan gunung berapi hingga lima kali. Yang pertama pada minggu Madasia suryasengkala pendeta-sunyi-sifat-tunggal, yang mungkin bertepatan dengan tahun 1307 Saka atau 1385.
Yang kedua terjadi pada minggu Prangbakat suryasengkala muka-orang-tindakan-ular, yang mungkin bertepatan dengan tahun 1317 Saka atau 1395.
Lalu yang ketiga pada minggu Kuningan suryasengkala belut-pendeta-menggigit-bulan, mungkin bertepatan dengan tahun 1373 Saka atau 1451.
Selanjutnya yang keempat pada minggu Landep suryasengkala empat-ular-tiga-pohon, mungkin bertepatan dengan tahun 1384 Saka atau 1462 .
Dan yang kelima adalah pada minggu Watu Gunung suryasengkala tindakan-angkasa-laut-ekor, yang mungkin bertepatan dengan tahun 1403 Saka atau 1481
Kitab Pararaton memang tak menyebut nama-nama gunung berapi yang meletus dalam kelima letusan tersebut. Pararaton juga tidak secara spesifik spesifik menyebut nama Gunung Kampud (nama Kelud di masa silam) sebagai yang meletus. Namun bila kita memperhatikan sejarah aktivitas gunung-gemunung berapi di sekitar ibukota Trowulan, yang terdiri dari Gunung Wilis, Gunung Kelud, Gunung Arjuno-Welirang, Gunung Penanggungan dan Gunung Kawi-Butak, hanya Gunung Kelud yang memperlihatkan catatan aktivitas tinggi dan kerap meletus. Sehingga dapat diduga kelima letusan yang dicatat Pararaton tersebut merupakan letusan-letusan Gunung Kelud. Dibandingkan dengan sejarah letusan Gunung Kelud, nampak jelas bahwa kelima letusan yang dicatat Pararaton bersesuaian dengan letusan-letusan yang dicatat dalam Data Dasar Gunung Api Indonesia (1979).
Seberapa besar kelima letusan tersebut?
Kitab Pararaton tidak memerikan (menggambarkan)-nya. Untuk mengetahuinya kita harus melihat penelitian geologi yang pernah dikerjakan di kawasan Gunung Kelud dan sekitarnya.
Mengkaji singkapan-singkapan endapan letusan Kelud pada empat titik di lereng/kaki barat gunung. Keempat titik tersebut berjarak antara 0,7 hingga 20 kilometer dari kawah. Salah satu titik tersebut adalah situs candi Tondowongso (Kediri), yang baru ditemukan pada April 2007 . candi ini terpendam di bawah endapan produk letusan setebal 3 meter dan hingga kini masih terus diekskavasi.
Ditemukan bahwa pada keempat titik tersebut terdapat bukti kuat Gunung Kelud pernah meletus besar sebanyak dua kali dalam selang waktu antara 1380 hingga 1420
Situs candi Tondowongso di Gayam, kediri (Jawa Timur) yang baru ditemukan pada April 2007 dan belum sepenuhnya diekskavasi. Situs ini berjarak 20 kilometer di sebelah barat laut kawah Gunung Kelud. Seluruh lapisan tanah yang menimbuni situs ini merupakan produk letusan Gunung Kelud, yang terbagi menjadi dua: jatuhan abu/debu vulkanik dan lahar. Endapan lahar di situs ini merupakan bukti dahsyatnya letusan Gunung Kelud di masa kerajaan Majapahit.
Seberapa besar kedua letusan besar tersebut ?. Pada situs candi Tondowongso ditemukan endapan lahar setebal 70 sentimeter. Sebagai pembanding, sejumlah candi era Majapahit yang berdiri di berbagai situs di sekeliling Gunung Kelud pun banyak yang tertimbun endapan produk letusan tatkala ditemukan. Misalnya candi Sumbersugih, Purwosari dan Sumberagung di kaki selatan Gunung Kelud. Juga candi Modangan dan Candisewu di kaki barat daya. Ketebalan lahar dan tertimbunnya candi-candi tersebut mengindikasikan bahwa letusan Gunung Kelud saat itu demikian besar. Hingga mampu mengirimkan lahar letusan sampai sejauh antara 30 hingga 40 kilometer dari kawah.
Kita dapat membayangkan bagaimana besarnya letusan tersebut. Danau kawah Kelud, yang pada puncaknya sanggup memuat 40 juta meter kubik air, sontak tumpah bercampur dengan rempah letusan begitu Gunung Kelud mengamuk. Rempah letusan dalam jumlah mungkin mendekati 200 juta meter kubik yang langsung bercampur dengan air danau sontak membentuk lahar letusan. Lahar deras pun membanjir melalui alur-alur sungai yang berhulu ke Gunung Kelud. Derasnya lahar letusan tak sekedar membuat sungai-sungai tersebut meluap hebat hingga membanjiri lembah-lembahnya. Namun juga juga sanggup mengubah alur sungai-sungai tersebut akibat kuatnya gerusan. Tak heran jika kawasan yang terkena hempasan lahar letusan pun sangat luas di sepanjang lembah Brantas. Sungai Brantas pun mendangkal di sana-sini. Perikehidupan masyarakat masa itu yang menggantungkan diri pada dunia pertanian dan perdagangan memanfaatkan alur sungai pun bakal terganggu berat.
Aliran lahar hujan Gunung Kelud pada 19 Februari 2014 di Pandansari (Malang). Lahar ini berasal dari material produk letusan yang bertumpukan di lereng dan kemudia dihanyutkan oleh air hujan. Selain lahar letusannya, salah satu dampak letusan Gunung Kelud terletak pada lahar hujannya. Terlebih hampir seluruh materi lahar hujan Gunung Kelud mengalir ke sungai Brantas. Aktivitas Gunung Kelud menjadi penyebab naik turunnya dasar sungai Brantas dan meluasya delta di muaranya. Hal ini tentu berdampak pada naik turunnya peradaban yang tumbuh dan berkembang di sepanjang lembah sungai brantas
Bahkan hingga bertahun pasca letusan, dampaknya masih akan sangat terasa. Terlebih hampir segenap lahar letusan Kelud mengalir ke anak-anak sungai Brantas. Hulu anak-anak sungai tersebut menyebar di lereng selatan, barat dan utara Gunung Kelud. Hanya kawasan lereng timur yang relatif bebas dari anak-anak sungai Brantas, karena di sini berpagar jajaran gunung-gunung Arjuno-Welirang dan Kawi-Butak. Maka pada akhirnya hampir seluruh endapan lahar letusan Kelud bakal mengalir ke sungai Brantas kala hujan turun sebagai lahar hujan. Selain membuat alur sungai mendangkal sehingga banjir lebih mudah terjadi, lahar hujan Kelud juga bakal terikut aliran sungai hingga ke muaranya. Endapan bakal kian memperluas delta di muara sungai Brantas. Teluknya pun bakal mendangkal menjadi rawa-rawa dan akhirnya tertutup sepenuhnya. Sehingga apa yang semula hanyalah delta berteluk pun berkembang demikian rupa menjadi dataran rendah nan luas. Kelak di kemudian hari di sini berdiri kota Surabaya. Kian berkembangnya delta di muara sungai Brantas membuat jarak yang harus ditempuh perahu/kapal ke pelabuhan Canggu kian jauh. Pada saat yang sama alur sungai di pelabuhan itu kian mendangkal, membuat kapal berukuran besar kian sulit menambatkan diri.
Bagaimana aktivitas Gunung Kelud berpengaruh bagi kerajaan Majapahit. Saat Gunung Kelud meletus, terbentuk lahar letusan (panah hitam) yang sanggup mengalir hingga sejauh 40 kilometer dari kawah (garis titik-titik). Setelah beberapa lama, endapan lahar letusan bakal dihanyutkan lagi oleh air hujan deras menjadi lahar hujan (panah merah). Hampir seluruh materi lahar hujan akan masuk ke sungai Brantas, sungai utama di lembah Brantas. Di sungai Brantas, materi lahar hujan akan menghilir jauh hingga akhirnya sampai ke pelabuhan Canggu dan muaranya. Imbasnya pelabuhan Canggu menjadi kian dangkal dan muara sungai Brantas pun terus berkembang.
Tambahkan segala kesulitan tersebut dengan situasi kerajaan Majapahit pasca kekuasaan Rajasanegara. Pertikaian dalam tubuh dinasti yang berlarut-larut membuat kerajaan besar tersebut mulai melemah. Jelas dalam situasi tersebut beragam problem sosial pun muncul. Keamanan mulai sulit dikendalikan. Apalagi saat pertikaian itu memuncak dalam perang Paregreg. Jelas sudah, dua letusan besar Gunung Kelud yang terjadi di antara tahun 1380 hingga 1420 TU merupakan salah satu faktor yang mungkin turut menggiring Majapahit menuju senjakalanya.
Di TUANG OLEH : MBAH BROHEM
KHUSUS UNTUK TAGANA PROPINSI JAWA TIMUR , DI TINGKAT MADYA / KHUSUS DAN TAGANA UTAMA
Referensi literasi :
1. Pyle. 2014. Ash Fallout from The 2014 Kelut Eruption, a Preliminary Analysis. Earth Science Class, 18 February 2014. Oxford University, UK.
2. Sulaksana dkk. 2014. The Crater Configuration f Kelud Volcano, East Java, Indonesia after 2014 Eruption. International Journal of Science and Research, vol. 3 no. 3, March 2014, 419-422.
3. Global Volcanism Program. 2014. Kelut (Kelud), Java, Indonesia, Big 2014 Eruption. Smithsonian Institution.
4. Indo-Aviation. 2014. Imbas Abu Gunung Kelud, Airbus A320 Jetstar Asia Harus Ganti Mesin. Laman Indo-Aviation.com, reportase Achdiyatma Reza.
5. Sudibyo, 2014 dengan basis Google Maps dan data dari Zainuddin dkk, 2013. Kelud pada 690 ± 110 Tahun yang Lalu Merupakan Letusan yang Sangat Dahsyat dan Sangat Berdampak pada Kerajaan Majapahit. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 2 Agustus 2013: 117 – 133.
6. Triastuty dkk. 2014. Gelegar Kelud 2014. Majalah Geomagz, vol. 4 no. 1 Maret 2014, halaman 20-28.
7. Handoko, 2014 dalam Global Volcanism Program, 2014.
BENCANA AKIBAT POLITIK ATAU POLITIK YANG BERPOTENSI BENCANA
Kamis tanggal 3 Mei 2018 dari pukul 13.00 – 16.00,
Telah diselenggarakan diskusi dengan topik “Dialog Intergenerasi dan Interdisipliner untuk Memperkuat Peran Pemuda dalam Sains dan Teknologi dalam Pengurangan Resiko Bencana” oleh ICIAR-LIPI (Internasional Center for Interdisciplinary and Advanced Research-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indoensia). Diskusi diselenggarakan di Gedung Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Bahasa Lantai 1, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Indonesia. Dihadiri sekitar 50-an kaum muda dari berbagai lembaga, organisasi, dan komunitas, yang berkomitmen untuk membantu masyarakat dunia untuk bersama-sama mengelola dan mengurangi risiko bencana.
Poin-poin penting dalam diskusi tersebut, kaum muda bersama-sama belajar tentang prioritas-prioritas terkait PRB: memahami risiko bencana; memperkuat tata kelola risiko bencana untuk mengelola risiko bencana; investasi dalam pengurangan bencana untuk ketahanan; dan meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk respon efektif, dan untuk “membangun kembali lebih baik” dalam pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi. Empat poin tindakan prioritas tersebut diambil dari Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR) 2015-2030 atau Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana (KKSPRB) 2015-2030 yang dihasilkan oleh negara-negara di dunia sebagai sebuah kesepakatan kerja sama internasional dalam PRB. Dengan rekontekstualisasi di Indonesia dan reaktualisasi isu-isu kebencanaan dalam dialog antar generasi atau intergenerasi ilmuwan, dan antar disiplin atau interdisipilin ilmu, dan tentu saja upaya untuk melibatkan ilmuwan muda dalam isu kebencanaan di tingkat antar negara-bangsa atau internasional.
Tulisan ini tidak merepresentasikan hasil diskusi tersebut, namun hanya menjadi refleksi dalam pemikiran saya sbg relawan
Karena menyadari dan mengakui bahwa perdebatan bahkan dialog tentang politik bencana dan bencana politik masih menjadi sesuatu yang dihindari di forum-forum formal, bahkan menjelang 20 tahun reformasi di Indonesia. Oleh sebab itu, maka segala respon dan reaksi dari tulisan ini, sepenuhnya menjadi tanggungjawab Penulis.
Politik Bencana Global
Dari beragam opini, masalah-masalah intergenerasi ilmuwan, interdisiplin ilmu, dan internasionalisasi ilmuwan muda Indonesia, -menurut saya- bermuara pada satu hal: politik pengelolaan bencana atau singkatnya politik bencana. Memahami politik bencana harus berangkat dari memahami bahwa dunia sesungguhnya dikelola dalam satu struktur dan satu sistem global yang hegemonik. Ketika muncul satu atau lebih struktur dan sistem tandingan yang dijadikan sebagai alternatif, maka pada saat itulah politik global semakin dinamis dengan munculnya kontra hegemoni.
Kesadaran tentang relevansi antara politik bencana global yang berjalan beriringan dengan dinamika politik ekonomi global mulai dari revolusi industri 1.0, 2.0, 3.0, dan 4.0 saat ini sebenarnya sudah disadari oleh sebagian Kaum Muda. Dinamika industri global tersebut juga mempengaruhi kecenderungan dalam pengelolaan sain dan teknologi dalam pengelolaan kehidupan sehari-hari masyarakat dunia yang berawal dari multidisiplin (banyak ilmu yang terpisah-pisah), monodisiplin (hanya satu ilmu untuk spesialisasi keahlian), interdisiplin (kesadaran kerja sama antar disiplin ilmu), sampai akhirnya menjadi transdisiplin (penggabungan berbagai disiplin ilmu untuk tujuan yang lebih baik dan lebih fokus menyelesaikan permasalahan yang kompleks). Begitupun dalam pengelolaan bencana yang harus melibatkan para ilmuwan dengan sain dan teknologi yang mereka kuasai untuk PRB.
Sejauh ini sudah ada 187 Negara Anggota PBB yang mengadopsi KKSPRB 2015-2030 pada Konferensi Dunia untuk Pengurangan Resiko Bencana yang Ketiga, dan itu menjadi panduan global dalam PRB dengan menyesuaikan pada tujuan-tujuan pembangunan global (sustainable development goals/SDG’s). Apakah kemudian perlu menghadirkan tandingan atau alternatif dari itu? Tentu saja tidak bisa dijawab sepenuhnya saat ini karena 2030 masih harus dijelang dengan semangat kemanusiaan tanpa batas dalam setiap upaya PRB di seluruh dunia.
Politik Bencana dan Bencana Politik di Indonesia?
Keinginan dan kegigihan para Ilmuwan Muda Indonesia untuk terlibat dalam tata kelola atau pengelolaan (governance) PRB sampai di tingkat internasional, yang sebelumnya berintegrasi dengan Ilmuwan Tua atau generasi para senior, juga dalam pengintegrasian berbagai bidang ilmu yang mereka kuasai, sesungguhnya memang tidak bisa dilepaskan dari keinginan politik (political will) yang baik oleh para penguasa politik dan juga penguasa ekonomi di tingkat negara. Begitulah realitas dalam dinamika keseharian sampai saat ini. Para elit politik-ekonomi di tingkat negara secara struktural adalah pemegang mandat yang dipercaya untuk menghasilkan sistem pengelolaan PRB yang mampu mengintegrasikan antar generasi, antar disiplin ilmu, dan juga antar negara-bangsa.
Sistem pengelolaan PRB di Indonesia yang ideal seperti harapan Kaum Muda agar tidak gagap dalam integrasi antar generasi, antar disiplin ilmu, dan berinteraksi sejajar dengan ilmuwan muda lainnya di tingkat internasional, ternyata harus berhadapan dengan realitas politik pendidikan, politik anggaran, dan politik birokrasi yang tidak sederhana. Sistem pendidikan nasional yang harus segera dibebaskan dari rezim linieritas disiplin ilmu; penganggaran untuk PRB nasional yang harus dibebaskan dari ego sektoral birokrasi negara; dan juga birokrasi yang harus dibebaskan dari korupsi, kolusi, dan nepotisme yang tidak juga selesai bahkan ketika hampir 20 tahun reformasi di Indonesia. Jika tidak, maka politik bencana justru menghasilkan bencana politik dan PRB semakin jauh dari cita-cita ideal kaum muda khususnya para Ilmuwan Muda untuk PRB di Indonesia untuk mewujudkan keamanan bagi manusia.
Di Tuang Ulang dari hasil Reportasi
Oleh : Mbah Brohem
Nara sumber: Virtuous Setyaka, S.IP., M.Si.*Dosen Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas, Padang.
**Mahasiswa Doktoral (S3) Hubungan Internasional, PPS FISIP, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Dan Inisiator Pembentukan Komite Siaga Bencana Mahasiswa (KOSBEMA), Universitas Andalas, Padang.
Transportasi massal dgn pola edukasi massal PRB
*Bentuk Lain dari yang lain
Model EDUKASI PRB
Gerakan Pengurangan Resiko Bencana
URBAN DISASTER*
Dari Surabaya -Djawa Timur Untuk INDONESIA
Transportasi Massal hadir dikota dengan pola Edukasi Massal dan menumbuhkan kesadaran pengurangan Resiko Bencana Perkotaan.
Bus Suroboyo kini resmi beroperasi dengan rute Surabaya Selatan (Terminal Purabaya) hingga Surabaya Utara (Kawasan Rajawali).
Harapannya dengan transportasi masal ini, kemacetan dan angka kecelakaan menurun. Perubahan mindset warga perkotaan dari transportasi pribadi pindah ke transportasi umum, harus dilakukan.
Lalu apa yang menarik dari Bus Suroboyo ini?? Kamu cukup bayarnya dengan sampah plastik!
Caranya kamu cukup tukarkan 10 platik gelas, atau botol kecil - sedang sebanyak 5 botol, atau 3 botol ukuran besar. Nantinya, ada petugas yang akan verifikasi dan akan menukarkan dengan tiket.
Selain itu, kamu juga bisa menukarkan sampah tersebut ke bank sampah untuk mendapatkan kartu khusus Bus Suroboyo, semacam kartu e-payment. Lalu kartu tersebut bisa di-tap ke dalam bus tersebut.
Ini merupakan salah satu cara Pemkot Surabaya untuk mengedukasi warga Surabaya untuk mau peduli terhadap lingkungan. Mengingat sampah plastik tidak bisa begitu saja hilang.
Gak cuma itu aja, yang lebih kerennya lagi, nantinya akan ada aplikasi bernama GoBis yang bisa kamu gunakan untuk memantau bus ini. Dari aplikasi ini, kamu bisa tahu jadwal kedatangan bus di tiap haltenya, asal dan tujuan, hingga posisi bus berada.
Bahkan, bus ini tidak akan terjebak lampu merah loh! Karena bus ini tersambung atau terintegrasi dengan sits Dishub Kota Surabaya.
Keren banget kan!! Kamu bisa naik bus ini yang beroperasional dari jam 05.00 - 22.00 WIB.
Yuk ganti moda transportasi pribadi ke umum ya!
Sang RELAWAN
Jika membaca atau mendengar kata relawan, hal pertama yang terlintas dalam benak sebagian besar kita mungkin adalah orang-orang yang membantu saat terjadinya bencana, seperti evakuasi korban ataupun membantu kebutuhan dasar mereka saat di barak penampungan, tapi apakah relawan hanya hadir sebatas momen bencana saja? Jikapun definisinya lebih luas dari itu, penjelasan apa yang sebenarnya bisa digunakan untuk mengurai tuntas makna dari relawan?
Saya pernah bertanya ke beberapa teman tentang pengertian relawan menurut mereka, beberapa dari mereka mengatakan “oh, yang bantuin di bencana alam itu ya?, yang biasanya bantu di posko banjir kan itu relawan”. Lalu, ada juga teman yang mengatakan “Aku bukan relawan, relawan kan yang bantu pas ada bencana, kalau aku volunteer yang mengajar anak-anak jalanan.” Yap, kata ‘relawan’ memang identik dengan mereka yang siap ditempatkan di lokasi bencana. Sedangkan volunteer mengacu pada mereka yang melakukan kegiatan sukarela seperti mengajar anak jalanan, menjadi panitia kegiatan bakti sosial, kegiatan yang terdengar ‘ringan’ dibandingkan mereka yang membantu saat terjadi bencana. Padahal, dua kata tersebut yakni relawan dan volunteer adalah sama, hanya penggunaan dalam bahasa sehari-hari yang berbeda.
Pengertian Relawan
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, relawan sepadan dengan kata sukarelawan yang artinya adalah orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela (tidak karena diwajibkan atau dipaksakan).
Akan tetapi, sesederhanakah itu pengertian relawan? Karena dengan berpegang pada definisi yang itu saja, berarti kalau kita rela melakukan sesuatu dengan sukarela untuk si dia yang tercinta, otomatis kita adalah relawan—mungkin akan lebih aduhai lagi bila ditambah gelarnya menjadi relawan cinta, pejuang kasih sayang, hehe.
Untuk itu, agar tidak terjadi penyempitan makna seperti contoh aduhai di atas, baiknya kita memperkaya makna dengan merujuk pada sumber lain.
Bila kita membuka kamus Oxford, definisi relawan (volunteer) juga hampir serupa dengan kamus Indonesia. Terdapat dua pengertian mengenai kata relawan, yakni
A person who freely offers to take part in an enterprise or undertake a task.
A person who works for an organization without being paid.
Pengertian pertama sejalan dengan pengertian menurut kamus Indonesia. Pengertian kedua menjelaskan bahwa relawan bekerja tanpa melibatkan transaksi uang juga.
Dalam kamus Merriam Webster, pengertian relawan dibagi menjadi dua bagian, definisi sederhana dan lengkap. Definisi sederhana relawan menurut kamus ini, hampir sama dengan dua kamus sebelumnya, tapi diperkaya dengan definisi sebagai orang yang bergabung dengan kemiliteran tanpa paksaan (kemungkinan semacam wajib militer). Berikut kutipan lengkapnya.
A person who chooses to join the military
A person who does work without getting paid to do it
Definisi lengkapnyalah yang menjelaskan lebih rinci ketimbang beberapa definisi sebelumnya.
A person who voluntarily undertakes or expresses a willingness to undertake a service as a: a). one who enters into military voluntarily; b). one who renders a service or takes part in a transaction while having no legal concern or interest of property without giving valuable consideration.
Dengan demikian, secara bahasa, relawan memang orang yang bekerja sukarela membantu dalam pelayanan atau organisasi tertentu tanpa menginginkan atau melibatkan uang sebagai imbalan atas kerjanya.
Relawan itu dibayar nggak sih?
Dalam Volunteering England Information Sheet, terdapat kutipan pengertian aktivitas kerelawanan yang merujuk pada buku The Compact Code of Good Practice on Volunteering yang terbit pada tahun 2005.
“…an activity that involves spending time, unpaid, doing something that aims to benefit the environment or individuals or groups other than (or in addition to) close relatives”.
Merujuk pengertian di atas, artinya seseorang disebut relawan jika telah menyediakan waktunya, tanpa dibayar, untuk melakukan sesuatu yang dapat berkontribusi positif bagi lingkungan, orang lain, atau suatu kelompok, yang notabene bukan semata orang terdekat sang relawan saja.
Ini berarti hal yang mendorong kerja kerelawanannya bukanlah kedekatan batin dengan pihak penerima ‘bantuan’-nya saja, tetapi ada motivasi lain yang mendorongnya, dan itu bukanlah uang. Sama sekali bukan uang.
Memang benar ada beberapa organisasi yang memberikan sejumlah uang para relawannya, tetapi biasanya sekedar untuk menutupi biaya akomodasi yang telah dikeluarkan relawan atau berupa sistem reimbursement. Akan tetapi, perlu diingat juga ada atau tidak adanya uang untuk aktivitas kerelawanannya itu tidak akan sama sekali memengaruhi kerja sang relawan.
Jadi, dapat disimpulkan seseorang bisa disebut relawan jika:
Melakukan sesuatu hal dengan sukarela
Mengorbankan waktu dan tenaga
Aktivitas tersebut memberikan keuntungan positif bagi lingkungan atau organisasi yang dibantunya
Tidak atas dasar motivasi atau mengharapkan imbalan uang.
Nah, membaca penjelasan di atas, apakah kamu sudah siap #JadiRelawan? Kami yakin, jauh dalam lubuk hatimu yang paling dalam, kamu sangat ingin menjadi relawan. Lantas, tunggu apa lagi?
Ayo kita simak bait demi bait
Nyanyian syair ini
Apa Itu Relawan ?
Kami berdiri disni
Kami hadir disini
Kami tidak dinanti
Kami selalu dihati
Tidak berujung tidak bermakna
Tidak goyah walau diterpa amarah
Tidak mundur walau sudah bau tanah
Tidak hancur sebelum berkalang tanah
Jiwa kami jangan diuji
Jiwa kami jangan dibenci
Jiwa kami takkan mati hingga nanti
Jiwa kami bukti hidup sejati
Datang jangan diundang
Sebab kami pejuang sejati
Kondisi kami miris meradang arang
Sebab bagi kami, kalianlah tujuan janji sejati hati
Kami memang dekil
Tapi kami tidak butuh pamrih
Kami memang terlihat secungkil
Tapi kami pelindung asih
Baju baju kami mungkin berbeda
Bendera kami mungkin tak sama
Tapi jiwa kami terukir serenda
Tapi hati kami terbalut hati ibunda
KETAHANAN KOTA
FGD KETAHANAN KOTA MTI 19 MEI 2018
PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN ANCAMAN TERORIS
*PENDAHULUAN*
Tanggal 13 Mei 2018 pagi, semua orang terkejut, kaget, shock.... sangat sulit menggambarkan kejadian itu. Bagaimana tidak serentetan kejadian bersama sama yang tidak pernah diperkirakan oleh semua orang, baik orang Surabaya, Indonesia, bahkan dunia. Surabaya diserang teroris, 3 gereja sekaligus dan korban dan kerusakan tak terhindarkan serta trauma yang butuh waktu lama untuk bisa pulih kembali.
Kejadian belum terhenti, sorenya tim Densus 88 dan tim Gegana mengepung sebuah rumah di Wisma Indah K22 rumah teroris yang ada bomnya. Sebelum upaya penjinakkan bom, maka penduduk pada radius 300 m harus ngungsi. Ini sesuaj SOP yg harus dilakukan. Penduduk harus ngungsi malam itu. Ini juga membuat ketakutan tersendiri sebab kalau bom tidak bisa dijinakkan dan meledak maka rumah rumah di sekitarnya bisa hancur berantakan.
Malamnya ada penggerebegan di Wonocolo dan ada 3 teroris yang meninggal. Malam senin itu membuat banyak orang Surabaya tidak bisa tidur... semua mendiskusikan itu. Ternyata paginya Senin 14 Mei masih terjadi lagi bom keluarga bunuh diri di Mapolresta Kota Surabaya. Dan bersamaan dengan itu dimulai perburuan teroris dimana mana di khusunya di Jawa dan Sumatra.
Berita kejadian menyebar dengan cepat, sebagian besar mengutuk keras kejadian ini tapi sebagin masih juga mencoba mengalihkan peristiwa ini sebagai isu politik yang lagi memanas, bahkan ada yang mengalihkan ini sebagai bagian skenario global dsb. Berita miring tentang peristiwa ini memang tidak bisa dielakkan dan membingungkan bagi masyarakat yang tidak tahu.
SATU HAL YANG PASTI DAN SANGAT PEDIH DIRASAKAN MASYARAKAT SURABAYA bahwa BOM bunuh diri itu NYATA adanya dan kita, masyarakat Surabaya HARUS BERBUAT SESUATU. Masyarakat Tangguh Indonesia (MTI) mencoba mendiskusikan hal itu dan harapannya bisa dibuat semacam petunjuk praktis dalam menghadapi ANCAMAN TEROR baik sebelum, saat dan sesudah.
PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS (PRBBK)
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana yang dilakukan melalui penyadaran, peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana dan atau penerapan upaya fisik dan non fisik oleh anggota masyarakat secara aktif, partisipatif dan terorganisir.
Belajar dari kejadian bom yang terjadi di 4 tempat di Kota Surabaya yang terjadi SANGAT CEPAT dimana pengebom dengan kendaraan lamgsung masuk ke lokasi dan terjadi ledakan. Akan kesulitan mencegah kendaraan dan akan sulit membedakan pengendara akan berbuat teror tersebut. Oleh karenanya diupayakan dicari penyebab dan pemicunya sehingga kita bisa berusaha mencegah sebelum hal itu dilakukan.
Untuk merencanakan, menyiapkan, dan membuat bom #TERORIS membutuhkan #TEMPAT atau #RUMAH dan itu bisa ada di dekat rumah kita. Kita bisa memgadopsi PRBBK untuk ANCAMAN TERORIS dengan mengaktifkan lagi budaya gotong royong masyarakat untuk lebih partisipatif. Intinya, masyarakat dilibatkan sejak identifikasi sampai kesimpulan, untuk dilaksanakan sebagai aksi nyata di lingkungannya. Selanjutnya diharapkan masyarakat mampu mengakses sekaligus mengendalikan sumber dayanya sendiri agar kegiatan PRBBK tetap bertahan tidak terus menerus tergantung dari luar.
PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN ANCAMAN TERORISME*
#SEBELUM
SATGAS LINGKUNGAN
Langkah langkah yg diperlukan al :
1. Warga Rukun Tetangga. membuat kesepakatan bersama untuk membentuk *SATGAS LINGKUNGAN* dan didifinisikan kewenangannya.
SATGAS ini bisa dikembangkan lebhi luas kearah permasalahan yang lain. Seperti KEBAKARAN, NARKOBA, CUKRIK dll.
2. Kemudian dilakukan identifikasi kapasitas masing masing warga yang dimiliki. Khususnya identifikasi warga yang sudah berkemampuan khusus seperti punya sertifikat relawan, rescue, pmi, kebakaran dll.
3. Kelompok ini akan bermusyawarah mendiskusikan SECARA RUTIN tentang TERORISME... Untuk narasumber bisa mendatangkan dari BNPT, Polisi, Kiyai, Akademisi dll.
4. Melakukan pemeriksaan dan konsultasi ke rumah rumah terkait berbagai hal seperti terorisme , kebakaran, narkoba dll.
5. Mencatat nomor nomor tilpon dan web yg penting.
6. Bagi setiap warga harus tahu cara melaporkan kejadian ke SATGAS LINGKUNGAN atau ke nomor nomir tilpon tersebut diatas
7. Latihan keadaan darurat secara periodik misal tiap tahun. Bisa darurat teroris, kebakaran, gempa dll.
8. Seperti zaman dulu bagi warga yang tidak mau kumpul *dipaksa* bersilaturahmi.
Untuk itu diusulkan agar Pihak pemerintah kota/kabupaten diharapkan menerbitkan peraturan agar dibentuk SATGAS LINGKUNGAN setingkat Rukun Tetangga Agar bisa menjadi dasar pembentukan SATGAS LINGKUNGAN. Harap diadakan REWARD bila ada SATGAS yg bisa melaporkan sehingga TERORISmE dapat dicegah.
SESAR PURBA KENDENG ITU NYATA DARI PUSAT GEMPA NASIONAL, BUKAN HOAX dan PARA PEJABAT PEMANGKU KEBIJAKAN JANGANLAH MENOLAK HASIL NYATA PENELITIAN PARA LEMBAGA PUSGEN, TERUTAMA TOKOH TOKOH PARTAI JANGANLAH INFO SESAR KENDENG DIJADIKAN KONSUMSI POLITIK SESAAT
Kota Surabaya menurut kebanyakan orang steril dari gempa. Namun hasil penelitian ilmiah menunjukkan bahwa wilayah sepanjang Waru Sidoarjo hingga Mayjen Sungkono Surabaya berpotensi terjadi gempa.
Bahkan sepanjang garis wilayah ini potensi gempa sama tingginya dengan wilayah potensial lain.
Pusat Gempa Nasional Kementeriaan Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan bahwa wilayah Surabaya itu dilalui Sesar Kendeng, yakni patahan bumi yang membentang dari Flores hingga Bandung.
Rekahan atau patahan itu melintang di antaranya melintasi Waru, Mayjen Sungkono, Banyu urip hingga Cerme, Jombang, hingga Nganjuk.
Kendeng sendiri adalah pusat patahan yang berada di wilayah Nganjuk.
Setiap saat, patahan bumi itu bisa bergerak hingga mengguncangkan permukaan bumi Surabaya.
Padahal saat ini banyak gedung bertingkat kebanyakan ada di Surabaya Barat itu.
Ini bukan hoax tapi rilis resmi dari Pusat Gempa Kementerian. Sebaiknya kita tak perlu menolak informasi ini.
"Yakin kita bisa diselamatkan dan hanya perlu antisipasi,"
( Saya mengutip kata Pakar Geologi ITS Amien Widodo, saat mencoba tukar fikiran di Lab Kebumian dan geofisika kampus ITS )
Saya pun juga berkomunikasi dgn Kepala BMKG Pusat Dwikorita Karnawati ( yang juga oernah satu tim dalam menempatkan early warning sistem deteksi dini gempa dan tsunami di selatan perarian banten hingga yogyakarta antara thn 2009 hingga thn 2011,
Dan berkomunikasi dgn kolega saya di Basarnas, dan beberapa alumni lemhannas yg skrg masuk dalam Anggota DPR RI.
Tugas semua pemangku kepentingan mencari zona patahan. Bayangkan, dalam setahun ada 7.000 getaran akibat patahan di Indonesia. Setiap hari asa 360 getaran gempa, termasuk Surabaya, kata Dwikorita.
Rilis resmi terkait Sesar Kendeng itu sebenarnya sudah mengemuka sejak September 2017. menyebutkan bahwa Surabaya memiliki potensi yang sama dengan daerah lain dalam hal bahaya gempa.
Meski wilayah ini jauh dari gunung atau laut selatan. Namun dua Sesar atau patahan Kendeng dan Sesar Opak.
Pada 1937 tercatat bahwa Surabaya juga pernah gempa bareng dengan Jombang karena satu patahan.
Karena Surabaya memang dilewati Sesar Kendeng. Potensi gempa juga kuat hingga 6,5 skala richter. Kapan terjadi, tidak ada yang tahu
Karena berada di Sesar itu, setiap saat aktivitas tektonik itu akan terjadi. Akan ada rekaha, sobekan hingga retakan terutama sepanjang Waru hingga Mayjen Sungkono. wilayah ini dilintasi Sesar kendeng.
Kita tidak tahu seberapa dalam patahan bumi di Surabaya ini. Hingga saat ini, para pakar gempa dan para praktisi yg tergabung dalam IABI, IAGI IAPI menindaklanjuti temuan potensi gempa itu dengan mengambangkan penelitian khusus.
Tidak saja melihat kesiapsiagaan gedung bagunan bila benar-benar terjadi gempa. Apakah gedung besar-besar di Mayjen Sungkono sudah ramah gempa. Mereka apa sudah tahan gempa.
Hasil temuan potensi gempa itu sudah pernah di sampaikan dan dibicarakan dan didiskusikan bersama Beppeko Surabaya.
Kita tidak perlu panik. Pemkot sudah melakukan sesuatu bersama para pakar pakar bencana terkait, kata Kepala BAPEKO kota surabaya
Saat ini juga tengah dilakukan standardisasi bangunan yang ramah gempa di Mayjen Sungkono. Begitu juga bangunan lama dan gedung menjulang yang sudah lama akan dilakukan treatment Khusus.
Semua juga diantisipasi dengan memasukkan ramah bencana pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
Di paparkan oleh
Gus Bro..hem
Dari berbagai sumber para pakar bencana
Dari PUSPENNAS ( Pusat Peta Bencana Nasinal )
Selasa, 04 Agustus 2020
*KORP BELA NEGARA*
Arsip Blog
-
▼
2020
(32)
-
▼
Agustus
(11)
- *KORP BELA NEGARA*
- SESAR PURBA KENDENG ITU NYATA DARI PUSAT GEMPA NA...
- KETAHANAN KOTA
- Sang RELAWAN
- Transportasi massal dgn pola edukasi massal PRB
- BENCANA AKIBAT POLITIK ATAU POLITIK YANG BERPOTEN...
- Gali PRB Erupsi Gn KELUD, berbasis budaya BERUPA...
- BUMI ADALAH PLANET YANG PUNYA KE UNIKAN KHUSUS
- KENAPA KAU DIAMKAN AKU DENGAN CARA SEPERTI INI
- Untukmu Orang yang Aku Pikirkan Setiap Hari, Adaka...
- GUSTI ALLAH MENCARIMU KOK KAMU TIDAK ADA , KEMANA ...
-
▼
Agustus
(11)