Disaster

Rabu, 04 Desember 2019

Dampak Sesar Aktif lebih mengerikan di Banding dampak gempa bumi mega trust

Selain gempa Mega trust, Waspadai juga Gempa Sesar Aktif

Selain Megathrust, Waspadai juga Gempa Sesar Aktif

BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika) memperingatkan agar masyarakat tak hanya terpaku pada gempa megathrust atau gempa besar. Tapi, perlu lebih waspada juga pada gempa sesar aktif yang kerap makan korban. 

Kondisi lempengan di sebagian wilayah Indonesia ini menimbulkan ancaman gempa nyata baik dalam skala kecil maupun besar seperti megathrust. Apalagi, Indonesia merupakan negara yang termasuk dalam wilayah gempa bumi teraktif di dunia atau disebut juga sebagai Ring of Fire

Saat ini terdapat 6 tumbukan lempeng yang jika dirinci menjadi 13 segmen megathrust di seluruh wilayah Indonesia.

Namun Kepala Bidang Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun juga mulai setuju alih megathtust

masyarakat mesti lebih waspada pada gempa sesar aktif di sekitar

"(Sebanyak) 295 sesar aktif kebanyakan berada di darat. Itulah yang harus kita waspadai. Jangan terbayang mimpi buruk megathrust tapi terlupakan yang di dekat kita padahal gempa tersebut sifatnya destruktif

Sejumlah gempa-gempa besar yang menelan banyak korban di Lombok maupun Palu merupakan gempa akibat pergeseran sesar aktif.

Sementara itu konfirmasi dan cross chek and re-chek kepada Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Eko Yulianto menekankan untuk mengurangi korban gempa, warga perlu membuat bangunan tahan gempa.

Besar magnitudo suatu gempa tak akan menelan korban jiwa yang banyak apabila konsep tata ruang dan juga konstruksi bangunan dibuat sedemikian rupa agar tahan gempa. 

Sebagai contoh nyata adalah  gempa besar di Chile pada 1960. Gempa ini bayak memakan korban akibat bangunan roboh.

Tapi tidak ada satupun yang menjadi korban akibat gempa


Kita bisa menarik kesimpulan awal bahwa kerawanan dan tingginya korban gempa itu akibat kecerobohan manusia itu sendiri dalam membuat struktur bangunan.

Kita wajib memberikan satu Mitigasi kepada masyarakat agar kitatak perlu khawatir soal kedua gempa itu jika telah memiliki pemahaman mitigasi yang baik. Sebab, pencegahan dampak buruk akibat gempa dapat diminimalisir apabila mengikuti konsep mitigasi yang baik. Salah satunya adalah dengan membangun bangunan dengan struktur yang kuat dan tahan gempa.

Selain itu juga garis pantai, kita harus tata yang benar, kalau ada histori tsunami, jangan berani-berani bikin tempat usaha atau pemukiman dekat pantai, itu sangat berisiko

sejumlah tips terkait membuat bangunan yang aman. Sebab, menurutnya dengan bangunan konstruksi tahan gempa justru menyelamatkan diri kita sendiri.

Bangunan tahan gempa memang butuh biaya pembangunan yang relatif lebih mahal.

Kalau tidak mampu jangan gengsi membuat rumah dari kayu dan bambu. Jangan karena gengsi bangun rumah asal asalan. itu bahaya

Selain itu, pembangunan di tepi pantai juga mesti memerhatikan apakah ada jejak sejarah terjadi tsunami di pantai itu atau tidak.

Jika menurut para ahli ada histori tsunami, sebaiknya bangunan, pemukiman, atau infrastruktur penting di pinggir pantai jangan langsung dibangun di tepi pantai. Tapi, sebaiknya mundur lagi 300 sampai 500 meter dari bibir pantai.



Di tuang di notulensi ulang oleh :
Gus  Mbah Brohem.

dari Hasil pertemuan yg membahas bahaya Sesar Purba di 
BNPB PUSAT

 

Minggu, 03 November 2019

Mitigasi dan Mapping gempa akibat pembentukan dari Accretionary Prism (prisma akresi)

Sejumlah Gempa bumi fokus dangkal yang sering terjadi di selatan jawa, Umumnya merupakan gempa akibat pembentukan dari Accretionary Prism (prisma akresi) seperti yang terjadi di selatan pangandaran.

Hal ini tampak dari beberapa kejadian gempa pada segmen itu dalam setahun terakhir (cek USGS).
Mekanisme dan kedalamannya cenderung sama,  potensi kekuatannya pun hampir sama berkisar skala ± M5.
Mekanisme fokus Antara Normal fault dan Thrust Oblique.fault.

Bagaimana proses pembentukan segmen prisma akresi?
Secara sederhana, prisma akresi terbentuk akibat reaksi balik dari konvergensi lempeng Indo-australia dibawah lempeng Sunda yang masih cukup kuat terkuncinya. Stres berlebihan akhirnya terlepas pada lapisan batuan yang lebih rapuh, membentuk garis garis patahan.

Sejumlah patahan terbentuk dalam prisma akresi, yang terdiri dari material yang tergores dari dasar laut.  Di belakang prisma terdapat cekungan/basin (cekungan lengan bawah/forearc basin) dari sedimen yang terperangkap. 

Bentuk prisma akresi pada dasarnya sama seperti tumpukan salju di depan buldozer, dan seperti salju, endapannya cenderung tergencet dan berkerut selama pembentukan prisma.

Prisma akresi sebenarnya merupakan proses awal naiknya daratan sisi selatan jawa secara berlahan dalam waktu sangat lama.

Bagaimana Potensi kegempaannya?
Potensi kegempaan masih berkisar ±M5., dan itu bisa dirasakan manusia di daratan berkisar skala 2-3 MMI.

Semoga bermanfaat untuk menambah wawasan anda 🙂🙏🏾

Di Tuang dalam bentuk blog utk tagana indonesia bidang TRC. 
Oleh :
Gus Brohem

Senin, 28 Oktober 2019

DISASTER MITIGASI BENCANA GEMPA DANGKAL sebagai EFEK DOMINO BENCANA SESAR PURBA dengam Zona atau cakupan wilayah luasan gempa DI ATASNYA TERDAPAT DAERAH PERKOTAAN / URBAN

MITIGASI GEMPA DAN TSUNAMI DIDAERAH WILAYAH PERKOTAAN ( URBAN AREA DISASTER )

 Judul kali ini mengetengahkan mitigasi gempa dan Tsunami di daerah perkotaan untuk menghindari korban jiwa dan kerusakan struktur yang berada di daerah yang terkena gempa maupun Tsunami. 

Pendekatan modelling di laboratorium untuk memprediksi kerusakan yang terjadi atau merancang struktur bangunan yang tahan gempa maupun Tsunami merupakan hal yang paling mungkin dilakukan mengingat penelitian dengan kondisi sebenarnya (skala penuh/full scale) merupakan hal sangat sulit dilakukan serta jika memungkinkan akan memerlukan biaya yang sangat mahal.

 Beberapa contoh modeling dengan alat shaking table dan centrifuge serta modeling analisis dengan finite element akan diuraikan dalam tulisan ini untuk memberikan gambaran mengenai hasil simulasi dibandingkan dengan kondisi sebenarnya.

 Pada akhirnya diharapkan hasil rancangan yang memenuhi persyaratan jika pada akhirnya model tersebut akan dibangun. Pendahuluan Indonesia merupakan daerah kepulauan yang diapit lempeng Eropa Asia - Australia di Selatan serta lempeng Pasifik dan Philipine dibagian Timur-Utara.

 Pergeseran diantara lempeng tersebut dapat mengakibatkan proses gempa terjadi disuatu titik kedalaman dan menjalar sepanjang patahan/sesar. Jika bidang patahan terjadi didasar laut kestabilan air laut terganggu secara vertikal maupun horizontal.

 Bahkan jika gempa yang terjadi magnitudenya besar (9 skala Richter) seperti Aceh terjadi sesar sepanjang ribuan kilometer sehingga menyebabkan terjadinya Tsunami (Desember 2004) yang menelan korban jiwa hampir 300.000 orang serta kerusakan infrastruktur yang amat besar. 

 Pada bulan Mei tahun 2006 kembali terjadi gempa tektonik di Selatan Yogyakarta juga akibat pergeseran lempeng Asia-Australia yang juga mengakibatkan korban jiwa mendekati angka 5000 jiwa dan kerusakan infra struktur yang besar. 

 Baru-baru ini di Pangandaran terjadi Tsunami dengan gelombang setinggi 5 meter menyapu daerah Pantai Pangandaran dan lagi-lagi terjadi korban jiwa sekitar 400 orang dan kerusakan infra struktur. 
 Dengan latar belakang kondisi Indonesia yang rawan gempa dan Tsunami ini, seminar mengenai mitigasi gempa didaerah perkotaan yang diprakarsai oleh Fakultas Teknik Unsrat ini amat tepat dan diharapkan dapat menghasilkan sesuatu hasil positif bagi pembangunan didaerah perkotaan yang rawan gempa dan Tsunami.

 Dengan perkembangan cepat yang terjadi di perkotaan diseluruh belahan dunia, bencana alam seperti banjir dan curah hujan diatas normal, periode musim kering yang berkepanjangan, dan serangan angin taufan, tanah longsor dan gempa bumi adalah ancaman umum bagi umat manusia. 

 Walaupun kemajuan mengenai pemahaman permasalahan bencana alam dan mitigasi bencana alam namun bagi sebagian besar orang masih banyak isu-isu yang belum terpecahkan.

 Didalam tulisan ini penggunaan pemodelan fisik untuk studi dari permasalahan struktur bangunan untuk memperkecil atau mengurangi akibat gempa dan tsunami ditinjau. Pemodelan fisik geoteknik adalah instrumen yang dapat diandalkan untuk mempelajari permasalahan struktur bangunan jika terjadi gempa dan Tsunami

 Beberapa aplikasi pemodelan fisik yang sesuai dengan keadaan aslinya dengan singkat dapat di kaji dampak gempa bumi, terutama gerakan tanah yang kuat adalah contoh dari pembebanan siklik yang tidak beraturan yang meliputi sebuah cakupan yang utuh dari karakteristik dan regangan geser serta karakteristik perilaku tanah dalam region. Konsekwensi pada tanah deposit seperti liquifaksi dan kegagalan lereng, atau penurunan yang besar dalam kaitan dengan lahan densification, dapat mengakibatkan kerusakan yang fatal pada bangunan didaerah itu. Dengan begitu, didaerah seismic, kebutuhan akan analisis yang rasional dan perkiraan-perkiraan objektif yang memiliki resiko harta dan kehidupan bukan hanya kebutuhan akademis. 

 Pertemuan dua lempengan mengalami subduksi yang menyebakan terjadinya gempa tektonik Empat golongan kerusakan utama akibat gempa .

1. Ground shaking – Ini adalah gerakan tanah akibat gempa yang merupakan unsur utama penyebab keruntuhan struktur

 2. Liquefaction – Kehilangan strength pada pasir yang jenuh air akibat pembebanan siklik. Kondisi ini menyebabkan penurunan dan pergerakan lateral dari pondasi. Yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi lokasi yang berpotensi liquefaction dengan menghindari pembangunan diatasnya, atau cara lain membuat fondasi dalam sehingga terhindar dari liquefaction 

3. Bidang patahan (fault rupture) – Ini pergerakan patahan akibat gempa. Pergerakan dapat vertikal maupun horizontal.

 4. Landslide – Sering kali terjadi sebagai akibat dari terjadinya gempa. Perlu dihindari pembangunan diatas lereng atau dikaki dari lereng.



Tsunami

 Pengertian Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang artinya Tsu berati pelabuhan dan nami berarti gelombang. Kata ini secara mendunia sudah diterima dan secara harfiah yang berarti gelombang tinggi/besar yang menghantam pantai/pesisir. Tsunami sendiri terjadi akibat gempa tektonik yang besar dilaut ( lebih besar dari 7.5 skala Richter dan kedalaman episentrum lebih kecil dari 70 km) yang mengakibatkan terjadinya patahan/rekahan vertikal memanjang (kasus Aceh patahan mencapai ribuan kilometer) sehingga air laut terhisap masuk dalam patahan dan kemudian secara hukum fisika air laut tadi terlempar kembali setelah patahan tadi mencapai keseimbangan. Kecepatan air/gelombang yang sangat cepat terjadi. Pada kasus Tsunami di Aceh kecepatannya dapat mencapai ratusan kilometer per jam nya. Antara terjadinya gempa dan Tsunami ada jeda waktu yang dapat digunakan untuk memberikan peringatan dini pada masyarakat. Pengalaman di Aceh menunjukkan peringatan dini belum berjalan. Secara diagramatis


Tsunami early warning system (TEWS)

 Hal sederhana yang dapat dilakukan untuk memberi peringatan dini bagi penduduk yang berada di sekitar kota/pantai yang memiliki potensi Tsunami adalah memberi peringatan melalui sirene atau televisi/radio lokal yang dapat dengan segera mensosialisasikan akan terjadinya Tsunami. Menurut pengalaman di Aceh ada jeda waktu sekitar 30 menit sampai gelombang mencapai pantai. Saat ini didaerah yang rawan seperti di Aceh dan Pangandaran sedang disiapkan perangkat alat pendeteksi dini untuk memperkirakan terjadinya gempa maupun Tsunami. Early warning system yang lebih sophisticated seperti pemasangan peralatan khusus baik dilaut maupun didarat perlu melibatkan semua unsur yang memiliki potensi untuk secara cepat memberikan peringatan dini. 
diagram design early warning untuk Tsunami lokal di Indonesia (sumber BMG) 


Mitigasi bencana gempa/Tsunami 

Jepang telah membangun dinding penahan Tsunami setinggi 4,5 pada daerah pantai yang padat penduduk. Namun ketika gempa tahun 1993 menimpa Hokaido, tinggi gelombang Tsunami mencapai 30m. Dinding penahan terlampaui namun tetap dapat mengurangi kecepatan dari Tsunami. Korban jiwa tetap tidak terhindarkan. Dinding semacam ini dapat digunakan di Aceh atau daerah lainnya (Pangandaran) yang rawan Tsunami, namun efektivitas dinding penahan tersebut perlu dilakukan penelitian. Pembuatan model dengan alat centrifuge dan melakukan uji di laboratorium dapat mensimulasikan tinggi gelombang yang dikehendaki. Mitigasi harus memperhatikan semua tindakan yang diambil untuk mengurangi pengaruh dari bencana dan kondisi yang peka dalam rangka untuk mengurangi bencana yang lebih besar dikemudian hari. Karena itu seluruh aktivitas mitigasi difokuskan pada bencana itu sendiri atau bagian/elemen dari ancaman. Beberapa hal untuk rencana mitigasi (mitigation plan) pada masa depan dapat dilakukan sebagai berikut:

 1) Perencanaan lokasi (land management) dan pengaturan penempatan penduduk 

2) Memperkuat bangunan dan infrastruktur serta memperbaiki peraturan (code) disain yang sesuai. 

3) Melakukan usaha preventif dengan merealokasi aktiftas yang tinggi kedaerah yang lebih aman dengan mengembangkan mikrozonasi 

4) Melindungi dari kerusakan dengan melakukan upaya perbaikan lingkungan dengan maksud menyerap energi dari gelombang Tsunami (misalnya dengan melakukan penanaman mangrove sepanjang pantai) 

5) Mensosialisasikan dan melakukan training yang intensif bagi penduduk didaerah area yang rawan Tsunami 

6) Membuat early warning sistem sepanjang daerah pantai/perkotaan yang rawan Tsunami

dsementara diagram dari mitigation planing proses (case study dari Regional all hazard mitigation Master Plan for Benton, Lane and Liin county, USA ).
berupa 7 langkah yang perlu diantisipasi. Dimulai dari asesmen resiko bencana sampai dengan penyediaan dana untuk pembangunannya. Mitigasi pada langkah keempat dihentikan jika risk atau toleransi dapat diterima. Jika tidak rencana dilanjutkan sampai langkah ketujuh yang merupakan prioritas dari mitigasi proyek yang diperlukan yaitu menyediakan pendanaan untuk mewujudkan. Perkembangan terbaru untuk meramalkan terjadinya gempa adalah dengan adanya awan diatas daerah terjadinya gempa. Menurut Sarmoko (peneliti di LAPAN) awan misterius tersebut tercipta akibat pergumulan uap air panas yang muncul dari rekahan permukaan bumi dengan udara dingin di angkasa. Uap air panas yang bertekanan tinggi melesak dari tanah sebagai dampak aktivitas seismik tingkat tinggi diperut bumi Memang hasilnya baru sekitar 60% kecocokannya dengan gempa yang terjadi. Sebagai contoh ketika terjadi gempa di Kobe pada tahun 1995 terjadi awan berbentuk seperti angin tornado terlihat dikota Kobe sebelum gempa terjadi. Meski terbukti kebenarannya para peneliti belum menggunakan prediksi gempa lewat awan yang terjadi untuk konsumsi publik. Gempa dapat terjadi 4-5 hari setelah penampakan awan gempa bisa juga terjadi setelah 130 hari kemudian melihat pengalaman yang terjadi di Jepang, AS dan China. Pemantauan satelit awan gempa merupakan terobosan besar untuk mitigasi bencana gempa. Penelitian lanjutan masih terus dikembangkan dengan megklarifikasi lewat satelit.


DAMPAK 

Kerusakan pada Fondasi Dangkal akibat gempa Fondasi dangkal secara luas banyak digunakan didaerah-gempa untuk struktur skala kecil sampai skala menengah. Daya dukung fondasi dangkal berkurang pada waktu terjadinya momen akibat gaya horizontal ketika terjadi gempa. Mekanisme kegagalan yang terjadi dapat dimodelkan dengan dengan teknik Particle Image Velocimetry (PIV), yang banyak digunakan pada mekanika fluida untuk mengukur defleksi. menunjukkan mekanisme keruntuhan menurut Prandtl.  terlihat pengaturan model uji pondasi strip diatas lapisan pasir dengan menggunakan shaking table (Knappet et,all.,2004). Shaking table bekerja berdasarkan momentum sudut penyimpanan (storing angular momentum) dari motor roda penggerak, kemudian dikonversikan menjadi gerakan horizontal melalui sebuah motor dengan memberikan gerakan sinusoidal input pada frekwensi tunggal. 


Di tuang di blog oleh. :

DSM.IBRAHIM DaSilva 
atau Mbah Brohem / Gus brohem 
(  MBAH BRO / GUS BRO )

Guna  mendukung para satgas bencana maupun para relawan utamanya khusus utk para personal TAGANA INDONESIA  
guna memahami dan mengenal karakteriatik lbh dalam dan detail  dalam melakukan MITIGASI dan MAPPING dampak dari
 BENCANA MULTI LATERAL dan DIMENSI

What is *CONFUSE* SHELTER ?



Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 

Mohon ijin sebentar untuk berbagi rasa berbagi info dan ilmu...,  tentang perihal shelter yang biasa kita geluti, tiap saat,  namun tetap menarik utk di bahas di kupas di kuluti,  karena perkembangan ilmu itu selalu dinamis mengikuti zamannya


25/4 19:13] Djoko Soenjoto M.ibrahim:

Kadang masih banyak para person tagana agak "confuse", dgn istilah internasional:  *transitional shelter, semi   permanent shelter dan permanent shelter.* 

Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 

Saya rasa banyak teman2 lainnya yang juga mengalami hal yang sama atau _confuse_ ttg penggunaan istilah2 di *bidang shelter.* Hal ini mungkin karena tidak seperti bidang lainnya (misalnya WASH atau pendidikan), hanya beberapa lembaga yang memiliki staf yang bekerja penuh waktu untuk shelter,   namun kemudian disaat terjadi bencana,   banyak pekerja kemanusiaan yang kemudian "nyemplung" dan bekerja di bidang shelter. Sehingga, terkadang sukar untuk memastikan semua orang _up to date_ dengan perkembangan2 di bidang shelter.


Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 

 Mari kita semua mencoba belajar menela'ah,  atau mencoba memahami beberapa penjelasan mengenai istilah2 yang digunakan di bidang shelter.

*Pertama, mengenai istilah "shelter". Dalam bahasa inggris, *shelter* memiliki arti luas dan punya beberapa pengertian. Anda dapat mencari shelter untuk berlindung dari badai, anda dapat memberikan shelter seorang anak dari pengaruh buruk lingkungan.... _*(sheltering a child from bad influences)*_, atau kita bisa memberikan shelter untuk orang terlantar, seekor anjing, atau membangun shelter untuk pemberhentian bus. *Arti kata yang luas ini adalah alasan mengapa istilah shelter digunakan untuk konteks kemanusiaan dan sampai saat ini terminologi yang digunakan masih "shelter"  dikarenakan belum ada padanan kata yang pas di kosakata Bahasa Indonesia, untuk menerjemahkan/ memadankan shelter secara tepat.*


Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 

Di konteks kemanusiaan, menyediakan shelter bagi para warga terdampak/ penyintas adalah merupakan sebuah *proses* mendampingi warga terdampak dalam menyediakan tempat *bernaung* yang layak dimana setiap orang memiliki *pilihan tersendiri* untuk pulih dari dampak bencana, dan memastikan warga terdampak dapat *bertransisi* dari kondisi yang tidak memiliki naungan yang layak menuju tempat tinggal permanen dengan kehidupan yang lebih baik. 


Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 

*Proses* ini bisa melibatkan _*(atau tidak melibatkan)*_ penyediaan produk, jasa, uang, pelatihan, atau advokasi. Idealnya adalah bukan membuat warga terdampak untuk *'menuruti"* program yang ada, namun mendampingi *setiap* warga dan membantunya dalam perjalanan mereka menuju pemulihan/ kehidupan yang lebih baik. Shelter yang aman, nyaman, dengan proses yang bermartabat adalah merupakan satu hak asasi setiap manusia dan adalah tugas kita sebagai satuan tugas atau relawan kebencanaan yg  konsisten mengambil bagian pada perlindungan dan jaminan sosial untuk membantu setiap orang bisa mendapatkan hak tersebut.


Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 

Istilah *TRANSITIONAL SHELTER*  digunakan pertama kali oleh *TOM CORSELISS BERSAMA TEAM*  dari Shelter Centre dimana mereka mempublikasikan *Transitional Shelter Guidelines* di tahun 2008. Mereka mengusulkan bahwa seluruh shelter sebaiknya bisa ditingkatkan, bisa dijual kembali, bisa diperluas, bisa dipindahkan, bisa didaur ulang atau bisa dibongkar pasang, dan bisa digunakan ulang  *(upgradable, resaleable, extendable, relocatable, recyclable or dismantlable and reusable).*   Sesungguhnya yang mereka ingin lakukan adalah untuk mensosialisasikan kepada komunitas shelter di tingkat global untuk memikirkan mengenai jenis fan Macam bantuan apa yang disediakan untuk warga terdampak bisa membantu mereka untuk *BERTRANSISI*  daripada terperangkap dengan kondisi shelter yang kemudian menjadi kawasan permukiman kumuh atau bantuan yang ada malah memperlambat upaya pemulihan menuju kehidupan yang lebih baik.



Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 
Sayangnya, konsep ini kurang dipahami dengan baik oleh banyak lembaga, sehingga banyak yang kemudian mengubah nama program *TEMPOTARY SHELTER* menjadi "TRANSSITIONAL SHELTER*.   dan lanjut saja desain programnya tanpa perubahan yang berarti. Banyak kritik dari donor dan lembaga lainnya yang kemudian melihat program *TRANSITIONAL SHELTER*  diubah namanya menjadi *T --  SHELTER*   namun  analisis yang jelas mengenai bagaimana sebuah program shelter bisa membantu proses transisi sebuah keluarga.
Kenyataannya, *aspek transisi* adalah bukan hanya mengenai desain tertentu, namun menyediakan konsep dimana dilakukan kajian terkait aktivitas yang terkait dengan shelter. Pada setiap waktu, kita bisa melakukan kajian apakah bantuan yang kita sediakan untuk suatu keluarga benar2 membantu mereka atau malah menghambat proses mereka untuk *bertransisi*  Salah satu contohnya adalah menyediakan terpal untuk keluarga yang atap rumahnya rusak (daripada sebuah tenda) atau menyediakan tenda untuk warga yang mesti relokasi dari lokasi tempat tinggalnya (dan dengan tenda, mudah untuk dibawa dan digunakan kembali). Menyediakan pelatihan dan peralatan pertukangan untuk membantu warga yang rumahnya rusak, atau membantu warga yang apartemennya rusak untuk tinggal di rumah kontrakan (karena pelatihan dan peralatan tidak akan membantu warga yang tinggal di apartemen untuk bertransisi dengan baik). 


Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 
Umumnya, membantu warga untuk bertransisi adalah dengan menggunakan pendekatan yang fleksibel dan membantu mereka untuk memilih opsi yang paling tepat dan sesuai dengan kebutuhan mereka. *Karena setiap keluarga memiliki  karakterisitik, kapasitas, dan kerentanan yang unik dan berbeda dengan keluarga2 lainnya*


Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 

Sedangkan untuk istilah "permanent shelter", istilah ini sebenarnya adalah istilah yang dihindarkan di tingkat global, dan lebih sesuai bila menggunakan istilah "tempat tinggal yang permanen dan aman". Seperti misalnya di Bangladesh saat ini, banyak pembangunan "permanent shelter" untuk warga Rohingya. Jenis nya permanen karena mereka tidak memiliki pilihan lainnya untuk pergi, namun juga bantuan yang ada ganyalah berupa shelter yang permanen dan bukanlah sebuah tempat tinggal yang aman dan permanen (misalnya sebuah rumah), yang dimana mereka bisa memulai kehidupan mereka yang lebih baik.


Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 
Istilah semi permanen sebenarnya adalah unik untuk Indonesia. Semi permanen adalah salah satu kategori bangunan, dimana artinya sebagian berupa beton/semen dan bagian lainnya berupa kayu/ bambu. Beberapa lembaga banyak juga yang menggunakan istilah ini untuk menggambarkan jenis bantuannya. Pada kenyataannya, bangunan semi permanen adalah salah satu jenis bangunan yang paling sulit untuk dibangun dengan aman, karena perbedaan bahan bangunan bisa membuat kondisi bangunan menjadi rentan terhadap rayap dan rusak karena air dan juga memiliki struktur yang lemah. Rumah inti adalah opsi yang umumnya lebih disarankan, dengan cara menyediakan rangka inti dari sebuah rumah dengan menggunakan dinding sementara (RISHA menggunakan metode ini) atau Rumah tumbuh yang nantinya bisa dikembangkan lagi, atau biasa dinamakan "One-room shelter".

LEMPENG TEKTONIK DINAMO KEHIDUPAN DI BUMI

LEMPENG TEKTONIK DINAMO KEHIDUPAN DI BUMI

Bagaimana mungkin bumi mampu mengembangkan suatu kondisi yang menciptakan perkembangan kehidupan menjadi mungkin? Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience menghubungkan asal-usul atmosfer yg kaya nitrogen di bumi dengan kekuatan tektonik yang sama yang mendorong pembentukan gunung dan gunung berapi di planet kita. Ada beberapa cara untuk menjelaskan mengapa, dibandingkan dengan tetangga terdekat kita, Venus dan Mars, udara bumi lebih kaya nitrogen. 
Sifat kimia udara yang kita hirup adalah, setidaknya sebagian dari hasil dari miliaran tahun fotosintesis. Tanaman hidup telah mengubah dunia kita dari planet berjubah dalam suasana karbon dioksida yang kaya - seperti yang terlihat di Mars atau Venus – menjadi planet dengan jumlah oksigen yang signifikan. Sekitar seperlima dari udara terdiri dari oksigen, dan hampir semua sisanya adalah nitrogen. 

Tetapi asal-usul dari kandungan nitrogen yang relatif tinggi dari udara bumi tetap menjadi sesuatu yang misteri. 

Geoscientists Sami Mikhail dan Dimitri Sverjensky dari Carnegie Institution of Washington telah menghitung brp nitrogen yg diharapkan untuk ktk bersepeda melalui bebatuan dari dalam bumi  oleh siklus lempeng tektonik. Gunung berapi aktif tidak hanya mandi batuan vulkanik dan abu sangat panas karena mereka meletus menyemburkan batuan cair ke udara, mereka juga melampiaskan sejumlah besar gas dari kedalaman bumi. Letusan terbaru di Islandia, misalnya, telah dicatat untuk menyumbang sejumlah asap belerang yang mereka telah di pancarkan. 

Di samping belerang, uap dan karbon dioksida, gunung berapi di sebelah batas lempeng tektonik aktif memompa sejumlah besar nitrogen ke udara. Mikhail dan Sverjensky menjelaskan hal ini melalui reaksi kimia yang terjadi di bawah akar-akar vulkanik. 

Nitrogen gelembung 

Seperti kerak samudera yang menunjam (yaitu, terseret di bawah kerak benua)  ke kedalaman bumi oleh siklus lempeng tektonik, ia melepaskan "volatile" elemen ke dalam batu di atas. Unsur-unsur yang mudah menguap mengandung nitrogen - dan nasibnya bisa baik atau akhirnya terkunci dalam mineral atau akan dirilis sebagai gas ke atmosfer. Komposisi kimia dari batuan yang melapisi memutuskan nasib volatil. 
Nitrogen jauh di kerak bumi akan cenderung membentuk ion amonium (NH4 +) yang bisa dimasukkan ke dalam mineral silikat padat dengan mudah. 

Mineral silikat adalah salah satu jenis yang paling berlimpah dari mineral dalam kerak bumi. Hal ini diduga terjadi pada sebagian besar nitrogen di bumi dan hampir semua nitrogen di Venus dan Mars. Tapi ketika mereka dan mineral silikat bereaksi dalam kondisi tertentu, seperti dengan adanya oksigen atau oksigen yang mengandung senyawa, molekul amonium memecah ke campuran air (H2O) dan nitrogen (N2). Yang terakhir kemudian menemukan jalan ke permukaan dan atmosfer melalui lubang gunungapi. 


Mars dan Venus tidak memiliki lempeng tektonik dan relatif sedikit nitrogen. Suasana kaya nitrogen yang membuat bumi menjadi rumah bagi kehidupan ribuan jutaan tahun yang lalu tampaknya memiliki asal bhw kenyataan bahwa planet itu sendiri adalah “binatang” yang aktif secara geologi. 

Subduksi, kekuatan pendorong untuk lempeng tektonik, juga menciptakan reaktor kimia untuk membuat nitrogen. Kekuatan yang sama(tektonik) yang mendorong pembentukan pegunungan dan benua, lautan dan pulau-pulau, juga bertanggung jawab untuk membentuk atmosfer dan biosfer kita. 

Temuan menunjukkan bahwa nitrogen pertama kali mulai membangun udara di atmosfer berlangsung lebih dari tiga miliar tahun yang lalu, dan ini menyiratkan bahwa lempeng tektonik sudah aktif di bumi pada saat itu. Hal ini cocok dengan perkiraan lain untuk berapa lama bumi telah menjadi planet yang aktif, dan itu kontras tajam dengan gambar geologis stagnan yang kita miliki tentang Mars dan Venus. 

Hasil penelitian ini memberikan baru ke dalam pra-kondisi yg dibutuhkan planet lain untuk menuju pemahaman apa yg seharusnya ada: karakter planet yg dapat  menjadi sumber kehidupan di sekitar bintang-bintang yg jauh, di tempat lain di alam semesta. 

Dituang kembali oleh :
Ibrahim Dasilva 
dari  : 
The Conversation. Geoscientists Sami Mikhail dan Dimitri Sverjensky dari Carnegie Institution of Washington 

Pada tsunami eartquake, gelombangnya di pantai jauh lebih tinggi dibandingkan tsunami dari sumber gempa dengan magnitudo relatif sama.

Masyarakat di pesisir selatan Banyuwangi kini lebih rentan terkena tsunami. Mereka tinggal di kawasan yang diterjang tsunami pada 1994, perbukitan Tumpang Pitu juga telah dikepras.


Tsunami yang menghancurkan pesisir selatan Banyuwangi, Jawa Timur 25 tahun lalu terjadi tanpa didahului guncangan gempa kuat. Tiba-tiba saja gelombang tsunami setinggi hingga 10 meter menerjang pada Jumat, 3 Juni 1994, sekitar pukul 02.00.

​Saat itu Bagong Irianto (59), warga Dusun Pancer, Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggrahan, tengah menghitung uang sumbangan warga untuk cucunya yang baru saja dikhitan. Dari halaman rumahnya, terdengar dalang Subari yang memulai adegan gara-gara.

​“Tiba-tiba saja ada suara ribut penonton. Kami kira awalnya ada maling tertangkap. Belum sempat kami berdiri,  lantai rumah yang terbuat dari plester pecah dan mengeluarkan air,” kisah Bagong.

​Bagong beserta istrinya, Sumiatun (70), selamat kendati seluruh uang yang dikumpulkan raib tersapu tsunami. Tetangganya juga banyak yang menjadi korban. Total sebanyak 215 orang tewas, 400 orang terluka, dan 1.000 rumah hancur. Sebagian besar korban berada di Dusun Pancer, Pantai Plengkung, dan Rajegwesi.

​Seperti disampaikan Bagong, para penyintas yang lain juga mengaku tidak merasakan guncangan gempa kuat sebelum datangnya tsunami 1994. Mereka rata-rata baru mengetahui adanya bahaya setelah mendengar suara bergemuruh seiring datangnya gelombang.

Seperti disampaikan Bagong, para penyintas yang lain juga mengaku tidak merasakan guncangan gempa kuat sebelum datangnya tsunami 1994.


​Padahal gempa pada 1994 itu, menurut rekaman United States Geological Survey tergolong besar, yaitu M 7,8 dan sumbernya 18,4 kilometer di bawah Samudera Hindia atau tergolong sangat dangkal. Gempa sebesar ini pada umumnya terasa sangat kuat.

​”Karakter tsunami di Banyuwangi disebut sebagai tsunami earthquake,” ujar Ketua Ikatan Ahli Tsunami Indonesia (IATsI) Gegar Prasetya, yang dua minggu setelah kejadian melakukan survei di Banyuwangi. Survei ini merupakan yang pertama kali dilakukan peneliti Indonesia bersama ahli luar negeri dan mendorong pendirian Pusat Penelitian Tsunami di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yogyakarta.

​Istilah tsunami earthquakedimunculkan pertama kali oleh ahli seismologi dari Earthquake Research Institute (ERI), Tokyo University, Hiroo Kanamori, empat dekade lalu. Hal itu untuk membedakan dengan tsunami lain yang biasa terjadi. Tsunami kategori ini, gelombangnya di pantai jauh lebih tinggi dibandingkan tsunami dari sumber gempa dengan magnitudo relatif sama. Karena bahayanya kerap tidak disadari, sebagian menyebutnya stealth tsunami atau pembunuh senyap.

Pada tsunami eartquake, gelombangnya di pantai jauh lebih tinggi dibandingkan tsunami dari sumber gempa dengan magnitudo relatif sama.


​Rekonstruksi yang dilakukan peneliti tsunami BPPT Widjo Kongko menunjukkan, daerah paling terdampak tsunami 1994 adalah pesisir selatan Banyuwangi, Jember, Lumajang, Malang, Blitar. Tsunami tertinggi terjadi di selatan Jember, yaitu 10 meter (m) di pantai dan run up atau tinggi rambatan gelombang di darat 20 m. Tsunami juga melanda pesisir barat Bali dengan run uphingga 5 meter.  Sedangkan waktu tiba tsunami rata-rata 25 – 30 menit setelah gempa.


​Zona subduksi di Jawa memang rentan mengalami tsunami earthquake seperti juga terjadi di Pangandaran, Jawa Barat pada 2006. Menurut Gegar, ada beberapa kemungkinan kenapa Selatan Jawa rentan tsunami earthquake. Salah satunya ada gunung bawah laut yang posisinya mengganjal laju subduksi lempeng samudera di bawah lempeng benua. Karena ada ganjalan, runtuhnya batuan setelah gempa jadi perlahan.

Risiko ke depan

​Berhadapan langsung dengan zona tumbukan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia, pesisir selatan Jawa termasuk selatan Banyuwangi, akan selalu menghadapi ancaman tsunami.

“Potensi tsunami senyap (tsunami earthquake) akan selalu mengintai selatan Jawa. Tsunami ke depan bisa lebih tinggi dari sebelumnya. Data Pusgen (Pusat Studi Gempa Bumi Nasional), potensi gempa dari megathrust di selatan Jawa Timur bisa mencapai M 8,9 SR


TSUNAMI
Kajian paleotsunami yang dilakukan Kepala Pusat Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto dan tim menemukan jejak tsunami di pesisir selatan Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur dalam waktu bersamaan, yaitu sekitar tahun 1584-1856. Tsunami ini diduga sangat besar karena melanda daerah yang luas, lebih luas jangkauannya dibandingkan tsunami Banyuwangi pada 1994 atau Pangandaran 2006. Tsunami sekuat ini kemungkinan besar dipicu oleh gempa berkekuatan sekitar M 9 atau lebih.

​Pemodelan oleh Widjo dengan parameter gempa bumi berkekuatan M 8,9 di lokasi yang sama dengan kejadian 1994 memiliki tinggi tsunami di pantai hingga 12,5 m di sepanjang pantai Jawa Timur. Sedangkan run up tsunami di daratan bisa mencapai 15-25 m, tergantung topografi dan tutupan lahan.

​Padahal, permukiman di pesisir selatan Jawa saat ini lebih padat dibandingkan sebelumnya. Emy Sukarlan (59), Ketua RW 03, Dusun Pancer mengatakan, tsunami 1994 telah menghancurkan rumahnya yang berada di selatan jalan desa. Sebagian besar bangunan yang hancur saat itu memang di selatan jalan. Emy yang selamat dari tsunami karena saat kejadian berada di laut untuk mencari ikan, membangun kembali rumahnya di lokasi yang sama.

​Bupati Banyuwangi saat itu, Purnomo Sidik telah merencanakan untuk mengosongkan permukiman di selatan jalan desa untuk dijadikan hutan pantai. Namun demikian, kebijakan ini tak pernah terwujud. Selain permukiman, di pesisir Pancer dibangun tempat wisata Panti Mustika Pancer yang mulai beroperasi empat tahun terakhir

​“Kami memang dulu disuruh pindah, tetapi tidak mau. Pekerjaan kami nelayan, tidak mau tinggal jauh dari sumber mata pencaharian,” ujar Emy. ​Dibandingkan sebelum 1994, permukiman di zona rentan tsunami justru bertambah banyak.

TSUNAMI.


Padahal, kawasan perbukitan Tumpang Pitu, yang di masa lalu menjadi benteng dan tempat evakuasi dari tsunami telah dikepras untuk penambangan emas. Jika melihat tingkat risikonya, masyarakat di selatan Banyuwangi saat ini justru lebih rentan dibandingkan sebelum 1994.

​Penghunian kembali kawasan terdampak tsunami sebenarnya tidak hanya terjadi di Banyuwangi, namun juga di daerah-daerah lain. Misalnya, pesisir utara Flores yang pernah terdampak tsunami 1992 dan Pangandaran setelah tsunami 2006.

​Kajian para peneliti Earth Observatory of Singapore, Universitas Syah Kuala, Maynooth University, dan Oxford University yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences(PNAS) minggu lalu juga menunjukkan, Kota Banda Aceh yang kehilangan 160.000 penduduk akibat tsunami dahsyat pada 2004, sebelumnya juga pernah dilanda tsunami dengan kekuatan serupa pada tahun 1394. Kini, 15 tahun setelah tsunami 2004, pesisir Aceh kembali dipadati hunian.

​Sebagai negara dengan garis pantai yang rentan tsunami terpanjang di dunia, tantangan terbesar untuk mengurangi risiko dan dampak bencana adalah persolan sosial dan lemahnya penegakan tata ruang. Jika sudah begini, ratusan miliar bahkan triliunan rupiah digelontorkan untuk membangun kembali daerah bencana akan kembali hancur dan korban jiwa berpotensi kembali berjatuhan jika siklus tsunami kembali datang….

Oleh :

Gus BrohemP

emilik Blogger ini, juga saksi hidup dan saat terjadi tsunami, sedang dalam tugas sbg pengawas pekerjaan teknik pembangunan Tempat Peleangan Ikan Pancer. 

Sekaligus sbg Tim Evakuasi pasca terjadinya gempa dan tsunami, 

Terlibat langsung dalam giat Ops SAR sbg tanggung jawab dalam menemukan kembali separuh lebih para pekerja yg terlibat di pekerjaan teknik pembangunan tempat pelelangan ikan pantai Pacer 

 Dan berhasil menemukan separuh lebih pekerja meski dalam kodisi A1 ( MD ) 

Jumat, 15 Maret 2019

Jurnal Penelitian Pengelolaan DAS (JPPDAS).

Bspak/ Ibu yth ...  mhn ijin kami menyebarluaskan hasil diseminasi litbang pengelolaan DAS Kementerian LHK berupa Jurnal Penelitian Pengelolaan DAS (JPPDAS).

*Jurnal ini terbit pada tahun 2017 sampai saat ini mempunyai 4 edisi dan tahun ini kami sedang mengupayakan untuk akreditasi.*  Paper-paper yang dimuat dalam journal kami dapat dilihat pada tautan berikut:

1) Vol 1, No. 1, Tahun 2017.
http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPPDAS/issue/view/526

2) Vol 1, No. 2, Tahun 2017.
link: http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPPDAS/issue/view/553

3. Vol 2, No. 1, Tahun 2018.
link http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPPDAS/issue/view/612

4) Vol. 2, No. 2 Tahun 2018.
Link: http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPPDAS/index

*Kami juga berharap partisipasi bapak/ibu/saudara untuk submit paper di jurnal ini*.

Semoga bermanfaat

Sekjen IABI
Bapak Lilik

Belajar Mengenal Aura Jiwa Manusia *_CIRI-CIRI ORANG BAIK_*

Belajar Mengenal Aura Jiwa Manusia

*_CIRI-CIRI ORANG BAIK_*

_👉1. Orang Baik cenderung *LEBIH BANYAK TERSENYUM.*_ _Percaya atau tidak, kebaikan seseorang bisa ditunjukkan dari cara dia tersenyum._ _Mengapa? Karena semakin banyak orang tersenyum, maka *Hawa Positif akan bertebaran disekitarnya*_ _Selain itu, dengan tersenyum, orang akan terkesan *lebih ramah dan bisa dipercaya*_

_👉2. Pikiran-pikiran negatif seperti iri hati & dengki jarang menghinggapi orang baik._
_Orang Baik akan selalu_ *_MENANAMKAN PIKIRAN POSITIF_* _dalam hidupnya._ _Bahkan saat dia mengalami masa-masa sulit sekalipun sehingga akan menyebarkan suasana nyaman._

_👉3. Orang Baik biasanya lebih sering_ *_MENYAPA DULUAN._* _Orang baik tidak akan keberatan untuk menyapa semua orang, bahkan terhadap orang yg berbuat jahat padanya sekalipun._
_Orang baik selalu terhindar dari rasa *menjadi orang penting*, ingin dicari dan dibutuhkan_.
_Dia biasanya tidak membutuhkan pengakuan orang atas kinerjanya selama ini._

_👉4. Orang Baik *TIDAK INGIN MENUNJUKKAN BAHWA DIA BAIK.*_ _Tapi orang jahat akan selalu membangun citra baik untuk (kekurangan) dirinya._

_👉5. Orang Baik selalu *PINTAR MENGENDALIKAN EMOSI.* Mereka terlihat sangat sabar dan toleran._
_Tidak mengutamakan kepentingan diri sendiri._

_👉6. Orang Baik akan bercerita atau *MEMBAGIKAN HAL-HAL YG BERMANFAAT* dengan tujuan memberi tahu._
_Bukan untuk menggiring opini publik bahwa hanya dirinyalah yg benar._

_👉7. Orang Baik selalu menghafal 3 kata sakti. Yaitu *MAAF, TOLONG, & TERIMA KASIH.*_

_👉8. Orang Baik tidak akan keberatan untuk mengakui kelebihan orang lain._
_Apalagi jika dia merasa bersalah. Mereka tidak akan segan-segan untuk *MEMINTA MAAF & MEMPERBAIKI KESALAHAN.*_ _Berbeda dengan orang jahat yg memiliki gengsi tinggi & menganggap dirinya selalu benar._ _Jangankan mengaku salah, menganggap orang lain berprestasi saja gengsi, Ada saja alasan untuk mencari kesalahan serta untuk menjatuhkan orang lain._
_Semoga kita bisa melatih diri menjadi orang sabar dalam menghadapi setiap kejahatan & perilaku orang jahat._ _*"MEMANG BAIK MENJADI ORANG PENTING, TETAPI JAUH LEBIH PENTING MENJADI ORANG YG BAIK-*"

_Yuuuk ... Kita sama-sama berusaha dan belajar menjadi_

_*ORANG YG BAIK*_
😊👍👏🏻👏🏻👍🙏👍🙏🙏 
gus brohem

Kamis, 28 Februari 2019

TANAH GERAK

TANAH GERAK

Ada salah persepsi terkait istilah #TANAH_GERAK yang berkembang di masyarakat dan dianggap BIASA oleh masyarakat dan yang berwewenang. Padahal adanya retakan tanah di LERENG hampir dipastikan ini tanda tanda TANAH LONGSOR. Bagi masyarakat yang mengetahui adanya tanah gerak bisa SEGERA melaporkan dan diharapkan pihal yang berwenang seperti BPBD, Dinas PUPR, Dinas ESDM dll  segera di menindak lanjuti dan segera bisa diambil tindakan pencegahan atau pengurangan risiko longsor.

Kenapa MUNCUL TANAH GERAK dan atau RETAKAN?

Tanah gunung terbentuk secara alami dan merupakan f dari batuan induknya, iklim, topografi, POHON dan waktu. Awal mulanya sebagian besar gunung dibentuk oleh batuan kemudian karena iklim dan POHON, batu berubah jadi tanah. Awalnya pohon berukuran kecil dan terus berusaha mencari nutrisi mineral tanah lewat akar. Ujung ujung akar mengeluarkan enzim untuk melapukkan batuan. Seiring dengan berjalannya waktu pohon bertambah besar, akarnya tambah panjang dan tanahpun tambah tebal.

Pohonpun tambah banyak sehingga seluruh gunung tertutup pohon dan untuk menambah nutrisi serta menangkap air hujan MAKA daun daun dan ranting ranting menumpuk di dasar hutan membentuK SERSAH (litter). Seluruh organisme senang hidup di sersah dan kotoran serta jasad hewan ini akan jadi pupuk khususnya N dan P. Energi hujan yg turun ditahan kanopi pohon dan turun ke bawah dan masuk ke dalam sersah dan terus mengisi air tanah. Air tanah ini akan keluar sebagai MATA AIR di sekeliling gunung. Dan agar tidak longsor akar serabut pohon memegang tanah dan akar tunjangnya sebagai angker.

PEMBABATAN HUTAN #ASLI secara LEGAL MAUPUN ILEGAL

akan menyebabkan tanah yang menempel di lereng gunung menjadi KRITIS dan siap LONGSOR. Walau begitu tidak tiba tiba longsor, ada tanda tanda yang khas salah satunya #Tanah_gerak tersebut merupakan satu atau beberapa Retakan ini menjadi media masuknya air hujan ke dalam tanah  sehingga tanah gunung akan semakin berat, daya ikat tanah hilang dan siap longsor.

Selasa, 05 Februari 2019

SOCIETY 5.0

One definition: "A human-centered society that balances economic advancement with the resolution of social problems by a system that highly integrates cyberspace and physical space."

Society 5.0 was proposed in the 5th Science and Technology Basic Plan as a future society that Japan should aspire to. It follows the hunting society (Society 1.0), agricultural society (Society 2.0), industrial society (Society 3.0), and information society (Society 4.0).

Achieving Society 5.0
In the information society (Society 4.0), cross-sectional sharing of knowledge and information was not enough, and cooperation was difficult.

Because there is a limit to what people can do, the task of finding the necessary information from overflowing information and analyzing it was a burden, and the labor and scope of action were restricted due to age and varying degrees of ability. Also, due to various restrictions on issues such as a decreasing birthrate and aging population and local depopulation, it was difficult to respond adequately.

Social reform (innovation) in Society 5.0 will achieve a forward-looking society that breaks down the existing sense of stagnation, a society whose members have mutual respect for each other, transcending the generations, and a society in which each and every person can lead an active and enjoyable life.

How Society 5.0 works
Society 5.0 achieves a high degree of convergence between cyberspace (virtual space) and physical space (real space). In the past information society (Society 4.0), people would access a cloud service (databases) in cyberspace via the Internet and search for, retrieve, and analyze information or data.

In Society 5.0, a huge amount of information from sensors in physical space is accumulated in cyberspace. In cyberspace, this big data is analyzed by artificial intelligence (AI), and the analysis results are fed back to humans in physical space in various forms.

In the past information society, the common practice was to collect information via the network and have it analyzed by humans. In Society 5.0, however, people, things, and systems are all connected in cyberspace and optimal results obtained by AI exceeding the capabilities of humans are fed back to physical space. This process brings new value to industry and society in ways not previously possible.

Society 5.0 Balances Economic Development and Solves Social Issues
It can be said that the environment surrounding Japan and the world is in an era of drastic change. As the economy grows, life is becoming prosperous and convenient, the demand for energy and foodstuffs is increasing, lifespan is becoming longer, and the aging society is advancing. In addition, the globalization of the economy is progressing, international competition is becoming increasingly severe, and problems such as the concentration of wealth and regional inequality are growing. Social problems that must be solved in opposition (as a tradeoff) to such economic development have become increasingly complex. Here, a variety of measures have become necessary such as the reduction of greenhouse gas (GHG) emissions, increased production and reduced loss of foodstuffs, mitigation of costs associated with the aging society, support of sustainable industrialization, redistribution of wealth, and correction of regional inequality, but achieving both economic development and solutions to social problems at the same time has proven to be difficult in the present social system.

In the face of such major changes in the world, new technologies such as IoT, robotics, AI, and big data, all of which can affect the course of a society, are continuing to progress. Japan seeks to make Society 5.0 a reality as a new society that incorporates these new technologies in all industries and social activities and achieves both economic development and solutions to social problems in parallel.

Economic Development and Solutions to Social Problems in Society 5.0
In Society 5.0, new value created through innovation will eliminate regional, age, gender, and language gaps and enable the provision of products and services finely tailored to diverse individual needs and latent needs. In this way, it will be possible to achieve a society that can both promote economic development and find solutions to social problems.

Achieving such a society, however, will not be without its difficulties, and Japan intends to face them head-on with the aim of being the first in the world as a country facing challenging issues to present a model future society.

Examples of New Value in Each Field
Examples of new values in each field are introduced at the link destination.

Mobility / Healthcare and caregiving / Manufacturing / Agriculture / Food / Disaster Prevention / Energy

Society 5.0 Will Bring About a Human-centered Society
In society up to now, a priority has generally been placed on social, economic, and organizational systems with the result that gaps have arisen in products and services that individuals receive based on individual abilities and other reasons. In contrast, Society 5.0 achieves advanced convergence between cyberspace and physical space, enabling AI-based on big data and robots to perform or support as an agent the work and adjustments that humans have done up to now. This frees humans from everyday cumbersome work and tasks that they are not particularly good at, and through the creation of new value, it enables the provision of only those products and services that are needed to the people that need them at the time they are needed, thereby optimizing the entire social and organizational system.

This is a society centered on each and every person and not a future controled and monitored by AI and robots.

Achieving Society 5.0 with these attributes would enable not just Japan but the world as well to realize economic development while solving key social problems. It would also contribute to meeting the Sustainable Development Goals (SDGs) established by the United Nations.

Japan aims to become the first country in the world to achieve a human-centered society (Society 5.0) in which anyone can enjoy a high quality of life full of vigor. It intends to accomplish this by incorporating advanced technologies in diverse industries and social activities and fostering innovation to create new value.

Arsip Blog