Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019, 20:10]
Mohon ijin sebentar untuk berbagi rasa berbagi info dan ilmu..., tentang perihal shelter yang biasa kita geluti, tiap saat, namun tetap menarik utk di bahas di kupas di kuluti, karena perkembangan ilmu itu selalu dinamis mengikuti zamannya
25/4 19:13] Djoko Soenjoto M.ibrahim:
Kadang masih banyak para person tagana agak "confuse", dgn istilah internasional: *transitional shelter, semi permanent shelter dan permanent shelter.*
Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019, 20:10]
Saya rasa banyak teman2 lainnya yang juga mengalami hal yang sama atau _confuse_ ttg penggunaan istilah2 di *bidang shelter.* Hal ini mungkin karena tidak seperti bidang lainnya (misalnya WASH atau pendidikan), hanya beberapa lembaga yang memiliki staf yang bekerja penuh waktu untuk shelter, namun kemudian disaat terjadi bencana, banyak pekerja kemanusiaan yang kemudian "nyemplung" dan bekerja di bidang shelter. Sehingga, terkadang sukar untuk memastikan semua orang _up to date_ dengan perkembangan2 di bidang shelter.
Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019, 20:10]
Mari kita semua mencoba belajar menela'ah, atau mencoba memahami beberapa penjelasan mengenai istilah2 yang digunakan di bidang shelter.
*Pertama, mengenai istilah "shelter". Dalam bahasa inggris, *shelter* memiliki arti luas dan punya beberapa pengertian. Anda dapat mencari shelter untuk berlindung dari badai, anda dapat memberikan shelter seorang anak dari pengaruh buruk lingkungan.... _*(sheltering a child from bad influences)*_, atau kita bisa memberikan shelter untuk orang terlantar, seekor anjing, atau membangun shelter untuk pemberhentian bus. *Arti kata yang luas ini adalah alasan mengapa istilah shelter digunakan untuk konteks kemanusiaan dan sampai saat ini terminologi yang digunakan masih "shelter" dikarenakan belum ada padanan kata yang pas di kosakata Bahasa Indonesia, untuk menerjemahkan/ memadankan shelter secara tepat.*
Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019, 20:10]
Di konteks kemanusiaan, menyediakan shelter bagi para warga terdampak/ penyintas adalah merupakan sebuah *proses* mendampingi warga terdampak dalam menyediakan tempat *bernaung* yang layak dimana setiap orang memiliki *pilihan tersendiri* untuk pulih dari dampak bencana, dan memastikan warga terdampak dapat *bertransisi* dari kondisi yang tidak memiliki naungan yang layak menuju tempat tinggal permanen dengan kehidupan yang lebih baik.
Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019, 20:10]
*Proses* ini bisa melibatkan _*(atau tidak melibatkan)*_ penyediaan produk, jasa, uang, pelatihan, atau advokasi. Idealnya adalah bukan membuat warga terdampak untuk *'menuruti"* program yang ada, namun mendampingi *setiap* warga dan membantunya dalam perjalanan mereka menuju pemulihan/ kehidupan yang lebih baik. Shelter yang aman, nyaman, dengan proses yang bermartabat adalah merupakan satu hak asasi setiap manusia dan adalah tugas kita sebagai satuan tugas atau relawan kebencanaan yg konsisten mengambil bagian pada perlindungan dan jaminan sosial untuk membantu setiap orang bisa mendapatkan hak tersebut.
Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019, 20:10]
Istilah *TRANSITIONAL SHELTER* digunakan pertama kali oleh *TOM CORSELISS BERSAMA TEAM* dari Shelter Centre dimana mereka mempublikasikan *Transitional Shelter Guidelines* di tahun 2008. Mereka mengusulkan bahwa seluruh shelter sebaiknya bisa ditingkatkan, bisa dijual kembali, bisa diperluas, bisa dipindahkan, bisa didaur ulang atau bisa dibongkar pasang, dan bisa digunakan ulang *(upgradable, resaleable, extendable, relocatable, recyclable or dismantlable and reusable).* Sesungguhnya yang mereka ingin lakukan adalah untuk mensosialisasikan kepada komunitas shelter di tingkat global untuk memikirkan mengenai jenis fan Macam bantuan apa yang disediakan untuk warga terdampak bisa membantu mereka untuk *BERTRANSISI* daripada terperangkap dengan kondisi shelter yang kemudian menjadi kawasan permukiman kumuh atau bantuan yang ada malah memperlambat upaya pemulihan menuju kehidupan yang lebih baik.
Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019, 20:10]
Sayangnya, konsep ini kurang dipahami dengan baik oleh banyak lembaga, sehingga banyak yang kemudian mengubah nama program *TEMPOTARY SHELTER* menjadi "TRANSSITIONAL SHELTER*. dan lanjut saja desain programnya tanpa perubahan yang berarti. Banyak kritik dari donor dan lembaga lainnya yang kemudian melihat program *TRANSITIONAL SHELTER* diubah namanya menjadi *T -- SHELTER* namun analisis yang jelas mengenai bagaimana sebuah program shelter bisa membantu proses transisi sebuah keluarga.
Kenyataannya, *aspek transisi* adalah bukan hanya mengenai desain tertentu, namun menyediakan konsep dimana dilakukan kajian terkait aktivitas yang terkait dengan shelter. Pada setiap waktu, kita bisa melakukan kajian apakah bantuan yang kita sediakan untuk suatu keluarga benar2 membantu mereka atau malah menghambat proses mereka untuk *bertransisi* Salah satu contohnya adalah menyediakan terpal untuk keluarga yang atap rumahnya rusak (daripada sebuah tenda) atau menyediakan tenda untuk warga yang mesti relokasi dari lokasi tempat tinggalnya (dan dengan tenda, mudah untuk dibawa dan digunakan kembali). Menyediakan pelatihan dan peralatan pertukangan untuk membantu warga yang rumahnya rusak, atau membantu warga yang apartemennya rusak untuk tinggal di rumah kontrakan (karena pelatihan dan peralatan tidak akan membantu warga yang tinggal di apartemen untuk bertransisi dengan baik).
Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019, 20:10]
Umumnya, membantu warga untuk bertransisi adalah dengan menggunakan pendekatan yang fleksibel dan membantu mereka untuk memilih opsi yang paling tepat dan sesuai dengan kebutuhan mereka. *Karena setiap keluarga memiliki karakterisitik, kapasitas, dan kerentanan yang unik dan berbeda dengan keluarga2 lainnya*
Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019, 20:10]
Sedangkan untuk istilah "permanent shelter", istilah ini sebenarnya adalah istilah yang dihindarkan di tingkat global, dan lebih sesuai bila menggunakan istilah "tempat tinggal yang permanen dan aman". Seperti misalnya di Bangladesh saat ini, banyak pembangunan "permanent shelter" untuk warga Rohingya. Jenis nya permanen karena mereka tidak memiliki pilihan lainnya untuk pergi, namun juga bantuan yang ada ganyalah berupa shelter yang permanen dan bukanlah sebuah tempat tinggal yang aman dan permanen (misalnya sebuah rumah), yang dimana mereka bisa memulai kehidupan mereka yang lebih baik.
Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019, 20:10]
Istilah semi permanen sebenarnya adalah unik untuk Indonesia. Semi permanen adalah salah satu kategori bangunan, dimana artinya sebagian berupa beton/semen dan bagian lainnya berupa kayu/ bambu. Beberapa lembaga banyak juga yang menggunakan istilah ini untuk menggambarkan jenis bantuannya. Pada kenyataannya, bangunan semi permanen adalah salah satu jenis bangunan yang paling sulit untuk dibangun dengan aman, karena perbedaan bahan bangunan bisa membuat kondisi bangunan menjadi rentan terhadap rayap dan rusak karena air dan juga memiliki struktur yang lemah. Rumah inti adalah opsi yang umumnya lebih disarankan, dengan cara menyediakan rangka inti dari sebuah rumah dengan menggunakan dinding sementara (RISHA menggunakan metode ini) atau Rumah tumbuh yang nantinya bisa dikembangkan lagi, atau biasa dinamakan "One-room shelter".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar