Disaster

Senin, 19 Februari 2018

YUDHISTIRA PANJI  KUSUMA TNGGALKAN HIDUP MAPAN BERGAJI  Rp.10.000.000 (10 JUTA ),  HANYA  KARENA PANGGILAN HATI UNTUK JADI RELAWAN  MENGURUSI PENGUNGSI MERAPI .

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA
Laporan Reporter Tribun Jogja, Mona Kriesdinar

YUDHISTIRA PANJI  KUSUMA
TNGGALKAN HIDUP MAPAN BERGAJI  Rp.10.000.000 (10 JUTA ),  HANYA  KARENA PANGGILAN HATI UNTUK JADI RELAWAN  MENGURUSI PENGUNGSI MERAPI .

Yudhistira Panji Kusuma (35), Kordinator Jaringan Relawan Indonesia (JARI), rela meninggalkan kehidupan mewahnya di Jakarta, demi membantu korban Merapi di Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Betapa tidak, sebelum menjadi relawan pengungsi Merapi, Panji adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta dengan jabatan Regional Manager. Gajinya pun terbilang tinggi, yakni Rp 10 juta per bulan.

“Tidak apa–apa, uang bisa dicari lagi. Yang penting saya merasa nyaman bisa membantu sesama. Saya sudah yakin dengan apa yang saya ambil,” ungkap relawan yang pernah ke beberapa daerah bencana di seluruh Indonesia ini, Rabu (19/1/2011).

Kenyamanan itu dirasakan Panji saat hidup bersama pengungsi. Dia merasa senang karena bisa memberikan sesuatu pada pengungsi, bisa tidur tidur di rumah warga. Ia juga bisa menikmati mandi di shelter milik pengungsi.

Ia kemudian membandingkan kesehariannya yang monoton, saat tinggal di Jakarta dengan pekerjaan di salah satu bank swasta. “Berangkat jam 8 pagi, pulang jam 5 sore, bahkan sampai malam karena macet. Rasanya saya tua di jalan. Beda kalau disini, saya bisa merasakan denyut kehidupan pedesaan yang bersahaja,” katanya.

Kenyamanannya itu semakin lengkap, karena istri dan anaknya yang masih berusia 10 tahun mendukung keputusannya ini. Bahkan sang istri biasanya heran jika Panji tidak berangkat ke tempat bencana.

Sudah tiga bulan Panji berpisah dengan keluarga. Untuk mengobati kerinduannya pada sang istri dan anaknya, Panji rajin berkirim pesan lewat Blackberry Messenger (BBM) dan pembicaraan via telepon.

Panji tidak sendirian, Muhammad Dahlan, seorang rekannya dari Jakarta juga rela meninggalkan kesempatan emas yang selama ini ia impikan, yakni menjadi bintang sinetron dan bintang film. “Kontrak untuk 50 episode rela saya tinggalkan,” papar pria dengan nama panggung Bajuri ini, mengisahkan kontrak untuk sinetron yang ia tinggalkan demi menjadi relawan di pengungsian.

Bajuri sempat membintangi beberapa film kolosal seperti Misteri Gunung Merapi dan Angling Darmo. Selain itu, ia juga membintangi beberapa film remaja dan layar lebar. Tiga Sahabat yang tayang di Trans TV juga pernah ia bintangi, sellain sinetron Cucu Menantu, Cinta Bunga dan beberapa tayangan di bioskop Indonesia di Trans TV.

Saat ia berada di tempat pengungsian korban Merapi, tawaran untuk main di sinetron pun masih datang.”Manager saya, menelepon hingga 25 kali, tapi tidak saya angkat. Toh sudah jelas keputusannya seperti apa,” papar pria asal Mojokerto ini.

Tapi, Bajuri yakin, setelah tugas sosialnya di Merapi selesai, rezekinya di dunia huburan akan semakin banyak. “Sekarang saya mungkin sudah di black list. Tapi nanti, saya yakin akan ada jalan lain,” katanya sambil tersenyum. (*)

Tidak ada komentar: