Disaster

Selasa, 02 Mei 2017

MENYIKAPI PROSES PELEPASAN ENERGY OLEH 2 LEMPENG BUMI

RENTETAN GEMPA SELATAN JAWA YANG BERANOMALI

Sebenarnya rentetan gempa akhir-akhir ini telah membentuk zonasi gempa, yaitu Zona Selatan Bali, Zona Selatan Banyuwangi-Jember, Zona Selatan Trenggalek-Tuluangagung-Malang, Zona Selatan Pacitan, Zona Selatan Selatan Gunung Kudul-Bantul, Zona Selatan Cilacap-Pangandaran, Zona Selatan Tasikmalaya-Bandung, Zona Sukabumi dan Zona Selatan Pelabuhan Ratu-Ujung Kulon. Zona-zona yang mengalami gempa ini sesuai dengan Peta Potensi Seismic Gap dan Peta Potensi Peta Megathrust (terlampir). Peta Potensi Bahaya Tsunami di sepanjang pesisir Selatan Jawa-Bali perlu diketahui agar meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan

Peningkatan kewaspadaan ini bukan tanpa sebab. Hari Sabtu (29/4) lalu, pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia di selatan Pacitan tidak wajar. Hanya dalam kurun waktu enam jam, tercatat ada sembilan kali pergerakan di lempeng tektonik Indo-Australia.
Bahkan, pergerakan terjadi tidak hanya di perairan Pacitan. Melainkan juga di perairan Trenggalek, Blitar, dan Tulungagung.

Warga Kabupaten Pacitan harus lebih meningkatkan kewaspadaan. Pasalnya, bencana yang mengancam tidak hanya tanah longsor ataupun banjir saja. Tsunami berpotensi terjadi di kabupaten yang dikelilingi pantai tersebut.

Peningkatan kewaspadaan ini bukan tanpa sebab. Hari Sabtu (29/4) lalu, pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia di selatan Pacitan tidak wajar. Hanya dalam kurun waktu enam jam, tercatat ada sembilan kali pergerakan di lempeng tektonik Indo-Australia.

Bahkan, pergerakan terjadi tidak hanya di perairan Pacitan. Melainkan juga di perairan Trenggalek, Blitar, dan Tulungagung.

Frekuensi pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia memang tinggi. Tetapi Sabtu lalu, bisa dikatakan tidak seperti biasanya. Namun tidak berpotensi tsunami,

Khusus di perairan Pacitan, tercatat dua kali pergerakan. Kekuatan gempa yang ditimbulkan berkisar antara 3,4 hingga 3,5 skala Richter (SR).

Sedangkan tujuh pergerakan lain di perairan Trenggalek, Blitar, dan Tulungagung, berkisar antara 3,5 SR hingga 5,5 SR. Jarak titik pergerakan dengan daratan Pacitan dan daerah lain tersebut berkisar antara 100 kilometer.     Itu karena jarak pertemuan lempeng Indo-Australia memang berkisar pada jarak 100 kilometer dari daratan. Dan lempengan tersebut terus mengalami pergeseran sebanyak satu milimeter per tahun.
                 Pergerakan tektonik di lempeng Indo-Australia memang cenderung tinggi. Frekuensi pergerakannya lebih banyak dibanding lempeng Eurasia, yang membentang di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Tetapi, soal kekuatan gempa yang ditimbulkan, lempeng Eurasia jauh lebih besar. Di lempeng Eurasia, potensi gempa dan tsunami yang timbul dapat merusak bangunan dan mengancam jiwa.

Sementara di lempeng Indo-Australia, kekuatan gempa yang ditimbulkan lebih kecil. Namun bukan berarti bisa menurunkan kewaspadaan.

Daratan Pacitan yang berhadapan langsung dengan lautan dihadapkan pada potensi tsunami. Masyarakat harus memahami penerapan ‘’triple 20’’ dalam situasi darurat tsunami.

Jika terjadi gempa lebih dari 20 detik, masyarakat punya waktu 20 menit untuk menyelematkan diri, ke tempat dengan ketinggian minimal 20 meter.

Protap keselamatan itu tidak boleh diabaikan oleh masyarakat Pacitan. Sebab diakui atau tidak, memang geografis Pacitan ini berpotensi terdampak jika terjadi gempa atau tsunam

Tidak ada komentar: