Disaster

Sabtu, 27 April 2024

Mencetak RELAWAN MUDA, merupakan jawaban dari suatu TANTANGAN SISTEM PB YANG KEDEPAN TERUS BEREVOLUSI

Pengurangan Risiko Bencana akan bersama-sama meningkatkan  kapasitas masyarakat, khususnya memberdayakan generasi muda,  agar aktif terlibat dalam kegiatan pengurangan resiko bencana. 

Karang Taruna sebagai simbol kekuatan muda,  diharapkan dapat mengarahkan generasi muda untuk melakukan kegiatan yang positif dan bermanfaat bagi orang lain.

Karang Taruna merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai potensi besar sebagai bagian dari masyakarat terlatih dalam sistem Penanggulanagan Bencana,  

dengan melibatkan unsur karang taruna dalam mengimplementasi aktual pada sistem PB,  maka diharapan dapat mengurangi insiden kebakaran lahan/rumah tangga dan membentuk ketangguhan masyarakat. Sekaligus sebagai bagian dalam ujung tombak gerakan PRB, 

yakni mengajak keluarganya untuk sadar akan potensi kerawanan bencana dan menjadi Siaga Bencana Berbasis Keluarga.

sumber: jakartafire[dot]net
Pada 2017, berdasarkan statistik pada gambar di atas, total terjadi 726 kejadian kebakaran yang diakibatkan oleh listrik, rokok, kompor, dan penyebab lainnya . Data ini menunjukkan bahwa masyarakat masih rentan terhadap kebakaran. Pemuda  merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki potensi sebagai penggerak dan pelaksana ide-ide khususnya dalam pengurangan risiko bencana.

maka kami selaku relawan yang lebih dulu malang melintang di dunia kerelawanan, 
Punya tanggung jawab dalam ikut serta meningkatkan kapasitas generasi muda melalui Manajemen Risiko Bencana Berbasis Komunitas,

Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pemuda, khususnya bahaya api serta saat terjadi kebakaran diharapkan pemuda tidak diam dan mau meningkatkan kapasitasnya.

Maka kami mengandeng Satuan tugas kebencanaan ( SATGAS BENCANA)  yang di bina oleh pemerintah,  melalui kemenyrian dan SKPD..  juga lembaga kemanusian yg punya legalitas dan di akui oleh negara dgn dasar hukumnya baik lewar keppres,  PerMen dan badan Nasionak Kebencanaan, 

yg kemudian stelah para pemuda pemudi karang taruna mempunyai kemampuan,  maka , kita beri pilihan mau bwrgabung di mana yang sesuai dengan kemampuan pribadi dan diri masing masing, 

Dengan demikian akan terlahir relawan relawan muda yg punya kemampuan dan  otomatis terklaster serta bergabung di lembaga kerelawanan yg jelas kemampuannya secara kelembagaan dan terklaster sesuai kemampuan kelembagaan relawan. 

Sehingga kedepan SISTEM PB ini yg di dalamnya ada dunia relawan,  para
Relawan tdka lagi bingung dan di bingungkan oleh para petualang 
Yang masuk di dalam dunia relawan dan kerelawanan.

Mari tiap sosok relawan yang di dudukan sebagai senior...  .......
Kita semua punya kewajiban memberikan melatih para generasi muda untuk terlahir ini menjadi relawan relewan muda sebagai penerus tongkat estafet di dunia kerelawanan,  
Agar nantinya para relawan muda ini kedepan bisa menjawab tantangan zaman dalam mengembangan SISTEM PB yg terua berevolusi,  

Yang 15 tahun kedepan menjadi sosok relawan yg TANGGUH,  DISIPLIN, SMART DAN TIDAK MUDAH MENYERAH SERTA MENJADI RELAWAN SEJATI BERBASIS KELUARGA DAN  MASYARAKAT. 

by.  Gus Brohem Da Silva

Grand Design; Riset Kebumian dan bencana di Indonesia.

Tulisan Para pakar Geologi dunia. 

*Tsunami Selat Sunda 2018*

Sangat terkejut tsunami dikaitkan dg erupsi Anak Krakatau.
Bukankah letusan Anak Krakatau yg terjadi kali ini biasa-biasa saja, seperti yang sudah-sudah. Tak istimewa. Beberapa sobat yg  veteran vulkanolog beken memberi tahu saya bahwa itu letusan  biasa. Hampir bersamaan saya menerima WA dr Christina dari EOS dan mengingatkan paper Christine Deplus dr IPG Paris dimana  salah satu coauthor.

Pikiran kita akan kembali ke 30 tahun yg lalu saat mulai riset di Krakatau bersama tim Prancis. Bagaimana bisa dilupakan;  perahu kecil yg isinya  2 teknisi Geotek disergap badai. Doa terus tak putus.  Bahkan kapal mesin yg membawa peralatan geofisika milik Prancis terseret ke P. Bangka!

Kembali ke tsunami,  kalau melihat paper Deplus dkk (1995) cukup sederhana. Intinya adalah pertumbuhan Anak Krakatau yg cenderung ke arah baratdaya. Pertumbuhan itu begitu cepat yg tentu sebanding aktivitas _anak super aktif_ ini.  Muntahan material vulkanik dr perut Anak Krakatau yg lahir 27 Desember 1927 tepat di dinding utara Kaldera 1883 terus menumpuk dan membuat ia makin tinggi. Repotnya,  sisi baratdaya tampak lebih curam dibandingkan sisi lainnya. 

Tentu ini merupakan bagian yg labil dan jika _melorot_ atau longsor tentu dapat memicu tsunami. Deplus dkk menulis demikian ...... _its southwestern flank is steep and since Anak is growing toward the southwest, one cannot exclude landslides along this flank. Several few meters tsunami occured probably there in 1981 (Camus et al., 1987; Sigurdsson et al., 1991). Obviously more detailed survey of this slope should realized in the future_

Boleh jadi bagian ini yg longsor dan memicu tsunami. Para pakar tsunami  dapat kiranya memodelkan lebih jauh. Pemetaan dasar laut di kompleks Krakatau adalah keharusan tak usah menunggu datangnya tsunami berikutnya. Itu tak sulit dilakukan. Barangkali yg perlu jg dipikirkan apa pemicu longsoran itu?

Tahun 2018 adalah tahun penuh kejutan bagi para ahli kebumian. Seismic swarm Lombok, Tsunami  dan Land Movement Palu, dan Tsunami Selat Sunda. Ketiganya sempat membuat para ahli "kaget". Kok rasanya perlu "Grand Design" Riset Kebumian dan bencana di Indonesia. Atau sdh ada? Apalagi universitas dan lembaga penelitian sudah satu atap. Nunggu apa lagi....karena inilah saatnya era baru, paradigma baru, dalam mensikapi bencana denagn multi dimensi

Satu di antara pemyebab longsor adalah PRILAKU MANUSIA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DUNIAWI SEMATA TANPA MENYERTAKAN KAJIAN POTENSI KERAWANAN POTENSI BENCANA, DENGAN METODE PEMOTONGAN LERENG

DAMPAK LONGSOR PADA INFRASTRUKTUR VITAL

Terputusanya jalan raya dan jalan kereta api menimbulkan kerusakan yang cukup besar dan di beberapa tempat diikuti korban. Suatu hal yang mestinya harus dipertimbangkan adalah KERUGIAN yang ditimbulkannya karena tidak berfungsinya infrastruktur itu yang bisa dihitung perharinya. Untuk menghindari korban, kerusakan dan kerugian lebih besar maka waktunya dilakukan asesmen risiko di sepanjang jalan dan rel ka tersebut. Sehingga segera diketahui kawasan mana yang berisiko tinggi dan dibutuhkan perbaikan segera, sampai diketahaui kawasan perlu pengawasan ketat dsb dsb.

Kenapa ASESMEN RISIKO PENTING? Seperti diketahui bersama salah satu penyebab longsor adalah PEMOTONGAN LERENG yang menyebabkan terjadinya peningkatan besar sudut kemiringan lereng sehingga lereng menjadi kritis. Jalan raya dan atau jalan kereta api sering dibuat dengan jalan memotong lereng sehingga secara umum posisinya di kawasan rawan longsor. Bahkan di beberapa kawasan di kiri kanan jalan muncul permukiman padat yang juga diikuti pemotongan lereng di sekitarnya.

Kita semua juga tahu Indonesia ada di kawasan tropis yang banyak hujannya dan saat ini gejala hujan semakin deras dan ekstrim sering terjadi. Jadi klop lereng di sekitar jalan dan rel KA kritis diikiti hujan yang deras cenderung ekstrim MAKA kemungkinan {PROBABILITAS)  terjadinya longsor semakin tinggi

Gus Brohem

,

LIKUIFAKSI Adallah Ancaman Bahaya Yang menyusul dari Dampak Gempa 7.0 SR di Lombok Mataram NTB

Dampak dan ancamana dari Gempa bumi di lombok adalah  *LIKUIFAKSI*

Gempa bumi Lombok dengan M7.0 yang terjadi pada hari Minggu, tanggal 5 Agustus 2018, pukul 18:45:35 WIB, telah mengakibatkan kerusakan luar biasa dan korban jiwa di Lombok Utara dan Lombok Timur serta kawasan di sekitarnya. Kedua kawasan yang sebelumnya pada tanggal 29 Juli 2018 telah diguncang oleh gempa bumi dengan kekuatan M6,4.

Robohnya bangunan yang banyak menyebabkan korban jiwa disebabkan oleh goncangan gempa bumi, surface rupture (retakan tanah) dan bahaya ikutan dalam hal ini likuifaksi atau pelulukan tanah.
Fenomena likuifaksi atau pelulukan tanah atau dalam bahasa bahasa Inggris dinamakan soil liquefaction adalah suatu proses yang membuat tanah kehilangan kekuatannya dengan cepat dikarenakan getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi kuat pada kondisi tanah berbutir halus dan jenuh air. Dan adanya zona lemah yang mengakibatkan muncul ke permukaan. Manifestasi di permukaan biasanya berupa lumpur pasir yang berbutir halus keluar dari retakan tanah. Kadang kadang sumur air hilang dan berganti pasir.

Fenomena likuifaksi yang terjadi di Pulau Lombok diakibatkan oleh gempa bumi dengan M7.0 dan tidak berkaitan secara langsung dengan aktivitas Gunung Rinjani.


Refrensi :
1.  Dr. Ir. Sri Hidayati

2. PVMBGeologi,
    Badan Geologi, Kementerian ESDM

MENGAPA DATA KORBAN SELALU BERUBAH DAN BERBEDA PADA MASA TANGGAP DARURAT

Surabaya, eNews. Saat terjadi bencana apapun dan di manapun, ketika masih pada posisi tanggap darurat yang sering bikin kita semua bingung,  dan kebingungan adalah soal jumlah data korban akibat bencana, baik  yang hidup  ( luka berat, luka Sadang, dan luka parah ), bahkan korban meninggal. 

Nah dalam kondisi tanggap darurat bencana jumlah dan data korban sering berbeda beda  itu hal yg masih bisa di toleransi.. . 

Tetapi jika sudah masuk masa tahap  rehab rekon, masih saja ada perbedaan dan selisih jumlah para korban bencana, maka  hal yg demikian masuk katagori luar biasa, dan perlu adanya menelusuran sampai tuntas ..


Sebagai satu di antara contoh pada sekian banyak kejadian bencana, di antaranya  dampak korban gempabumi 7 SR yang mengguncang wilayah Nusa Tenggara Barat terus bergerak naik. Beredar beberapa data korban meninggal yang berbeda-beda sehingga membingungkan masyarakat dan media. 

Data korban meninggal dunia menurut BNPB dan BPBD NTB sebanyak 131 orang untuk wilayah NTB dan Bali hingga 8/8/2018 siang. Namun data laporan TNI sebanyak 381 orang meninggal dunia. Sementara itu pernyataan Gubernur NTB kepada media  jumlah korban meninggal dunia di NTB 226 orang. Basarnas juga 226 orang. Sedangkan data menurut Bupati Lombok Utara korban meninggal dunia di Lombok Utara 347 jiwa berdasarkan pertemuan camat se Lombok Utara.

Perbedaan angka yang besar. Apalagi data orang meninggal dunia adalah data yang sensitif dan banyak dicari media dan masyarakat. Lantas mana yang benar? Semuanya benar karena berdasarkan data dari lapangan. 

Kejadian perbedaan data korban selama masa tanggap darurat adalah hal yang biasa seperti saat gempabumi di Sumatera Barat 2009, erupsi Gunung Merapi 2010, tsunami Mentawai 2010 dan sebagainya saat bencana besar. Kebutuhan kecepatan melaporkan kondisi penanganan bencana saat krisis diperlukan sehingga menggunakan data sendiri. Akhirnya ang terjadi antara satu institusi memiliki data sendiri-sendiri dan berbeda sehingga membingungkan masyarakat. Ini juga mencerminkan perlunya koordinasi data ditingkatkan. Data agar saling dilaporkan ke Pospenas lalu diverifikasi dan keluar satu data.

Untuk itu perlu koordinasi bersama menyamakan data korban bencana. Hal ini dapat disepakati di Posko Utama Tanggap Darurat Bencana. Begitu juga dalam penanganan dampak gempa Lombok. Pos Pendamping Nasional (Pospenas) melalui Dansatgas dan Wadansatgas berencana mengundang Kementerian/Lembaga dan Pemda untuk menyamakan data korban pada 9/8/2018. BNPB akan mendampingi Pemda dalam pertemuan tersebut. 

Masing-masing lembaga diminta membawa data dengan lebih detil yaitu identitas korban meninggal dunia yaitu nama, usia, jender dan alamat. Data akan dicrosscheckkan satu sama lain. Sebab seringkali satu korban tercatat lebih dari satu. Misal instusi menyebutkan nama panggilan sehari-hari, nama lengkap, atau nama kecilnya sehingga data terhitung 3 orang.

Identitas korban sangat diperlukan terkait bantuan santunan duka cita kepada keluarga korban yaitu Pemerintah memberikan Rp 15 juta kepada ahli waris korban.

Di sosial media, beredar data jumlah korban meninggal yang lebih banyak. Bahkan hasil pertemuan Camat se-Kabupaten Lombok Utara menyebutkan jumlah korban 347 orang meninggal dunia. Ini hanya di Lombok Utara. Jika digabungkan dengan kabupaten/kota lain maka datanya bisa mencapai 400 orang meninggal. 

Dalam hal ini Posko BNPB dan Pusdalops BPBD NTB masih melakukan verifikasi kebenaran data tersebut. Laporan data korban harus dilampirkan identitas korban yaitu nama, usia, jenis kelamin dan alamat asal untuk menyatakan bahwa data korban korban tersebut benar. Sebab konsekuensi dari adanya korban meninggal dunia maka Pemerintah akan memberikan bantuan santunan duka cita dan lainnya.

Pospenas sudah meminta Bupati Lombok Utara untuk memberikan lampiran identitas korban meninggal di Kabupaten Lombok Utara akibat gempabumi 7 SR untuk dilakukan verifikasi.

Sesuai regulasi yang ada, data resmi dari korban akibat bencana yang diakui Pemerintah adalah data dari BNPB dan BPBD. Data ini akan menjadi data resmi nasional. Makanya seringkali data yang keluar dari BNPB dan BPBD lambat dibanding data lain. Sebab perlu verifikasi agar valid. Penyampaian data korban bencana buka  soal cepat-cepatan tetapi adalah kehati-hatian untuk menjamin data tersebut benar.

Berkaitan dengan hal itu media dan masyarakat diminta tetap menggunakan data resmi dari BNPB dan BPBD NTB. Selanjutnya semua data mengacu pada Pospenas jika sudah ada kesepakatan bersama terkait data korban bencana.

di kelola oleh 

DSM. IBRAHIM


Sumber yang di gali dan terpercaya dari :

Almarhum bapak 

Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB




Arsip Blog