Disaster

Senin, 28 Oktober 2019

DISASTER MITIGASI BENCANA GEMPA DANGKAL sebagai EFEK DOMINO BENCANA SESAR PURBA dengam Zona atau cakupan wilayah luasan gempa DI ATASNYA TERDAPAT DAERAH PERKOTAAN / URBAN

MITIGASI GEMPA DAN TSUNAMI DIDAERAH WILAYAH PERKOTAAN ( URBAN AREA DISASTER )

 Judul kali ini mengetengahkan mitigasi gempa dan Tsunami di daerah perkotaan untuk menghindari korban jiwa dan kerusakan struktur yang berada di daerah yang terkena gempa maupun Tsunami. 

Pendekatan modelling di laboratorium untuk memprediksi kerusakan yang terjadi atau merancang struktur bangunan yang tahan gempa maupun Tsunami merupakan hal yang paling mungkin dilakukan mengingat penelitian dengan kondisi sebenarnya (skala penuh/full scale) merupakan hal sangat sulit dilakukan serta jika memungkinkan akan memerlukan biaya yang sangat mahal.

 Beberapa contoh modeling dengan alat shaking table dan centrifuge serta modeling analisis dengan finite element akan diuraikan dalam tulisan ini untuk memberikan gambaran mengenai hasil simulasi dibandingkan dengan kondisi sebenarnya.

 Pada akhirnya diharapkan hasil rancangan yang memenuhi persyaratan jika pada akhirnya model tersebut akan dibangun. Pendahuluan Indonesia merupakan daerah kepulauan yang diapit lempeng Eropa Asia - Australia di Selatan serta lempeng Pasifik dan Philipine dibagian Timur-Utara.

 Pergeseran diantara lempeng tersebut dapat mengakibatkan proses gempa terjadi disuatu titik kedalaman dan menjalar sepanjang patahan/sesar. Jika bidang patahan terjadi didasar laut kestabilan air laut terganggu secara vertikal maupun horizontal.

 Bahkan jika gempa yang terjadi magnitudenya besar (9 skala Richter) seperti Aceh terjadi sesar sepanjang ribuan kilometer sehingga menyebabkan terjadinya Tsunami (Desember 2004) yang menelan korban jiwa hampir 300.000 orang serta kerusakan infrastruktur yang amat besar. 

 Pada bulan Mei tahun 2006 kembali terjadi gempa tektonik di Selatan Yogyakarta juga akibat pergeseran lempeng Asia-Australia yang juga mengakibatkan korban jiwa mendekati angka 5000 jiwa dan kerusakan infra struktur yang besar. 

 Baru-baru ini di Pangandaran terjadi Tsunami dengan gelombang setinggi 5 meter menyapu daerah Pantai Pangandaran dan lagi-lagi terjadi korban jiwa sekitar 400 orang dan kerusakan infra struktur. 
 Dengan latar belakang kondisi Indonesia yang rawan gempa dan Tsunami ini, seminar mengenai mitigasi gempa didaerah perkotaan yang diprakarsai oleh Fakultas Teknik Unsrat ini amat tepat dan diharapkan dapat menghasilkan sesuatu hasil positif bagi pembangunan didaerah perkotaan yang rawan gempa dan Tsunami.

 Dengan perkembangan cepat yang terjadi di perkotaan diseluruh belahan dunia, bencana alam seperti banjir dan curah hujan diatas normal, periode musim kering yang berkepanjangan, dan serangan angin taufan, tanah longsor dan gempa bumi adalah ancaman umum bagi umat manusia. 

 Walaupun kemajuan mengenai pemahaman permasalahan bencana alam dan mitigasi bencana alam namun bagi sebagian besar orang masih banyak isu-isu yang belum terpecahkan.

 Didalam tulisan ini penggunaan pemodelan fisik untuk studi dari permasalahan struktur bangunan untuk memperkecil atau mengurangi akibat gempa dan tsunami ditinjau. Pemodelan fisik geoteknik adalah instrumen yang dapat diandalkan untuk mempelajari permasalahan struktur bangunan jika terjadi gempa dan Tsunami

 Beberapa aplikasi pemodelan fisik yang sesuai dengan keadaan aslinya dengan singkat dapat di kaji dampak gempa bumi, terutama gerakan tanah yang kuat adalah contoh dari pembebanan siklik yang tidak beraturan yang meliputi sebuah cakupan yang utuh dari karakteristik dan regangan geser serta karakteristik perilaku tanah dalam region. Konsekwensi pada tanah deposit seperti liquifaksi dan kegagalan lereng, atau penurunan yang besar dalam kaitan dengan lahan densification, dapat mengakibatkan kerusakan yang fatal pada bangunan didaerah itu. Dengan begitu, didaerah seismic, kebutuhan akan analisis yang rasional dan perkiraan-perkiraan objektif yang memiliki resiko harta dan kehidupan bukan hanya kebutuhan akademis. 

 Pertemuan dua lempengan mengalami subduksi yang menyebakan terjadinya gempa tektonik Empat golongan kerusakan utama akibat gempa .

1. Ground shaking – Ini adalah gerakan tanah akibat gempa yang merupakan unsur utama penyebab keruntuhan struktur

 2. Liquefaction – Kehilangan strength pada pasir yang jenuh air akibat pembebanan siklik. Kondisi ini menyebabkan penurunan dan pergerakan lateral dari pondasi. Yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi lokasi yang berpotensi liquefaction dengan menghindari pembangunan diatasnya, atau cara lain membuat fondasi dalam sehingga terhindar dari liquefaction 

3. Bidang patahan (fault rupture) – Ini pergerakan patahan akibat gempa. Pergerakan dapat vertikal maupun horizontal.

 4. Landslide – Sering kali terjadi sebagai akibat dari terjadinya gempa. Perlu dihindari pembangunan diatas lereng atau dikaki dari lereng.



Tsunami

 Pengertian Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang artinya Tsu berati pelabuhan dan nami berarti gelombang. Kata ini secara mendunia sudah diterima dan secara harfiah yang berarti gelombang tinggi/besar yang menghantam pantai/pesisir. Tsunami sendiri terjadi akibat gempa tektonik yang besar dilaut ( lebih besar dari 7.5 skala Richter dan kedalaman episentrum lebih kecil dari 70 km) yang mengakibatkan terjadinya patahan/rekahan vertikal memanjang (kasus Aceh patahan mencapai ribuan kilometer) sehingga air laut terhisap masuk dalam patahan dan kemudian secara hukum fisika air laut tadi terlempar kembali setelah patahan tadi mencapai keseimbangan. Kecepatan air/gelombang yang sangat cepat terjadi. Pada kasus Tsunami di Aceh kecepatannya dapat mencapai ratusan kilometer per jam nya. Antara terjadinya gempa dan Tsunami ada jeda waktu yang dapat digunakan untuk memberikan peringatan dini pada masyarakat. Pengalaman di Aceh menunjukkan peringatan dini belum berjalan. Secara diagramatis


Tsunami early warning system (TEWS)

 Hal sederhana yang dapat dilakukan untuk memberi peringatan dini bagi penduduk yang berada di sekitar kota/pantai yang memiliki potensi Tsunami adalah memberi peringatan melalui sirene atau televisi/radio lokal yang dapat dengan segera mensosialisasikan akan terjadinya Tsunami. Menurut pengalaman di Aceh ada jeda waktu sekitar 30 menit sampai gelombang mencapai pantai. Saat ini didaerah yang rawan seperti di Aceh dan Pangandaran sedang disiapkan perangkat alat pendeteksi dini untuk memperkirakan terjadinya gempa maupun Tsunami. Early warning system yang lebih sophisticated seperti pemasangan peralatan khusus baik dilaut maupun didarat perlu melibatkan semua unsur yang memiliki potensi untuk secara cepat memberikan peringatan dini. 
diagram design early warning untuk Tsunami lokal di Indonesia (sumber BMG) 


Mitigasi bencana gempa/Tsunami 

Jepang telah membangun dinding penahan Tsunami setinggi 4,5 pada daerah pantai yang padat penduduk. Namun ketika gempa tahun 1993 menimpa Hokaido, tinggi gelombang Tsunami mencapai 30m. Dinding penahan terlampaui namun tetap dapat mengurangi kecepatan dari Tsunami. Korban jiwa tetap tidak terhindarkan. Dinding semacam ini dapat digunakan di Aceh atau daerah lainnya (Pangandaran) yang rawan Tsunami, namun efektivitas dinding penahan tersebut perlu dilakukan penelitian. Pembuatan model dengan alat centrifuge dan melakukan uji di laboratorium dapat mensimulasikan tinggi gelombang yang dikehendaki. Mitigasi harus memperhatikan semua tindakan yang diambil untuk mengurangi pengaruh dari bencana dan kondisi yang peka dalam rangka untuk mengurangi bencana yang lebih besar dikemudian hari. Karena itu seluruh aktivitas mitigasi difokuskan pada bencana itu sendiri atau bagian/elemen dari ancaman. Beberapa hal untuk rencana mitigasi (mitigation plan) pada masa depan dapat dilakukan sebagai berikut:

 1) Perencanaan lokasi (land management) dan pengaturan penempatan penduduk 

2) Memperkuat bangunan dan infrastruktur serta memperbaiki peraturan (code) disain yang sesuai. 

3) Melakukan usaha preventif dengan merealokasi aktiftas yang tinggi kedaerah yang lebih aman dengan mengembangkan mikrozonasi 

4) Melindungi dari kerusakan dengan melakukan upaya perbaikan lingkungan dengan maksud menyerap energi dari gelombang Tsunami (misalnya dengan melakukan penanaman mangrove sepanjang pantai) 

5) Mensosialisasikan dan melakukan training yang intensif bagi penduduk didaerah area yang rawan Tsunami 

6) Membuat early warning sistem sepanjang daerah pantai/perkotaan yang rawan Tsunami

dsementara diagram dari mitigation planing proses (case study dari Regional all hazard mitigation Master Plan for Benton, Lane and Liin county, USA ).
berupa 7 langkah yang perlu diantisipasi. Dimulai dari asesmen resiko bencana sampai dengan penyediaan dana untuk pembangunannya. Mitigasi pada langkah keempat dihentikan jika risk atau toleransi dapat diterima. Jika tidak rencana dilanjutkan sampai langkah ketujuh yang merupakan prioritas dari mitigasi proyek yang diperlukan yaitu menyediakan pendanaan untuk mewujudkan. Perkembangan terbaru untuk meramalkan terjadinya gempa adalah dengan adanya awan diatas daerah terjadinya gempa. Menurut Sarmoko (peneliti di LAPAN) awan misterius tersebut tercipta akibat pergumulan uap air panas yang muncul dari rekahan permukaan bumi dengan udara dingin di angkasa. Uap air panas yang bertekanan tinggi melesak dari tanah sebagai dampak aktivitas seismik tingkat tinggi diperut bumi Memang hasilnya baru sekitar 60% kecocokannya dengan gempa yang terjadi. Sebagai contoh ketika terjadi gempa di Kobe pada tahun 1995 terjadi awan berbentuk seperti angin tornado terlihat dikota Kobe sebelum gempa terjadi. Meski terbukti kebenarannya para peneliti belum menggunakan prediksi gempa lewat awan yang terjadi untuk konsumsi publik. Gempa dapat terjadi 4-5 hari setelah penampakan awan gempa bisa juga terjadi setelah 130 hari kemudian melihat pengalaman yang terjadi di Jepang, AS dan China. Pemantauan satelit awan gempa merupakan terobosan besar untuk mitigasi bencana gempa. Penelitian lanjutan masih terus dikembangkan dengan megklarifikasi lewat satelit.


DAMPAK 

Kerusakan pada Fondasi Dangkal akibat gempa Fondasi dangkal secara luas banyak digunakan didaerah-gempa untuk struktur skala kecil sampai skala menengah. Daya dukung fondasi dangkal berkurang pada waktu terjadinya momen akibat gaya horizontal ketika terjadi gempa. Mekanisme kegagalan yang terjadi dapat dimodelkan dengan dengan teknik Particle Image Velocimetry (PIV), yang banyak digunakan pada mekanika fluida untuk mengukur defleksi. menunjukkan mekanisme keruntuhan menurut Prandtl.  terlihat pengaturan model uji pondasi strip diatas lapisan pasir dengan menggunakan shaking table (Knappet et,all.,2004). Shaking table bekerja berdasarkan momentum sudut penyimpanan (storing angular momentum) dari motor roda penggerak, kemudian dikonversikan menjadi gerakan horizontal melalui sebuah motor dengan memberikan gerakan sinusoidal input pada frekwensi tunggal. 


Di tuang di blog oleh. :

DSM.IBRAHIM DaSilva 
atau Mbah Brohem / Gus brohem 
(  MBAH BRO / GUS BRO )

Guna  mendukung para satgas bencana maupun para relawan utamanya khusus utk para personal TAGANA INDONESIA  
guna memahami dan mengenal karakteriatik lbh dalam dan detail  dalam melakukan MITIGASI dan MAPPING dampak dari
 BENCANA MULTI LATERAL dan DIMENSI

What is *CONFUSE* SHELTER ?



Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 

Mohon ijin sebentar untuk berbagi rasa berbagi info dan ilmu...,  tentang perihal shelter yang biasa kita geluti, tiap saat,  namun tetap menarik utk di bahas di kupas di kuluti,  karena perkembangan ilmu itu selalu dinamis mengikuti zamannya


25/4 19:13] Djoko Soenjoto M.ibrahim:

Kadang masih banyak para person tagana agak "confuse", dgn istilah internasional:  *transitional shelter, semi   permanent shelter dan permanent shelter.* 

Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 

Saya rasa banyak teman2 lainnya yang juga mengalami hal yang sama atau _confuse_ ttg penggunaan istilah2 di *bidang shelter.* Hal ini mungkin karena tidak seperti bidang lainnya (misalnya WASH atau pendidikan), hanya beberapa lembaga yang memiliki staf yang bekerja penuh waktu untuk shelter,   namun kemudian disaat terjadi bencana,   banyak pekerja kemanusiaan yang kemudian "nyemplung" dan bekerja di bidang shelter. Sehingga, terkadang sukar untuk memastikan semua orang _up to date_ dengan perkembangan2 di bidang shelter.


Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 

 Mari kita semua mencoba belajar menela'ah,  atau mencoba memahami beberapa penjelasan mengenai istilah2 yang digunakan di bidang shelter.

*Pertama, mengenai istilah "shelter". Dalam bahasa inggris, *shelter* memiliki arti luas dan punya beberapa pengertian. Anda dapat mencari shelter untuk berlindung dari badai, anda dapat memberikan shelter seorang anak dari pengaruh buruk lingkungan.... _*(sheltering a child from bad influences)*_, atau kita bisa memberikan shelter untuk orang terlantar, seekor anjing, atau membangun shelter untuk pemberhentian bus. *Arti kata yang luas ini adalah alasan mengapa istilah shelter digunakan untuk konteks kemanusiaan dan sampai saat ini terminologi yang digunakan masih "shelter"  dikarenakan belum ada padanan kata yang pas di kosakata Bahasa Indonesia, untuk menerjemahkan/ memadankan shelter secara tepat.*


Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 

Di konteks kemanusiaan, menyediakan shelter bagi para warga terdampak/ penyintas adalah merupakan sebuah *proses* mendampingi warga terdampak dalam menyediakan tempat *bernaung* yang layak dimana setiap orang memiliki *pilihan tersendiri* untuk pulih dari dampak bencana, dan memastikan warga terdampak dapat *bertransisi* dari kondisi yang tidak memiliki naungan yang layak menuju tempat tinggal permanen dengan kehidupan yang lebih baik. 


Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 

*Proses* ini bisa melibatkan _*(atau tidak melibatkan)*_ penyediaan produk, jasa, uang, pelatihan, atau advokasi. Idealnya adalah bukan membuat warga terdampak untuk *'menuruti"* program yang ada, namun mendampingi *setiap* warga dan membantunya dalam perjalanan mereka menuju pemulihan/ kehidupan yang lebih baik. Shelter yang aman, nyaman, dengan proses yang bermartabat adalah merupakan satu hak asasi setiap manusia dan adalah tugas kita sebagai satuan tugas atau relawan kebencanaan yg  konsisten mengambil bagian pada perlindungan dan jaminan sosial untuk membantu setiap orang bisa mendapatkan hak tersebut.


Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 

Istilah *TRANSITIONAL SHELTER*  digunakan pertama kali oleh *TOM CORSELISS BERSAMA TEAM*  dari Shelter Centre dimana mereka mempublikasikan *Transitional Shelter Guidelines* di tahun 2008. Mereka mengusulkan bahwa seluruh shelter sebaiknya bisa ditingkatkan, bisa dijual kembali, bisa diperluas, bisa dipindahkan, bisa didaur ulang atau bisa dibongkar pasang, dan bisa digunakan ulang  *(upgradable, resaleable, extendable, relocatable, recyclable or dismantlable and reusable).*   Sesungguhnya yang mereka ingin lakukan adalah untuk mensosialisasikan kepada komunitas shelter di tingkat global untuk memikirkan mengenai jenis fan Macam bantuan apa yang disediakan untuk warga terdampak bisa membantu mereka untuk *BERTRANSISI*  daripada terperangkap dengan kondisi shelter yang kemudian menjadi kawasan permukiman kumuh atau bantuan yang ada malah memperlambat upaya pemulihan menuju kehidupan yang lebih baik.



Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 
Sayangnya, konsep ini kurang dipahami dengan baik oleh banyak lembaga, sehingga banyak yang kemudian mengubah nama program *TEMPOTARY SHELTER* menjadi "TRANSSITIONAL SHELTER*.   dan lanjut saja desain programnya tanpa perubahan yang berarti. Banyak kritik dari donor dan lembaga lainnya yang kemudian melihat program *TRANSITIONAL SHELTER*  diubah namanya menjadi *T --  SHELTER*   namun  analisis yang jelas mengenai bagaimana sebuah program shelter bisa membantu proses transisi sebuah keluarga.
Kenyataannya, *aspek transisi* adalah bukan hanya mengenai desain tertentu, namun menyediakan konsep dimana dilakukan kajian terkait aktivitas yang terkait dengan shelter. Pada setiap waktu, kita bisa melakukan kajian apakah bantuan yang kita sediakan untuk suatu keluarga benar2 membantu mereka atau malah menghambat proses mereka untuk *bertransisi*  Salah satu contohnya adalah menyediakan terpal untuk keluarga yang atap rumahnya rusak (daripada sebuah tenda) atau menyediakan tenda untuk warga yang mesti relokasi dari lokasi tempat tinggalnya (dan dengan tenda, mudah untuk dibawa dan digunakan kembali). Menyediakan pelatihan dan peralatan pertukangan untuk membantu warga yang rumahnya rusak, atau membantu warga yang apartemennya rusak untuk tinggal di rumah kontrakan (karena pelatihan dan peralatan tidak akan membantu warga yang tinggal di apartemen untuk bertransisi dengan baik). 


Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 
Umumnya, membantu warga untuk bertransisi adalah dengan menggunakan pendekatan yang fleksibel dan membantu mereka untuk memilih opsi yang paling tepat dan sesuai dengan kebutuhan mereka. *Karena setiap keluarga memiliki  karakterisitik, kapasitas, dan kerentanan yang unik dan berbeda dengan keluarga2 lainnya*


Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 

Sedangkan untuk istilah "permanent shelter", istilah ini sebenarnya adalah istilah yang dihindarkan di tingkat global, dan lebih sesuai bila menggunakan istilah "tempat tinggal yang permanen dan aman". Seperti misalnya di Bangladesh saat ini, banyak pembangunan "permanent shelter" untuk warga Rohingya. Jenis nya permanen karena mereka tidak memiliki pilihan lainnya untuk pergi, namun juga bantuan yang ada ganyalah berupa shelter yang permanen dan bukanlah sebuah tempat tinggal yang aman dan permanen (misalnya sebuah rumah), yang dimana mereka bisa memulai kehidupan mereka yang lebih baik.


Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva [25/4/2019,  20:10] 
Istilah semi permanen sebenarnya adalah unik untuk Indonesia. Semi permanen adalah salah satu kategori bangunan, dimana artinya sebagian berupa beton/semen dan bagian lainnya berupa kayu/ bambu. Beberapa lembaga banyak juga yang menggunakan istilah ini untuk menggambarkan jenis bantuannya. Pada kenyataannya, bangunan semi permanen adalah salah satu jenis bangunan yang paling sulit untuk dibangun dengan aman, karena perbedaan bahan bangunan bisa membuat kondisi bangunan menjadi rentan terhadap rayap dan rusak karena air dan juga memiliki struktur yang lemah. Rumah inti adalah opsi yang umumnya lebih disarankan, dengan cara menyediakan rangka inti dari sebuah rumah dengan menggunakan dinding sementara (RISHA menggunakan metode ini) atau Rumah tumbuh yang nantinya bisa dikembangkan lagi, atau biasa dinamakan "One-room shelter".

LEMPENG TEKTONIK DINAMO KEHIDUPAN DI BUMI

LEMPENG TEKTONIK DINAMO KEHIDUPAN DI BUMI

Bagaimana mungkin bumi mampu mengembangkan suatu kondisi yang menciptakan perkembangan kehidupan menjadi mungkin? Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience menghubungkan asal-usul atmosfer yg kaya nitrogen di bumi dengan kekuatan tektonik yang sama yang mendorong pembentukan gunung dan gunung berapi di planet kita. Ada beberapa cara untuk menjelaskan mengapa, dibandingkan dengan tetangga terdekat kita, Venus dan Mars, udara bumi lebih kaya nitrogen. 
Sifat kimia udara yang kita hirup adalah, setidaknya sebagian dari hasil dari miliaran tahun fotosintesis. Tanaman hidup telah mengubah dunia kita dari planet berjubah dalam suasana karbon dioksida yang kaya - seperti yang terlihat di Mars atau Venus – menjadi planet dengan jumlah oksigen yang signifikan. Sekitar seperlima dari udara terdiri dari oksigen, dan hampir semua sisanya adalah nitrogen. 

Tetapi asal-usul dari kandungan nitrogen yang relatif tinggi dari udara bumi tetap menjadi sesuatu yang misteri. 

Geoscientists Sami Mikhail dan Dimitri Sverjensky dari Carnegie Institution of Washington telah menghitung brp nitrogen yg diharapkan untuk ktk bersepeda melalui bebatuan dari dalam bumi  oleh siklus lempeng tektonik. Gunung berapi aktif tidak hanya mandi batuan vulkanik dan abu sangat panas karena mereka meletus menyemburkan batuan cair ke udara, mereka juga melampiaskan sejumlah besar gas dari kedalaman bumi. Letusan terbaru di Islandia, misalnya, telah dicatat untuk menyumbang sejumlah asap belerang yang mereka telah di pancarkan. 

Di samping belerang, uap dan karbon dioksida, gunung berapi di sebelah batas lempeng tektonik aktif memompa sejumlah besar nitrogen ke udara. Mikhail dan Sverjensky menjelaskan hal ini melalui reaksi kimia yang terjadi di bawah akar-akar vulkanik. 

Nitrogen gelembung 

Seperti kerak samudera yang menunjam (yaitu, terseret di bawah kerak benua)  ke kedalaman bumi oleh siklus lempeng tektonik, ia melepaskan "volatile" elemen ke dalam batu di atas. Unsur-unsur yang mudah menguap mengandung nitrogen - dan nasibnya bisa baik atau akhirnya terkunci dalam mineral atau akan dirilis sebagai gas ke atmosfer. Komposisi kimia dari batuan yang melapisi memutuskan nasib volatil. 
Nitrogen jauh di kerak bumi akan cenderung membentuk ion amonium (NH4 +) yang bisa dimasukkan ke dalam mineral silikat padat dengan mudah. 

Mineral silikat adalah salah satu jenis yang paling berlimpah dari mineral dalam kerak bumi. Hal ini diduga terjadi pada sebagian besar nitrogen di bumi dan hampir semua nitrogen di Venus dan Mars. Tapi ketika mereka dan mineral silikat bereaksi dalam kondisi tertentu, seperti dengan adanya oksigen atau oksigen yang mengandung senyawa, molekul amonium memecah ke campuran air (H2O) dan nitrogen (N2). Yang terakhir kemudian menemukan jalan ke permukaan dan atmosfer melalui lubang gunungapi. 


Mars dan Venus tidak memiliki lempeng tektonik dan relatif sedikit nitrogen. Suasana kaya nitrogen yang membuat bumi menjadi rumah bagi kehidupan ribuan jutaan tahun yang lalu tampaknya memiliki asal bhw kenyataan bahwa planet itu sendiri adalah “binatang” yang aktif secara geologi. 

Subduksi, kekuatan pendorong untuk lempeng tektonik, juga menciptakan reaktor kimia untuk membuat nitrogen. Kekuatan yang sama(tektonik) yang mendorong pembentukan pegunungan dan benua, lautan dan pulau-pulau, juga bertanggung jawab untuk membentuk atmosfer dan biosfer kita. 

Temuan menunjukkan bahwa nitrogen pertama kali mulai membangun udara di atmosfer berlangsung lebih dari tiga miliar tahun yang lalu, dan ini menyiratkan bahwa lempeng tektonik sudah aktif di bumi pada saat itu. Hal ini cocok dengan perkiraan lain untuk berapa lama bumi telah menjadi planet yang aktif, dan itu kontras tajam dengan gambar geologis stagnan yang kita miliki tentang Mars dan Venus. 

Hasil penelitian ini memberikan baru ke dalam pra-kondisi yg dibutuhkan planet lain untuk menuju pemahaman apa yg seharusnya ada: karakter planet yg dapat  menjadi sumber kehidupan di sekitar bintang-bintang yg jauh, di tempat lain di alam semesta. 

Dituang kembali oleh :
Ibrahim Dasilva 
dari  : 
The Conversation. Geoscientists Sami Mikhail dan Dimitri Sverjensky dari Carnegie Institution of Washington 

Pada tsunami eartquake, gelombangnya di pantai jauh lebih tinggi dibandingkan tsunami dari sumber gempa dengan magnitudo relatif sama.

Masyarakat di pesisir selatan Banyuwangi kini lebih rentan terkena tsunami. Mereka tinggal di kawasan yang diterjang tsunami pada 1994, perbukitan Tumpang Pitu juga telah dikepras.


Tsunami yang menghancurkan pesisir selatan Banyuwangi, Jawa Timur 25 tahun lalu terjadi tanpa didahului guncangan gempa kuat. Tiba-tiba saja gelombang tsunami setinggi hingga 10 meter menerjang pada Jumat, 3 Juni 1994, sekitar pukul 02.00.

​Saat itu Bagong Irianto (59), warga Dusun Pancer, Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggrahan, tengah menghitung uang sumbangan warga untuk cucunya yang baru saja dikhitan. Dari halaman rumahnya, terdengar dalang Subari yang memulai adegan gara-gara.

​“Tiba-tiba saja ada suara ribut penonton. Kami kira awalnya ada maling tertangkap. Belum sempat kami berdiri,  lantai rumah yang terbuat dari plester pecah dan mengeluarkan air,” kisah Bagong.

​Bagong beserta istrinya, Sumiatun (70), selamat kendati seluruh uang yang dikumpulkan raib tersapu tsunami. Tetangganya juga banyak yang menjadi korban. Total sebanyak 215 orang tewas, 400 orang terluka, dan 1.000 rumah hancur. Sebagian besar korban berada di Dusun Pancer, Pantai Plengkung, dan Rajegwesi.

​Seperti disampaikan Bagong, para penyintas yang lain juga mengaku tidak merasakan guncangan gempa kuat sebelum datangnya tsunami 1994. Mereka rata-rata baru mengetahui adanya bahaya setelah mendengar suara bergemuruh seiring datangnya gelombang.

Seperti disampaikan Bagong, para penyintas yang lain juga mengaku tidak merasakan guncangan gempa kuat sebelum datangnya tsunami 1994.


​Padahal gempa pada 1994 itu, menurut rekaman United States Geological Survey tergolong besar, yaitu M 7,8 dan sumbernya 18,4 kilometer di bawah Samudera Hindia atau tergolong sangat dangkal. Gempa sebesar ini pada umumnya terasa sangat kuat.

​”Karakter tsunami di Banyuwangi disebut sebagai tsunami earthquake,” ujar Ketua Ikatan Ahli Tsunami Indonesia (IATsI) Gegar Prasetya, yang dua minggu setelah kejadian melakukan survei di Banyuwangi. Survei ini merupakan yang pertama kali dilakukan peneliti Indonesia bersama ahli luar negeri dan mendorong pendirian Pusat Penelitian Tsunami di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yogyakarta.

​Istilah tsunami earthquakedimunculkan pertama kali oleh ahli seismologi dari Earthquake Research Institute (ERI), Tokyo University, Hiroo Kanamori, empat dekade lalu. Hal itu untuk membedakan dengan tsunami lain yang biasa terjadi. Tsunami kategori ini, gelombangnya di pantai jauh lebih tinggi dibandingkan tsunami dari sumber gempa dengan magnitudo relatif sama. Karena bahayanya kerap tidak disadari, sebagian menyebutnya stealth tsunami atau pembunuh senyap.

Pada tsunami eartquake, gelombangnya di pantai jauh lebih tinggi dibandingkan tsunami dari sumber gempa dengan magnitudo relatif sama.


​Rekonstruksi yang dilakukan peneliti tsunami BPPT Widjo Kongko menunjukkan, daerah paling terdampak tsunami 1994 adalah pesisir selatan Banyuwangi, Jember, Lumajang, Malang, Blitar. Tsunami tertinggi terjadi di selatan Jember, yaitu 10 meter (m) di pantai dan run up atau tinggi rambatan gelombang di darat 20 m. Tsunami juga melanda pesisir barat Bali dengan run uphingga 5 meter.  Sedangkan waktu tiba tsunami rata-rata 25 – 30 menit setelah gempa.


​Zona subduksi di Jawa memang rentan mengalami tsunami earthquake seperti juga terjadi di Pangandaran, Jawa Barat pada 2006. Menurut Gegar, ada beberapa kemungkinan kenapa Selatan Jawa rentan tsunami earthquake. Salah satunya ada gunung bawah laut yang posisinya mengganjal laju subduksi lempeng samudera di bawah lempeng benua. Karena ada ganjalan, runtuhnya batuan setelah gempa jadi perlahan.

Risiko ke depan

​Berhadapan langsung dengan zona tumbukan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia, pesisir selatan Jawa termasuk selatan Banyuwangi, akan selalu menghadapi ancaman tsunami.

“Potensi tsunami senyap (tsunami earthquake) akan selalu mengintai selatan Jawa. Tsunami ke depan bisa lebih tinggi dari sebelumnya. Data Pusgen (Pusat Studi Gempa Bumi Nasional), potensi gempa dari megathrust di selatan Jawa Timur bisa mencapai M 8,9 SR


TSUNAMI
Kajian paleotsunami yang dilakukan Kepala Pusat Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto dan tim menemukan jejak tsunami di pesisir selatan Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur dalam waktu bersamaan, yaitu sekitar tahun 1584-1856. Tsunami ini diduga sangat besar karena melanda daerah yang luas, lebih luas jangkauannya dibandingkan tsunami Banyuwangi pada 1994 atau Pangandaran 2006. Tsunami sekuat ini kemungkinan besar dipicu oleh gempa berkekuatan sekitar M 9 atau lebih.

​Pemodelan oleh Widjo dengan parameter gempa bumi berkekuatan M 8,9 di lokasi yang sama dengan kejadian 1994 memiliki tinggi tsunami di pantai hingga 12,5 m di sepanjang pantai Jawa Timur. Sedangkan run up tsunami di daratan bisa mencapai 15-25 m, tergantung topografi dan tutupan lahan.

​Padahal, permukiman di pesisir selatan Jawa saat ini lebih padat dibandingkan sebelumnya. Emy Sukarlan (59), Ketua RW 03, Dusun Pancer mengatakan, tsunami 1994 telah menghancurkan rumahnya yang berada di selatan jalan desa. Sebagian besar bangunan yang hancur saat itu memang di selatan jalan. Emy yang selamat dari tsunami karena saat kejadian berada di laut untuk mencari ikan, membangun kembali rumahnya di lokasi yang sama.

​Bupati Banyuwangi saat itu, Purnomo Sidik telah merencanakan untuk mengosongkan permukiman di selatan jalan desa untuk dijadikan hutan pantai. Namun demikian, kebijakan ini tak pernah terwujud. Selain permukiman, di pesisir Pancer dibangun tempat wisata Panti Mustika Pancer yang mulai beroperasi empat tahun terakhir

​“Kami memang dulu disuruh pindah, tetapi tidak mau. Pekerjaan kami nelayan, tidak mau tinggal jauh dari sumber mata pencaharian,” ujar Emy. ​Dibandingkan sebelum 1994, permukiman di zona rentan tsunami justru bertambah banyak.

TSUNAMI.


Padahal, kawasan perbukitan Tumpang Pitu, yang di masa lalu menjadi benteng dan tempat evakuasi dari tsunami telah dikepras untuk penambangan emas. Jika melihat tingkat risikonya, masyarakat di selatan Banyuwangi saat ini justru lebih rentan dibandingkan sebelum 1994.

​Penghunian kembali kawasan terdampak tsunami sebenarnya tidak hanya terjadi di Banyuwangi, namun juga di daerah-daerah lain. Misalnya, pesisir utara Flores yang pernah terdampak tsunami 1992 dan Pangandaran setelah tsunami 2006.

​Kajian para peneliti Earth Observatory of Singapore, Universitas Syah Kuala, Maynooth University, dan Oxford University yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences(PNAS) minggu lalu juga menunjukkan, Kota Banda Aceh yang kehilangan 160.000 penduduk akibat tsunami dahsyat pada 2004, sebelumnya juga pernah dilanda tsunami dengan kekuatan serupa pada tahun 1394. Kini, 15 tahun setelah tsunami 2004, pesisir Aceh kembali dipadati hunian.

​Sebagai negara dengan garis pantai yang rentan tsunami terpanjang di dunia, tantangan terbesar untuk mengurangi risiko dan dampak bencana adalah persolan sosial dan lemahnya penegakan tata ruang. Jika sudah begini, ratusan miliar bahkan triliunan rupiah digelontorkan untuk membangun kembali daerah bencana akan kembali hancur dan korban jiwa berpotensi kembali berjatuhan jika siklus tsunami kembali datang….

Oleh :

Gus BrohemP

emilik Blogger ini, juga saksi hidup dan saat terjadi tsunami, sedang dalam tugas sbg pengawas pekerjaan teknik pembangunan Tempat Peleangan Ikan Pancer. 

Sekaligus sbg Tim Evakuasi pasca terjadinya gempa dan tsunami, 

Terlibat langsung dalam giat Ops SAR sbg tanggung jawab dalam menemukan kembali separuh lebih para pekerja yg terlibat di pekerjaan teknik pembangunan tempat pelelangan ikan pantai Pacer 

 Dan berhasil menemukan separuh lebih pekerja meski dalam kodisi A1 ( MD )