ANCAMAN GEMPA MERUSAK DI JAWA TIMUR
Menteri Basuki Hadimulyono menanda tangani dan meluncurkan buku revisi Peta Sumber Gempa dan Bahaya Gempa pada tanggal 4 Septber 2017. Disebutkan dalam buku tersebut bahwa jumlah sesar aktif banyak ditemukan sehingga yang awalnya th 2010 berjumlah 81, sekarang th 2016 menibgkat menjadi 285 sesar aktif. Sesar aktif sering juga disebut sesar gempa sebab pergeseran sesar ini bisa menimbulkan gempa. Sesar aktif ini ada di darat sehingga kalau terjadi gempa bisa sangat membahayakan orang dan infrastruktur yang ada di sekitar sesar tersebut.
Buku ini juga menyebutkan bahwa Kota Surabaya dilewati 2 sesar yaitu Sesar Surabaya dan Sesar Waru. Sesar Surabaya bergerak dengan kecepatan 0.1 mm/tahun dan bisa menimbulkan gempa sebesar 6.8M, sedangan Sesar Waru lebih mengerikan lagi yaitu bisa menimbulkan gempa 7.2M dengan laju pergeseran 0.5 mm per tahun. Kawasan lain yang dilewati sesar aktif adalah Wonorejo Situbondo M5.7/0.3 mm/th, Probolinggo M6.5/0.2 mm/th, Pasuruan M6.5/0.2 mm/th, Blumbang Mojokerto M6.9/0.1 mm/th, dan Sesar Waru yang paling panjang mulai dari Surabaya, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Saradan sampai Cepu dengan M7.5/05 mm/th
Apa yang bisa kita lakukan? Jawabnya banyak sekali, bisa dimulai dengan penilaian RISIKO. Nilai Risiko (R) merupakan fungsi ancaman (H) dan Kerentanan (V) serta kapasitas (C). Ancaman gempa dengan magnitud >M6.0 termasuk ancaman yang besar dan merusak. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota segera melakukan penilaian kondisi lapisan tanah dan kondisi kerentanan bangunan serta kapasitas masyarakat.
Lapisan tanah sangat terpengaruh dengan gelombang gempa. Gelombang gempa mengalami peningkatan amplitudo saat tanah endapan yang lembek sehingga energi gempa membesar. Sebaliknya kalau merambat lewat lapisan tanah keras atsu batuan tidak mengalami amplifikasi. Lapisan tanah pasir halus bila terkena gempa bisa tercairkan (likuifaksi) sehingga bangunan di atasnya bisa ambles.
Saat gempa Jogja 2006 ada ilmu yang harus kita jadikan pelajaran penting di masa depan. Saat itu ada puluhan ribu rumah rusak, roboh rata dengan tanah dan membunuh sebagian besar orang yang ada di dalamnya serta menyebabkan cacat permanen. Akan tetapi banyak juga rumah yang masih utuh dan menyelamatkan orang orang yangg ada di dalamnya. Rumah rumah yang roboh sebagian besar merupakan rumah bata tanpa tulangan (un enginineer), sedangkan rumah yang tidak ambruk rumah tembok yang berstruktur tulangan dan balok. Hasil penilaian bangunan dipetakan dan dikelompokkan.
Penilaian kapasitas masyarakat terutama penilaian komitmen pemerintah kab/kota terhadap BENCANA khususnya gempa, tentang pengetahuan gempa, tentang penyelamatan, tentang gotong royong dll.
Oleh karena ancaman gempa tidak bisa diturunkan maka kerentanan tanah, kerentanab bangunan dan kapasitas masyarakat menjadi sasaran utama untuk mengurangi risiko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar