Alhamdulillah kita sudah berada di penghujung Ramadan. Setelah itu kita akan memasuki hari Raya Idul Fitri. Esensi dari Idul berarti kembali, fitri artinya fitrah atau suci. Orang yang kembali fitri diibaratkan seperti bayi yang lahir tanpa dosa.
Idul Fitri juga identik dengan bersilaturahmi. Didalam Alquran diajarkan untuk memaafkan. Bukan sekadar maaf tetapi berilah maaf yang sebenar-benar, bukan basa-basi.
Sebagai orang tua kita juga wajib memberi pemahaman apa makna dari kata maaf kepada anak-anak. Memang tidaklah salah ketika seorang anak kecil hanya berpikir bahwa bermaafan hanya bersalaman, kemudian dapat uang.
Tak jarang kita mendengar orang tua menyuruh anaknya yang masih usia balita atau Sekolah Dasar untuk bersalaman. Bagi si ibu mungkin salim minta maaf tapi buat si anak salim adalah juga disertai dengan pemberian uang lebaran.
Oleh karenanya, sebelum bermaaf-maafan kita wajib meluruskan niat. Bahwa memberi maaf tidak sekadar basa-basi.
Terdapat dua maaf dalam kehidupan. Yangpertama, yaitu pemberian maaf kepada orang yang telah menyakiti perasaan kita. Jika kesalahan orang tersebut sangat fatal. Setelah memberi maaf, tidak disalahkan apabila kita memilih berjarak dengan dia.
Saat marah pun kita tidak boleh menghilangkan hak saudara kita. Seperti Allah memberi peringatan pada Abu Bakar ketika tidak lagi mau membantu bibinya yang seorang janda dan baru berhijrah. Alasan Abu Bakar tidak lagi memberi bantuan karena sang bibi kerap bergunjing tentang Aisyah ra.
Kemudian Allah memberi peringatan melalui QS 24:22, bunyinya: ”Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Yang kedua, memberi maaf pada diri sendiri. Dalam arti secara pribadi kita memiliki dosa pada Allah. Mungkin puasa yang belum beres atau salat yang tak pernah khusyuk. Hal tersebut terkadang membuat kita larut dan menyalahkan diri sendiri.
Dalam surat Ali Imran ayat 133-135 dijelaskan ketika kita punya dosa pada Allah, maka bersegeralah memohon ampunan. ”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menginfakkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
Terkait Idul Fitri, ada 4 perkara yang harus dijaga. Pertama, ihsan, yaitu harus berbuat baik. Sederhanya saling memberi. Memberi salam lebaran kepada orang tua, saudara dan keponakan. Menurut Ibnu Abbas, ihsan adalah memberikan sesuatu. Bila tidak bisa, cukup berbuat baik dengan kata-kata.
Kedua, taatuf, yaitu memberikan bantuan sesuai kemampuan. Misalnya dari 6 bersaudara, ada yang hidup serba kekurangan. Saudaranya yang lain berkewajiban meringankan beban hidupnya.
Ketiga, ar rifki, yaitu bersikap lemah lembut. Ketika memberi, berilah dengan wajah dan perkataan lemah lembut. Janganlah memberi dengan wajah masam pada yang menerima.
Keempat, arri’ayah, yaitu memberikan perhatian. Misalnya tahun ini kita tidak bisa mudik lebaran, bentuk perhatian dapat kita berikan lewat komunikasi melalui telepon, SMS atau sarana komunikasi lainnya. Dengan bantuan alat telekomunikasi yang semakin canggih ini, insyaAllah kita selalu menjadi manusia yang selalu menjaga tali silaturahmi.
Selamat Hari Raya Idul Fitri. Taqaballahu minna waminkum. Taqabalallhu Ya Kariim.
Gus Bro Hem
( G -13 - H)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar