Disaster

Kamis, 30 Maret 2017

PROFILE SATUAN RELAWAN KEBAKARAN ( SATLAKAR )


   Begitu mengharukan dan membanggakan,  Jika suatu rintangan, halangan, perbedaan pandamgan  ataupun kesalahpahaman akan terurai dengan adanya kebersamaan dan kekompakan.

Dengan adanya pemerataan (pelatihan) disetiap Kecamatan yang didalamnya ada kumpualn wilayah kelurahan, kumpulan wilayah teritorial RW dan RT.

Sungguh itu adalah suatu MODAL DASAR bagi PMK dalam menjalankan sistem Pengurangan Risoko Bwncana dan sistem  Penanggulangan Bencana secara dini, cepat dan tepat,  apa lg sampai di tk.RW sebagaimana tercantum dlm PerWali. 

Artinya memberikan edukasi pada masyarakat..bahwa bencana kebakaran wilayah urban adalah tanggung jawab kita bersama. 
sehingga tingkat Responsif dengan sistem Reaksi Cepat yang ad pada dinas Damkar yakni 7 menit  setelah kejadian kebakaran atau Titik Api Pokok  Awal  akan benar benar terlaksana. 

Maka pembentukan dan menghimpun potensi  PB  ada masyrakat adalahlangkah yg tetap dan Smart.

Relawan merupakan suatu pilihan hati dimana didalamnya rasa kepedulian pada sesama, yang kemudian di landas dengan Niat untuk membantu,  nah disinlah pilihan itu akan berjalan dan kelihatan.

Namun Manakala  KESEMPATAN, baik waktu, tenaga  maka ada pilihan apakah memang memilih kearah Dunia kerelawanan atau ke dunia bisnis, atau dunia anak muda yang pemuh hura hura.
Katena dan apalagi tdk adanya keterikatan secara materiil. Sehingga selalu ada mindsheet yg keliru ( ikut relawan ini  dan itu saja sambil nunggu panggilan kerja atau daripada nganggur )

Maka tdk heran klo nanti hanya kalimat SERIBU TUMBUH SATU, bukannya SATU TUMBUH SERIBU.

Dengan demikian agar tidak lagi mereka salah dalam kerangka berfikir ,
maka lebih baik kita berikan PENGHARGAAN dan APRESIASI setinggi-tingginya bagi Rekan2 yg dpt menggunakan NIAT & KESEMPATAN tsb, apalagi bagi yang MENGABDIKAN DIRI sepenuhnya dijalan Relawan ini sebagai pilihan hidupnya.  dengan jalan memberikan keilmuan yg berjenjang, kemampuan dan pemantapan kapasitas.

Smoga Niatnya yg Tulus Ikhlas dengan  meringankan beban para korban bencana,  akan *MEMANEN* hasilnya dikemudian hari.
Nah dg adanya edukasi baru ditiap Kecamatan hingga tingkat RW, diharapkan muncul potensi potensi PB  baru pada generasi muda di dalam masyarakat  yang terhimpun  dalam satu wadah SATLAKAR yang berkemampuan khusus, punya KAPASITAS disertai.dengan KAPABILTASnya. sehingga timbullah dalam diri tiap relawan sebagai SOSOK RELAWAN BERINTEGRITAS, BERKUALITAS,  sehingga apabila 2 komponen ini sudah melekat kuat pada tiap relawan yakni INTEGRITAS DAN KUALITAS,

Maka dengan sendirinya  Kata IKHLAS  dengan sendirinya hadir di dalam hati, sanubari dan kehidupan sehari hari...

Sehingga kata dasar IKHLAS yang berubah menjadi KEIKHLASAN  bagi yg sudah malang melintang di dunia RELAWAN  tidak lagi sebagai hal yang istimewa atau hal yang inklusif, karena sudah menjadi bagian dari rytme kehidupannya sehari hari. 

di tulis oleh
Gus Brohem
Komandan satlakar kota surabaya di dedikasikan untuk
SATLAKAR INDONESIA

Rabu, 29 Maret 2017

PILKADA BERNAFASKAN LIBERAL adalah pintu masuk PENGHANCURAN IDIOLOGY PANCASILA dan ANCAMAN NKRI

APA YG HRS DI LAKUKAN OLEH YG MENGAKU CINTA NKRI YG BERDASARKAN PANCASILA AGAR BNGS & NGR YG KITA CINTAI INI KOKOH KUAT KEMBALI ???
RESAPILAH ..!!

CATATAN TENGAH, Rabu 29 Maret 2017

Batalkan Pilkada Jakarta, Demi Keselamatan Bangsa
Oleh Derek MANANGKA
JAKARTA - Kalau semua pihak mau berkata jujur, bersikap kesatria,  memiliki kepekaan yang tinggi serta rasa memiliki yang tak terbatas atas NKRI, akan sepakat bahwa penyelenggaraan Putaran Kedua Pilkada Jakarta membahayakan keselamatan bangsa.

Dalam situasi seperti pekan ini, dimana rasa permusuhan yang ditimbulkan oleh SARA sudah semakin meluas, pelaksanaan Pilkada tersebut berpotensi memecah persatuan dan kesatuan bangsa. 

Gara-gara Pilkada  19 April 2017, NKRI bisa bernasib seperti Uni Sovyet  - negara komunis yang wilayahnya membentang dari Eropa Barat sampai Asia Timur, tercerai berai.

Uni Sovyet, yang di pertengahan 1980-an, dipimpin oleh seorang reformis bernama Mikhail Gorbachev, pecah setelah tujuh dekade bertahan sebagai sebuah negara.

Keinginan Gorbachev untuk menegakkan demokrasi di seluruh wilayah negara komunis itu -  meniru demokrasi liberal ala Amerika atau Eropa Barat, disuarakannya melalui pidato kontroversil di Vladivostok, kota bisnis di bagian Asia Timur.

Menurut Mikhail "Gorby" Gorbachev,  Uni Sovyet perlu mengadopsi "glasnost" dan "perestroika". Dalam kata lain demokrasi yang berintikan keterbukaan dan kebebasan, menurutnya patut dilaksanakan di Uni Sovyet.

Ketika itu, infra strutktur politik Uni Sovyet sebetulnya tidak atau belum siap.  Sehingga ketika paham demokrasi itu dijual oleh Gorby, respondnya berbeda.  Sebab sejumlah negara bagian yang berstatus provinsi, memanfaatkan momen tersebut untuk menjadi negara merdeka.

Akhirnya di negara komunis yang wilayahnya terluas di dunia itu, perpecahan bangsa tak terhindarkan. 

Uni Sovyet bubar dan lebih dari 10 provinsi berdiri sebagai sebuah negara barui merdeka., di mana salah satu induknya sekarang bernama Rusia. 

Negara baru merdeka bermunculan seperti Latvia, Estonia, Belarus, Georgia, Tajikistan, Kazakhztan dan Uzbeskhistan.

Kita bukanlah seperti bekas Uni Sovyet. Indonesia bukan pula negara komunis. Tetapi struktur wilayah kepulauan kita lebih berpotensi terbelah.

Ditambah dengan ketidak siapan infra struktur politik, sama dengan Uni Sovyet, kita belum cukup kuat untuk menerima dan melaksanakan demokrasi liberal.

Sehingga penyelenggaraan Pilkada yang bernafaskan sistem demokrasi liberal itu membuat NKRI sedang dalam pertaruhan besar. 

Dalam perspektif lain, Pilkada Jakarta juga tak ubahnya dengan sebuah perangkap demokrasi.

Perangkap ini  dipasang oleh kekuatan yang tak bisa kita kenali melalui amandemen UUD 45 pada tahun 2002.

Kita, warga Jakarta atau bangsa Indonesia berhasil digiring masuk ke  kamar perangkap yang mirip sebuah ruang labirin.

Ruang itu memiliki banyak pintu tapi tidak semuanya berfungsi sebagai pintu keluar. Dan hanya ada satu pintu  keselamatan.

Pada saat sudah masuk dalam jebakan, lalu ada yang melepas seekor ular kobra ke ruang labirin tersebut. Kita baru "ngeh" tapi situasinya sudah agak terlambat.

Untuk menyelamatkan diri dari gigitan ular kobra, kita berusaha melindungi  diri. Kita saling memukul, cakar-cakaran dan bahkan bunuh-bunuhan.

Padahal kita semua bersaudara. Kita  berkelahi hanya karena kita ingin keluar. Sialnya  kita, tak bisa menemukan pintu keluar. Kita hanya berputar-putar di dalam sementera si ular kobra yang ingin membunuh kita dengan cairan racun, sudah mengendus keberadaan kita.  Detik kematian kita sudah berdetak.

Kiasan di atas mungkin terkesan berlebihan. Namun moralnya untuk mengingatkan semua kalangan bahwa Pilkada Jakarta, sangat membahayakan kehidupan berbangsa.

Pilkada bakal mematikan, setelah didahului "chaos"  di mana kita sesama warga bangsa DKI dan Indonesia kemudian saling membunuh.

Hasil Pilkada Jakarta 19 April 2017, diprediksi tak akan membawa manfaat bagi warga Jakarta apalagi bangsa Indonesia.

Alasannya, tidak satupun dari dua kandidat Ahok dan Anies diterima secara utuh jika satu di antara mereka keluar sebagai pemenang

Sudah bagus kalau pasca Pilkada tidak diwarnai anarki. Yang diprediksi berbagai bentuk demo dengan tema SARA, bakal muncul setiap hari, setiap minggu hingga Jakarta menjadi ibukota negara demo.

Dan demo-demo itu akan terus mengganggu warga yang menginginkan  kedamaian.

Tanpa kita sadari Pesta Demokrasi itu lebih menjadi forum obral janji dari kedua kontestan. Janji yang bisa berakhir dengan pepesan kosong.

Semua kemungkinan di atas diperkirakan terjadi, akibat kemarahan dari yang kalah dan eforia dari yang menang.

Kemarahan sang pecundang dan eforia sang pemenang, bertabrakan di semua tempat. Di berbagai wilayah dan lini Jakarta, bermunculan  diorama gontok-gontokkan. Mengajak berkelahi untuk melampiaskan emosi dan egoisme.

Terjadinya perkelahian ini tak lain karena unsur manusiawai saja. Kita sebagai manusia Indonesia belum siap berdemokrasi ala liberal seperti yang kita lakonkan di Pilkada sekarang.

Tapi kita berpura-pura sudah siap dan matang. Sementara para elit yang menjadi sponsor pertarungan di Pilkada,  hanya berpikir demi kepentingan kelompok.

Kita memaksakan sebuah budaya demokrasi yang sebetulnya tidak sepenuhnya sesuai dengan jiwa dan naluri kita.

Kita belum terbiasa seperti gaya  kontestasi di Pilpres Amerika. Ada debat tapi bukan debat kusir.

Ada persaingan tapi bukan seperti orang yang bersaing antara hidup atau mati. Tidak juga bertarung siapa yang akan masuk  surga dan siapa yang tertendang ke neraka.

Sistem Pemilu dan Pilkada yang kita adopsi secara filsafat menjiplak sebagian besar sistem Amerika. Sistem negeri Paman Sam itu tidak sesuai dengan Pancasila, dimana dinyatakan, pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat. Bukan dengan pemungutan suara.

Pilkada memperjelas kebingungan kita. Sebab esensi UUD 45 dan Pancasila saling bertentangan. UUD 45 pro sistem voting, Pancasila pro sistem musyawarah.

Jadi jiplakan itulah yang sebetulnya menimbulkan masalah.

Kita belum terbiasa dengan demokrasi "menang tanpa menyoraki dan kalah tetapi tetap dengan jiwa sportif dan kesatria".

Kondisi yang ada pasca debat Senin 27 Maret 2017 sangat jelas memperlihatkan lahirnya ancaman terhadap persatuan bangsa.

Warga ibukota sudah sangat terbelah dan dirasuki perasaan emosional. 

Diakui atau tidak debat Ahok dan Anies di program "Mata Najwa" Metro TV, bukan membuat pemilih paham apa program unggulan kedua kandidat. Melainkan lebih mempertajam ketersinggungan yang menunggu waktu untuk meledak.

Simaklah semua postingan di media-media sosial yang berasal dari pendukung kedua kubu, dalam 24 jam terakhir ini.

Ada kumpulan massa yang tak terlihat sedang menunggu momen bagaimana melampiaskan kemarahan kepada lawannya.

Saling mengejek, mencaci dan mengenyek, mewarnai semua postingan itu demi  menegaskan keberpihakan masing-masing.

Ini tidak sehat dan berbahaya. Permusuhan di dunia maya ini,  hanya menunggu memontum kapan dibawa ke dunia nyata.

Jadi untuk menghindari permusuhan seperti ini dan kalau mau Jakarta dan Indonesia damai, sebaiknya Pilkada dinyatakan batal saja.  Tidak ada yang menang dan tak ada kalah. Rakyat banyak terselamatkan.

Jadi kalau mau Jakarta Damai, batalkan Pesta Politik tersebut. 

Cukup jelas Ahok dan Anies bukan figur yang pantas memimpin Jakarta untuk situasi saat ini.

Ketidak pantasan itu dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa kalau Ahok menang, dia akan menjadi lebih percaya diri atau PD. Saking PD-nya dia bakal menjadi orang yang merasa paling benar (PB). Saking PB-nya dia akhirnya menjadi seorang otoriter !

Sebaliknya kalau Anies menang, juga sami  mawon. Tapi yang paling dekat,  Anies yang banyak diserang dalam soal pemecatannya sebagai Mendikbud oleh Presiden Joko Widodo, akan menghina dina Ahok - terutama karena Ahok disebut-sebut sebagai sahabatnya Presiden.

Ada dendam berkepanjangan dan berkesinambungan.

Sebab belum menangpun, Anies sudah mengatakan akan berusaha memecat Ahok dari jabatannya sebagai Gubernur resmi DKI Jakarta.

Anies juga mungkin akan mengobok-obok semua program yang sudah berjalan - sepanjang itu bagian dari legacy Ahok. Kalau sudah begitu, Jakarta mau dibawa kemana ?

Anies mungkin akan bersikap seperti pejabat yang berkuasa di era Orde Reformasi. Dimana semua yang berbau peninggalan Orde Baru, harus dihapus.

Atau Anies akan menjadi seperti pemimpin Orde Baru yang membuang semua yang berbau rezim Orde Lama.

Yang pasti  tindakan apapun dari sang pemenang bakal menimbulkan instabilitas di ibukota. Kalau sudah begini, Pilkada berarti bukanlah sebuah solusi. Mengingat Jakarta sebagai barometer, kejadian di Jakarta akan ditiru oleh kota-kota lainnya di seluruh Indonesia.

Lalu apa solusinya ?  Yah, sekali lagi batalkan pelaksanaan Pilkada DKI  Putaran Kedua. Pilkada pengganti boleh digelar dengan peserta baru. Ahok dan Anies dieleminasi. 

Untuk sementara peran Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Soni Sumarsono, diperpanjang sampai ada Pilkada berikutnya, yang disebut Pilkada Khusus DKI.

Lalu kapan Pilkada Khusus itu?
Kita serahkan kepada KPU (Komisi Pemilihan Umum) dan Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilihan Umum).  Mereka mestinya punya gagasan dan solusi bagaimana mengamankan Jakarta sebagai ibukota NKRI walaupun ada Pilkada.

Mereka yang seharusnya mencari solusi dan tidak sekedar meneruskan Pilkada, demi pelaksanaan sebuah UU. Tanpa berpikir  adanya  vcc perpecahan bangsa.

Lalu apa alasan mengeliminasi Ahok dan Anies dari Pilkada DKI ?

Mereka telah membuat pernyatan-pernyataan yang menyulut kemarahan warga.

Dua-duanya saling menyerang dan menggunakan isu SARA,. Padahal penggunaan  isu SARA (Suku Agama Ras Antar Golongan) untuk kepentingan apapun, dilarang oleh UU. 

Bila perlu Ahok dan Anies dibawa ke pengadilan karena persolan SARA tersebut. Dan kalau bersalah dipenjarakan saja.
Biarlah mereka berdua yang jadi tumbal dalam demokrasi liberal. Asalkan bangsa Indonesia tetap satu.  Kita semua bersaudara.

Sederhana dan selesai. *****

Jumat, 10 Maret 2017

POLA HİDUP USIA 45 KEATAS

*POLA HİDUP YANG BERUSIA  45 KEATAS SEBAİKNYA HARUS BAGAİMANA.*   

   
İkuti Penjelasan berikut ini. semoga bermanfaat

Proses Penuaan (aging), Sudah Mulai Sejak usia 32 tahun, dgn Mulainya *Penurunan Fungsi Organ-Organ* (Seperti Ginjal, Lever, Anak Ginjal, Hypophyse dsb.nya) dan
*Penurunan Hormon-Hormon* (Seperti Testosteron, Growth Hormon, Coenzym Q10, Melatonin dan Antioxydan).

Pada Wanita usia 45 th Mulai Penurunan Estrogen. Pada Pria Penurunan hormon Progesteron dan Testosteron.

Penuaan Adalah Suatu Penyakit yg Berlangsung Kronis yg Sebenarnya Tidak Dapat di Cegah, di Obati dan di Kembalikan Menjadi Muda.

Penuaan Bukanlah Hukuman, tetapi akibat Titah dari Gen.

*Beberapa Penyakit yang Muncul Akibat Proses Penuaan*, adalah:
1. Osteoporosis.
2. Metabolik Syndrome, dgn Akibat Penyakit Cardiovasculer (seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner dan Hypertensi Renal).
3. Cancer (seperti Payudara, Colorectal/Usus, Prostat, Ovarium).
4. Alzeimer (Pikun).
5. SD (Sexual Dysfunction).

*APA SAJA YG HARUS DILAKUKAN?*

*1.BERGERAK*.
Jalan kaki 3 s/d 5 km/hari) dapat Mencegah Osteoporosis (Rapuh Tulang) dan Hypertensi.

*2.SENAM OLAH NAFAS*
Seperti Pranayama, Orhiba, Cikung, Yoga, dsb 2x / Minggu.
Paru-paru Perlu Latihan Deep breathing/maximal breathing, untuk meningkatkan Aliran Darah di alveoli, Menguras CO2.

*3.KURANGI KARBOHIDRAT*
Cukup Protein, Buah dan Sayur.

*4.JAGA BERAT BADAN*
Lingkaran Perut Tak Boleh Lebih 80 cm untuk wanita, 90 cm untuk Pria.
BMI Tak Boleh Lebih 30 kg/m2.

*5.TEKANAN DARAH TIDAK BOLEH LEBIH 140/90.*
Cek Tensi Tiap minggu.

*6. KADAR GULA DARAH PUASA TIDAK BOLEH LEBIH 110, Trigliserida 150, HDL Harus Lebih 50.*
Jadi Cek Darah Tiap 6 Bulan.

*7.TREADMILL SETIAP HARI*

*8.Wanita MAMMOGRAFI dan PAP SMEAR setiap 1 thn.*
Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara.

*9.ISTIRAHAT CUKUP*
Tidur 6 jam mulai jam 10 malam, Lampu Mati (Merangsang Growth Hormon).
Jangan Makan 3 jam Sebelum tidur (Mencegah GERT, Mencegah Sesak).

Bantal Pendek (Meningkatkan Oksigenasi otak).

Miring ke Kanan (mengurangi Beban Jantung).

*10.KURANGI STRESS*
Kerja di Luar Kapasitas/Kemampuan.

*Perbanyak Doa atau Meditasi,
Perbaiki Kualitas ibadah,
Hiburan,
Ngobrol Santai, dan
Banyak  Membaca,
Silaturahim atau Berkumpul dgn keluarga.*

Tidak Boleh Marah2 atau Emosi

Maupun Terlalu sedih.

                                          Prof. Dr. dr. Bhenny karim, SpPD-KR. (Guru Besar FK UGM)*

Rabu, 08 Maret 2017

RPU SEJAWA

Info RPU bagi yang mau mudik. 
RPU JATENG 1
Romeo Delta 1
Out = 143.600 MHz
Dup Min 155
In = 142.050 MHz

RPU JATENG 2
Gn SUMBING
ROMEO DELTA2
Out = 143.570 MHz
DUP Min 155
In = 142.020 MHz

RPU Brebes
Out = 143.120 Mhz
In = 142.640 Mhz

RPU Tegal Kota
Out = 143.170 Mhz
In = 142.170 Mhz

RPU Tasikmalaya
Out = 143.540 Mhz
In = 142.040 Mhz

RPU Gn Perahu
RPU Bandung
Out = 143.600 Mhz
In = 142.050 Mhz

RPU Candi Ceto
RPU Madiun dst
Out = 143.570 MHz
In = 142.020 MHz

RPU Jogyakarta
Out = 143.530 MHz
Dup min 153
In = 142.000 MHz

RPU Temanggung
Wonosobo
Out = 143.600 MHz
In = 142.050 MHz

RPU Magelang dst
Out = 143.550 MHz
In = 142.000 MHz

RPU Pati
Out = 142.400 MHz
In = 140.700 MHz

RPU Blora
Out = 143.000. MHz
In = 141.330 MHz

RPU REMBANG
Out = 142.650 MHz
In = 14 0.830 MHz

RPU Kudus
Out = 142.950 MHz
In = 140.950 MHz

RPU Kab. Grobokan
Out = 140.950 MHz
In = 142.950 MHz

RPU Rapida JATIM
Out = 143.550 MHz
In = 142.000 MHz

RPU Kota Surabaya
Out = 143.370 MHz
In = 141.180 MHz

RPU Probolinggo
Out = 142.750 MHz
In = 142.150 MHz

RPU Kab Pasuruan
Out = 143.330 MHz
In = 142.050 MHz

Rpu Rapi Kab Gresik
Out = 142.400 MHz
In = 140.225 MHz
Tone 88,5

RPU Link Kab Gresik
Out = 142.980 MHz
In = 140.290 MHz
Tone 88,5

RPU Blitar Barat – JZ13ZLE
Input: 140.630 MHz
Output: 143.120 MHz
Lokasi Gunung Pegat, Desa Srengat, Kec. Srengat, Kab. Blitar

RPU RAPI Kab. JEMBER + RAPI Kab. BANYUWANGI
Output: 142.650 MHz
Input1: 141.350 MHz
Input2: 142.030 MHz

RPU RAPI Kab. SITUBONDO
Output: 143.450 MHZ
Input: 142.850 MHZ

RPU RAPI Kab Lampung:
output 142.110 MHz
input 143.510 MHz

RPU RAPI kab Palembang:
output 143.550 MHz
input 142.000 MHz

TOL JAGORAWI : 416.725
TOL CILILITAN-DPR-GRG : 437.625
TOL CILILTAN MENUJU RAWAMANGUN-TG PRIOK : 416.525
TOL CIKUNIR-PN INDAH : 437.250
TOL JKT--CIKAMPEK : 437.850
TOL BARAT-RCTI-TGR : 437.550
TOL CIKUPA-MERAK : 436.725
DEREK TOL : 416.800

tol. Jorr PD Indah 437.250
Derek 437.850