Dalam oseanografi ( met-ocean data analysis ) yg dimaksud gelombang ekstrem adalah tinggi gelombang di luar normal atau gelombang dg periode ulang 100 tahunan (H-100) atau lebih, yaitu tinggi gelombang (H) dg probabilitas kejadiannya 1%.
Di Laut Selatan, gelombang ekstrem terbentuk jika di sekitar Australia terjadi badai tropis yg "ekornya" mencapai perairan pantai selatan Pulau Jawa dan kepualuan Indonesia bagian selatan.
*Sering terjadi _misleading_ antara gelombang ekstrem dg arus rip*. Korban yg terhantam gelombang besar sering dikatakan krn terseret arus, dan sebaliknya, yg terserer arus rip dikatakan karena diterjang gelombang.
Pada kenyataannya, *arus rip dapat terjadi kapan saja di segala cuaca*.
Memang semakin besar tinggi gelombang (H) yg datang ke pantai, semakin deras arus rip yg terbentuk. Tetapi justru jarang ada korban di pantai saat terjadi gelombang ekstrem, karena memang tidak ada atau jarang pengunjung pantai saat ada badai.
Dalam kondisi normal, gelombang Laut Selatan didominasi oleh _swell_ (gelombang yg tlh menjalar pada area yg luas yg tlh meninggalkan daerah pembentukannya/fetch-nya). Shg tjd interferensi yg saling memperbesar H yg bisa mencapai 7 s/d 15 meter !
Di perairan pantai utara Jawa rata2 H 1 - 1,5 m saja. Oleh krn itu tdk ada orang berselancar di pantai Laut Jawa.
Hal yg *butuh perhatian* kita bersama adalah, dalam 5 tahun terakhir korban terseret arus di Pantai Selatan Jawa (dari Pandeglang sampai Banyuwangi) *rata2 setiap tahun 28 orang meninggal*. Jauh lebih besar dibanding korban meninggal karena bencana oleh banjir dan puting beliung.
Yg menyedihkan, sebagian besar dari korban adalah siswa sekolah! Anak-anak kita calon penerus bangsa!
Maka, jangan biarkan mereka mengalami nasib sia-sia karena ketidak-tahuan akan ancaman mematikan arus rip!