*( oleh Mbah Gus Bro...hem )*
Salam Satu kumpulan Réuni dari
Salah satu SMP Negeri Paling bergengsi dan terkenal pada zamannya 40 tahun yang lalu, di kota pahlawan...
Berbagai obrolan ringan, dan cerita yang seru diantara nafas dan rasa yg mendalam melepas rindu juga saling kangen kangenan yg sekian puluh tahun terpisah Oleh waktu dan kesibukan masing masing
mereka yang ada dalam renuian tersebut menceritakan kisah sukses masing-masing*
Ada yang sudah bekerja :
- Jadi Dokter
- Jadi Arsitek
- Jadi Pengusaha
- di dunia perbankan
- TNI
- POLRI
- ASN
Ada juga yg masih :
- Nganggur
- pedagang
- Dll
dan mereka bekerja di
- Jakarta
- Bogor
- Depok
- Dll.
Ada yg SDH ke
-Luar Negri
Begitu juga mereka menceritakan kesuksesan istrinya masing2 ada yg :
- Pengusaha sukses,
- Anggota Dewan
- Dokter
- PNS
- Guru
- Bidan
- Kepala desa, dll
Mereka juga menceritakan ada yg sdh punya :
-rumah mewah
-mobil mewah
-tanah luas
-10 kamar kos-kosan, dll
Melihat para temen tersebut membicarakan kesuksesan mereka masing-masing, ternyata ada 1 orang teman dimana disamping kegiatan kerja sebagai driver Ojol, juga sebagai relawan kemanusiaan,
Teman tersebut segera ke dapur kemudian mengambil seteko kopi panas dan beberapa *cangkir kopi yang berbeda-beda.*
Mulai dari cangkir yang terbuat dari kristal, kaca, melamin dan plastik.
_“Sudah, sudah ..._
_Ngobrolnya berhenti dulu._
_Ini saya sudah siapkan kopi buat kalian,”_
seru sang teman yg hanyalah bekerja sbg driver ojol sekaligus relawan kemanusiaan, memecah *keasyikan obrolan* mereka.
Hampir serempak, mereka kemudian berebut *cangkir terbaik* yang bisa mereka dapat.
Akhirnya, di meja yang tersisa hanya satu buah cangkir plastik yang *paling jelek.*
Lantas, setelah semua mendapatkan cangkirnya, sang teman pun mulai menuangi cangkir itu dengan kopi panas dari teko yang telah disiapkannya.
_“Mari, silakan diminum,”_
ajak sang teman, yang kemudian ikut mengisi kopi dan meminum dari *cangkir terakhir yang paling jelek.*
_“Bagaimana rasanya?_
_Nikmat kan?_
_Ini dari kopi hadiah dari para penyintas ( para korban bencana tanah longsor di perkebunan kopi di lereng gunung beberapa tahun yang lalu ),
ini hasil kebun kopi para penyintas bencana longsor, dan kebetulan kemudian biji bijou kopi ini saya sangrai sendiri.”_
_“Wah, enak sekali kawan ... Ini kopi paling sedap yang pernah saya minum,”_
timpal salah satu teman yang langsung diiyakan oleh teman yang lain.
_“Nah, kopinya enak ya?_
_Tapi, apakah kalian tadi memperhatikan._
_Kalian hampir saja berebut untuk memilih cangkir yang paling bagus hingga hanya menyisakan satu cangkir paling jelek ini?”_
tanya sang teman.
Kawan semua pun saling berpandangan.
_"Perhatikanlah(kata sang teman) bahwa kalian semua memilih *cangkir yang bagus* dan kini yang tersisa hanyalah *cangkir yang murah dan tidak menarik.*_
_Memilih hal yang terbaik adalah wajar dan manusiawi._
_Namun persoalannya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus perasaan kalian mulai terganggu._
_Kalian secara otomatis melihat cangkir yang dipegang orang lain dan mulai membandingkan-nya._
_Pikiran kalian terfokus pada *cangkir,* padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan *kopinya.*_
_Hidup kita, baik kehidupan dunia maupun kehidupan ibadah, seperti kopi dalam analogi tersebut di atas, sedangkan cangkirnya adalah sarana, pekerjaan, jabatan, atau harta benda yang kita miliki."_
Semua teman2 tertegun mendengar penjelasan dari sang tuan rumah.
Penjelasan dari sang tuan rumah telah menyentak kesadaran mereka.
_"teman temanku semuanya Messi kita lama tfk pernah bersua sekian puluh Tahun yang lampau tercinta ..."_
_"Jangan pernah membiarkan *cangkir* mempengaruhi *kopi* yang kita nikmati._
_*Cangkir* bukanlah yang utama, *kualitas kopi itulah yang terpenting.*_
_Jangan berpikir bahwa :_
*- kekayaan yang melimpah,*
*- sarana yang mewah,*
*- karier yang bagus dan*
*- pekerjaan yang mapan*
merupakan jaminan kebahagian hidup dan kenikmatan dalam beribadah.
_*Itu konsep yang sangat keliru.*_
_Kualitas hidup dan ibadah kita ditentukan oleh :_
*"Apa yang ada di dalam"*
bukan
*"Apa yang kelihatan dari luar"*
_Status, pangkat, kedudukan, jabatan, kekayaan, kesuksesan, popularitas, adalah sebuah predikat yang disandang._
_Tak salah jika kita mengejarnya._
_Tak salah pula bila kita ingin memilikinya._
_*Namun, semua itu hanya sarana.*_
_Sarana hanya bermanfaat apabila bisa mengantarkan kita pada akhir tujuan._
Tujuan akhir kita adalah Syurga
_Apa gunanya memiliki segala sarana, namun tidak pernah merasakan :_
_- kedamaian,_
_- ketenteraman,_
_- ketenangan,_
*dan*
_- kebahagian sejati di dalam kehidupan kita_
_*Jangan sampai sarana menjadi hal yang menyedihkan.*_
_Karena hal itu sama seperti menikmati *kopi* kualitas buruk yang disajikan di sebuah *cangkir* kristal yang mewah dan mahal ..."_
*Semoga Bermanfaat tetap semangat jaga kesehatan jangan lupa bahagia ...*