Tentang Tsunami
Tsunami Aceh merupakan bencana yang paling mematikan pada awal abad XXI juga bermula dari Indonesia pada tanggal 26 Desember 2004, sebuah gempabumi besar terjadi di dalam laut sebelah barat Pulau Sumatra. Gempabumi ini memicu tsunami yang menewaskan lebih dacariri 283.000 jiwa di sebelas negara dan menimbulkan kehancuran hebat dari banyak kawasan pesisir di negara-Informasinya dinegara yang terkena. Di Indonesia sendiri gempabumi dan£ tsunami mengakibatkan sekitar 165.708 korban jiwa dan nilai kerusakan yang ditimbulkannya mencapai lebih dari Rp 48 triliun. Orang mulai bertanya tanaya dengan tsunami, Apa itu tsunami? Kenapa/@ Allah menciptakan tsunami.
Dari negeri asalnya sana, negeri Jepang, tsunami adalah istilah yang berarti gelombang pelabuhan (dari asal kata Tsu = Pelabuhan, dan Nami = Gelombang). Pada dasarnya menyatakan suatu gelombang laut yang terjadi akibat gempa bumi di dasar laut (seismic sea wave). Tsunami adalah gelombang laut berskala besar yang disebabkan oleh pergerakan tiba-tiba dari lantai samudra. Penyebab paling banyak karena gempa bumi, disusul gunung api dan longsor.
Berdasarkan kejadian tsunami di Indonesia tahun 1629-2014 ada 174 tsunami, sebagain besar diakibatkan karena gempa dan beberapa diakibatkan longsoran (landslide) dan akibat gunung berapi. Tsunami paling besar di Indonesia yang tercatat dalam sejarah adalah tsunami akibat meletusnya gunung Krakatau (1883) dimana gelombang tsunami mencapai 30 m dan menelan kornan 36.000 jiwa. Kejadian tsunami yang juga membawa korban jiwa dan material yang tidak sedikit, yaitu tsunami di Flores pada 1992 menyebabkan 2150 orang tewas dan hilang. Begitu juga tsunami di Banyuwangi 1994 ada 238 orang tewas. Di Biak 1996 menyebabkan 60 orang tewas dan 134 orang hilang.
Tsunami Pangandaran pada 17 Juli 2006 di Pantai selatan Jawa yaitu di Ciamis-Pangandaran-Cilacap-Kebumen sampai Pantai baron Gunung Kidul. Tsunami ini juga menimbulkan banyak korban meninggal, hilang dan luka-luka serta rusaknya sebagian besar infrastruktur. Ada cerita menarik, disebutkan saat itu Badan Meteorologi Jepang dan Pacific Tsunami Warning Center 45 menit sebelum gelombang tsunami datang. Badan Meteorologi Jepang dan Pacific Tsunami Warning Center mempunyai sistem yang canggih berbasis satelit sehingga bisa mengetahui terjadinya gempa. Informasi itu diberikana pada menteri yang berwenang, tapi tidak disampaikan ke masyarakat. Andaikata informasi ini disampaikan di masyarakat lewat media elektronik dan media lainnya akan menyelamatkan banyak nyawa. Hal ini menunjukkan bahwa bahaya alamiah maupun yang tidak alamiah bisa berubah menjadi bencana dikarenakan (1) belum adanya sosialisasi pengetahuan dasar tentang bencana, (2) belum terlatihnya masyarakat menghadapi bencana.
Negara Jepang merupakan Negara kepulauan relatip kecil dan terletak di kawasan geologi tektonik aktif dengan banyak gempa dan tsunami sama dengan negara kita. Karena kecilnya kepulauan maka masyarakat Jepang tidak punya pilihan lain, mereka harus menghadapi gempa dan tsunami tersebut. Untuk itu mereka mencatat, meneliti, mengembangkan sistem peringatan dini, mengembangkan bangunan tahan gempa, dan mensosialisasikan hasil penelitiannya. Sosialisasi kepada masyarakat tanpa kecuali baik kepada balita, manula, ibu-ibu hamil, maupun penyandang cacat dan lain-lain. Mereka melakukan gladi atau simulasi menghadapi gempa secara rutin dalam jangka waktu tertentu. Karena sosialisasi sudah berlangsung lama maka masyarakat Jepang sudah terbangun budaya keselamatan, sehingga saat terjadi gempa mereka reflek akan bersembunyi di bawah meja sampai getaran selesai baru mereka keluar ruangan satu persatu. Tsunami Sendai pada Jumat tanggal 11 Maret 2011 Jepang dihantam gempa 9,0 skala Richter dan diikuti tsunami yang dahsyat, rusaknya infrstruktur, kebakaran hebat, dan rusaknya intalasi nuklir. Gempa dan tsunami ini mirip dengan yang terjadi di Aceh tahun 2004, nanti bisa kita bandingkan jumlah korban dan kerusakan yang terjadi. Tsunami di Aceh jumlah korban lebih dari 167.300 orang sedangkan di Jeang tidak lebih dari 20.000 orang.
Indonesia Rawan Tsunami
Tsunami merupakan peritiwa alam sebagai akibat posisi tektonik Indonesia yang terletak di kawasan tektonik aktif karena ditekan oleh tiga lempeng bumi yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan,lempeng Euro-Asia di bagian utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur. Ketiga lempeng tersebut bergerak dan saling bertumbukan sehingga lempeng Indo-Australia menghujam ke bawah lempeng Eurasia (Indonesia ada di lempeng Eurasia). Kawasan yang terletak dekat zona tumbukan (subduksi) merupakan kawasan pusat-pusat gempa dan tsunami, Lempeng-lempeng ini terus bergerak dengan kecepatan 7 cm/tahun sehingga gempa akan berulang di tempat dengan magnitude yang hampir sama dengan periode ulang tertentu.
Batas tumbukan Lempeng Samudara Hindia-Australia dan Lempeng Benua Eurasia berada sekitar 300 kilometer dari pantai selatan Jawa dan membentuk palung yang dikenal dengan Palung Jawa. Panjang totalnya sekitar 5.600 kilometer, terbentang mulai dari kepulauan Andaman-Nicobar di barat sampai ke Sumba di bagian timur. Tumbukan lempeng ini juga menyebabkan terbentuknya palung samudera, lipatan, punggungan, dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa. Gunung api yang berada di Indonesia berjumlah 129 dan 13% dari gunung api aktif dunia berada di negara kita.
Pada hakikatnya gempa tidak pernah membunuh tapi ketidak tahuan, ketidak mau tahuan dan ketidak ingin tahuan bisa menyebabkan kita terbunuh. Ketidak tahuan tentang gempa akan membuat kita tidak merasakan getaran dan atau goyangan sehingga saat terjadi gempa kita tidak melakukan respon segera tetapi setelah banyak yang runtuh baru bergerak menghindar. Respon yang terlambat ini akan berakibat terjadi kepanikan karena tidak berjalannya pikiran normal dan kalau yang tidak tahu jumlahnya banyak maka terjadi kepanikan massal (chaos). Ketidak tahuan juga menyebabkan kebingungan sehingga mempercayai isu-isu dan ramalan yang biasanya berkembang bersamaan dengan munculnya bencana. Faktor ketidak mau tahuan muncul setelah jumlah penduduk semakin banyak dan kemiskinan juga semakin banyak sehingga muncul masyarakat yang tidak meperdulikan keadaan sekitar. Gempa (lindu) akan menyebabkan hancurnya bangunan-bangunan dan infrastruktur lainnya. Ini akan memicu longsor, likuifaksi, dan gelombang pasang tsunami.
Tsunami Akibat Gempa Tektonik dengan persyaratan bila gempa dengan patahan vertikal, patahan naik maupun turun (lebih dari beberapa meter secara mendadak dan vertikal), jika gempanya berkekuatan lebih dari 6,5 SR, dan pusat gempa berada pada kedalaman kurang 60 km dari dasar laut. Sampai kini, hampir mustahil untuk segera mengetahui apakah gempa tersebut menghasilkan patahan vertikal (naik atau turun) maupun horizontal.
Penyebab tsunami yang kedua terjadinya tsunami adalah adanya longsor besar yang disebabkan oleh gempa, kegiatan gunung berapi, atau longsor di dasar laut. Pada 1972 terjadi longsor besar di Gunung Maeyama yang disebabkan oleh gempa yang dipicu dari meledaknya gunung berapi Unzen. Sebuah gelombang tsunami dapat saja ditimbulkan oleh sebuah tanah longsor (land slide) dari atas permukaan laut (sea level). Longsoran itu lalu masuk kedalam laut. Land slide ini dapat terjadi ketika lereng atau gundukan sedimen menjadi terlalu curam dan materialnya jatuh akibat gaya tarik gravitasi. Bisa jadi longsoran itu terjadi akibat angin topan, gempa bumi, hujan, atau deposisi material yang terus-menerus. Gelombang tsunami di Grand Banks, Newfoundland pada 1929 terjadi akibat landslide bawah laut yang sangat hebat di bawah lereng benua (continental slope).
Insiden paling menakutkan adalah landslide pada 9 Juli 1958 di Teluk Alaska. Ketika itu cuaca pada malam hari begitu cerah, hanya beberapa gumpalan awan berserakan di langit. Matahari tampak bersinar hingga pukul 10 malam. Jarak pandang ke seberang teluk sangat jelas. Hanya dua menit lebih sedikit usai gempa bumi, terdengar sebuah ledakan yang memekakkan telinga. Bill Swanson melihat ke arah atas teluk. Balok-balok es besar itu berjatuhan ke dalam air.
Penyebab tsunami berasal dari meletusnya gunung berapi. Fenomena ini memang jarang terjadi. Namun dampak dari tsunami demikian juga tak kalah serunya. Desa-desa, pulau-pulau, dan bahkan seluruh penduduk musnah akibat letusan gunung berapi. Lebih dari itu, semua korban jiwa akibat letusan gunung-gunung berapi, hampir seperempatnya tewas tergulung ombak tsunami. Gelombang tsunami dari letusan gunung krakatau misalnya, telah mengakibatkan begitu banyak korban jiwa sampai sejauh 120 km, lebih jauh ketimbang dampak dari letusan gunung berapinya(aliran lavanya). Berdasarkan catatan sejarah, didunia sedikitnya 92 tsunami besar dihasilkan oleh letusan gunung berapi.
Gelombang tsunami vulkanik yang terbesar dalam sejarah adalah pada 1883 ketika Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda meletus. Seperti diketahui Kepulauan Indonesia merupakan salah satu zona yang paling aktif di bumi. Berbagai gempa bumi besar umumnya berasal di Palung Jawa (the java trench). Letusan Krakatau sangat mencengangkan.
SMONG bisa menyelamatkan
Kita bisa melihat film tsunami Aceh 2004 dan tsunami Sendai 2011 terasa miris dan rasanya menjadi pesimis bisa terhindar dari amukan tsunami. Pada kenyataanya banyak masyarakat mengembangkan sisitem peringatan dini berdasarkan sejarah tsunami yang telah menerjang mereka. Ada contoh keberhasilan komunitas yang dikembangkan masyarakat Pulau Simelue Aceh, yang aktif dan selalu belajar dari kejadian gempa dan tsunami yang pernah terjadi dan mengembangkan sistem deteksi dini dengan teriakan semong yang berarti air laut surut dan semua orang harus segera lari menuju kebukit.
Istilah ini selalu disosialisasikan dengan cara menjadi dongeng legenda oleh tokoh masyarakat setempat secara turun temurun sehingga istilah ini jadi melekat dan membudaya dihati setiap penduduk P Simelue. Istilah smong ini dikembangkan sejak tahun 1900 dan istilah ini pula yang menyelamatkan hampir seluruh rakyat P Simelue dari amukan bencana tsunami 26 Desember 2004 padahal secara geografis letaknya sangat dekat dengan pusat gempa. Masyarakat yang berasal dari P Simelue dan bekerja di sepanjang pantai barat Sumatra menjadi pahlawan karena menyelamtakan banyak orang dengan menyuruh dan memaksa orang segera mengungsi menuju tempat yang tinggi begitu melihat air laut surut.