Disaster

Rabu, 17 November 2021

Fakta Ilmiah Ikan 'Pertanda Gempa dalam laut* QARFISH, sama dgn binatang yg hidup di lereng gunung Api, sbg petunjuk kearifam lokal bakal terjadi erupsi gunung api

Ditulis dan di tuang ulang 
Oleh : Ibrahim Da Silva 
dari berbagai penelitian ilmiah para pakar kegempaan bawah laut


4 Fakta Ilmiah Oarfish, Ikan 'Pertanda' Gempa 
Ditemukannya seekor oarfish di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, pada beberapa hari terakhir menimbulkan tanda tanya besar bagi sebagian orang.
Kabarnya, jika ikan yang jarang terlihat itu suatu saat muncul ke permukaan dan ditemukan oleh manusia, maka kemunculannya merupakan pertanda bencana gempa. Benarkah?
Sejumlah komunitas akademik menilai bahwa mitos itu ada benarnya. Mengingat habitat oarfish yang berada di laut sedalam 1.000 meter memungkinkannya peka terhadap pergerakan lempeng Bumi di dasar laut.
Ditambah, mungkin saja ikan itu mampu mendeteksi dini tumbukan lempeng di dasar laut yang dapat menjadi sebab-musabab gempa.
Menurut riwayat, seminggu sebelum gempa berkekuatan 8,9 Skala Richter dan tsunami besar melanda pantai timur Jepang pada 11 Maret 2011, ditemukan banyak oarfish yang naik ke daratan pantai Jepang dan sebagian tersangkut di jaring nelayan.
Tak hanya itu, ilmuwan juga menilai bahwa oarfish bertanggung jawab atas beberapa legenda tentang monster ular laut di sejumlah kebudayaan manusia.
Mitos atau bukan, berikut empat fakta ilmiah tentang oarfish yang dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber.


1. Hidup di Zona Perairan Pelagik

Zona pelagik merupakan kawasan laut dengan rerata kedalaman 3,68 km hingga maksimum 11 km dan terbagi menjadi lima sub-zona. Lima sub-zona itu adalah epipelagik (0-200 m), mesopelagik (200-1.000 m), batipelagik (1.000-4.000 m), abisopelagik (4.000-dasar laut), dan hadopelagik (dasar laut).
Karena biasa hidup di lautan dalam, oarfish menjadi salah satu ikan yang sulit ditangkap dan membuatnya menjadi sulit diteliti. Hanya ada sejumlah penangkapan dan penampakan yang dilaporkan tentang oarfish.
Diduga, karena biasa hidup di perairan dasar laut yang dekat dengan lempeng Bumi, oarfish 'sensitif' terhadap aktivitas yang mampu memicu datangnya gempa. 

2. Berasal dari Ordo Lampiformes

Ordo Lampiformes adalah jenis ikan bersirip kipas (ray-finned fish). Lampiformes merupakan ordo yang mencakup sekitar 96 persen jenis ikan yang ada di lautan.
Sirip kipas dan sirip panggul (pelvic fin) merupakan organ tubuh yang digunakan oleh oarfish untuk berenang. Ordo tersebut banyak hidup di laut dengan kedalaman 100 hingga 1.000 meter, menjadikan ikan ordo lampiformes juga berjenis pelagik.
Ikan-ikan yang berasal dari ordo ini juga memiliki karakteristik berkulit cerah. Dan salah satu genus oarfish, Regalecus, mampu memiliki kulit berwarna kemerah-merahan.

3. Terbagi Menjadi Dua Genus
Regalecidae, nama familia oarfish, terbagi menjadi dua genus, yakni Agrostichthys dan Regalecus.
Saat ini, Agrostichthys memiliki spesies bernama Agrostichthys parkeri atau disebut sebagai Streamer fish. Spesies ini merupakan jenis oarfish yang biasa hidup di samudera bagian selatan Bumi dan mampu hidup berkembang hingga sepanjang 3 meter.
Sementara itu Regalecus memiliki spesies bernama Regalecus glesne atau dikenal sebagai oarfish raksasa. Spesies ini hidup di kawasan perairan yang beragam, mengikuti sumber makanan yang ada.
SpesiesRegalecus glesne diyakini bertanggung jawab atas mencuatnya mitos tentang ular laut (sea serpent). Salah satu yang berukuran besar pernah ditangkap pada 1996 oleh taruna Navy SEALs AS. Hasil pengukuran atas tangkapan pada 1996 menunjukkan bahwa spesies Regalecus glesne mampu berkembang hingga sepanjang 7 meter lebih.
4. Ekologi, Riwayat Hidup, dan Perilaku
 
Oarfish dilaporkan sebagai ikan soliter, atau biasa hidup sendiri. Beberapa genus, seperti Regalecus, yang berusia dewasa mampu berkembang hingga sepanjang 1 - 7 meter.
Menurut sejumlah laporan penampakan, oarfish tersebar di sejumlah kawasan perairan, termasuk juga di wilayah kutub hingga di laut tropis. Persebaran itu dipengaruhi oleh sumber makanan yang tersedia. Karena, oarfish cenderung hidup di tempat yang memiliki ketersediaan makanan yang mumpuni.
Makanan oarfish beragam, mulai dari zooplankton, udang, krustasea kecil, ubur-ubur, dan cumi.

Ikan 'Pertanda' Gempa?

Penemuan oarfish kerap diasosiasikan dengan pertanda gempa bumi yang akan datang. Pada 2013, dua Oarfish raksasa sempat ditemukan di pantai California, Amerika Serikat.
Sebagian pengguna internet pada waktu itu mengaitkannya dengan pertanda gempa. Terutama terkait mitos di Jepang yang mengaitkan penampakan oarfish yang langka dengan aktivitas tektonik.
Apalagi, California beberapa kali diguncang lindu hebat. Misalnya pada Rabu, 18 April 1906, gempa dengan kekuatan hampir 8 Skala Richter mengguncang San Francisco, California, dan pantai California Utara. Dipicu pergeseran lempeng San Andreas.Puluhan ribu bangunan hancur, kebakaran tak terkendali, ribuan orang tewas. Diperkirakan setidaknya 3.000 nyawa melayang.
Juga gempa bumi berkekuatan 7,2 Skala Richter di Baja, California pada Minggu, 4 April 2010. Setidaknya dua orang tewas dan 100 orang terluka dalam musibah itu.
Seminggu sebelum gempa dan tsunami yang menerjang pantai timur Jepang pada 11 Maret 2011 silam, sekelompok oarfish ditemukan terdampar di pantai Negeri Sakura. Beberapa tersangkut di jaring nelayan.
Sudah lama diyakini penduduk Jepang, oarfish yang berenang ke permukaan--dari dasar laut yang dalam--adalah pertanda datangnya gempa bumi.
Laman The Telegraph juga pernah memuat artikel tentang oarfish yang muncul ke permukaan sebelum terjadi gempa besar di Chile dan Haiti pada 2010 silam.
Namun, para ilmuwan masih skeptis dengan anggapan bahwa oarfish adalah petanda gempa.
"Mungkin itu hanya kebetulan belaka," kata Rick Feeney, dari Natural History Museum of Los Angeles County, seperti Liputan6.com kutip dariCBS, 21 Oktober 2013.
Apalagi, tambah dia, empat penampakan oarfish telah dilaporkan sejak 2010 dari selatan Central Coast, termasuk Malibu pada 2010 dan Lompoc pada 2011.
"Kami pikir, ikan-ikan itu terdampar di pantai dan mati karena mengalami tekanan tertentu, yang belum kita pahami," kata Feeney, menambahkan oarfish bisa jadi kelaparan atau mengalami disorientasi.

Sabtu, 06 November 2021

JEJAK TSUNAMI RAKSASA DI TEMUKAN DI SELATAN,, Berapa lamakah durasi aktifnya sesar pur a ini...? dan kapan ..?

Ekspedisi Palu-Koro segera dilaksanakan dalam waktu dekat ini adalah upaya pengurangan risiko bencana (PRB) di wilayah Sulawesi Tengah yang menurut ahli geologi terancam gempa dan tsunami besar karena adanya beberapa sesar aktif di sana. Ekspedisi ini tidak akan berhenti di wilayah ini, karena ada lebih dari 200 sesar aktif di Indonesia.

Wilayah pantai selatan pulau Jawa juga salah satu yang terancam gempa dan tsunami besar. Wilayah Lebak menurut beberapa penelitian paleotsunami pernah dilanda tsunami besar ratusan tahun lalu. Meski demikian tidak ada catatan tertulis berupa manuskrip kuno tentang tsunami besar ini.


 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah di antara yang pernah melakukan penelitian itu.


Para peneliti telah menemukan deposit tsunami di Pantai Pangandaran, Jawa Barat, dan Cilacap, Jawa Tengah. Deposit ini diduga berasal dari tsunami pada 1867. Deposit dibawa tsunami diperkuat dengan adanya mikroorganisme dari lingkungan laut dalam di endapan ini.

( Kutip dari Yan Rizal, geolog dari ITB (Kompas). 


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), juga menemukan jejak tsunami yang diduga terjadi sekitar 400 tahun lalu. Deposit terduga tsunami yang ditemukan di Lebak menunjukkan umur 331 tahun dan 293 tahun dengan toleransi 24 tahun. Tsunami diperkirakan terjadi sekitar tahun 1685 dan 1723. (  di kutip dari Eko Yulianto. ahli paleotsunami dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) )


Katalog Wichman memang mencatat adanya gempa pada 5 Januari 1699. Wichman menyebutkan, gempa ini memicu kerusakan hebat di Jakarta hingga Banten, bahkan memicu terjadinya longsor di Gunung Salak dan beberapa wilayah lain. Meski demikian gempa ini diduga bukan gempa darat, namun gempa ini nampaknya terjadi di zona subduksi.

Hasil dari beberapa penelitian ini telah diseminarkan dan ditulis oleh beberapa media besar, termasuk juga oleh National Geographic.

Selama sepuluh tahun terakhir,  para ahli mencari deposit tsunami di selatan Jawa untuk mendukung teori tentang keberadaan tsunami di kawasan tersebut. Dari penelitiannya di Sungai Cikembulan, Pangandaran, Jawa Barat, 

Telah di temukan empat lapisan pasir yang diduga menjadi penanda keberulangan tsunami di kawasan ini.

Salah satu lapisan pasir cukup tebal, yang menunjukkan bahwa skala tsunaminya sangat besar. Dalam lapisan itu terdapat cangkang kerang Foraminifera yang menguatkan dugaan bahwa endapan ini berasal dari laut yang terbawa saat tsunami. Setelah dilakukan penanggalan, lapisan itu diduga akibat tsunami sekitar 400 tahun lalu. Itu berarti tsunami terjadi sekitar tahun 1600 atau abad ke-17 (National Geographic).


Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono menyebutkan, bahwa pemahaman masyarakat dan aparat pemerintah tentang kerentanan bencana gempa dan tsunami di Indonesia masih minim.  Ini tentu menjadi tantangan dalam upaya mitigasi atau pengurangan risiko bencana. Padahal, dari katalog tsunami yang disusun BMKG, tercatat 230 kejadian tsunami yang pernah terjadi di Indonesia.


Dituang dan di tulis Ulang oleh 

Ibrahim Da Silva

Nara Sumber :

1. LIPI

2. BMKG

3.IABI

4. YAN RIZAL 

5. EKO YULIANTO

6. DARYONO